Prolog.

852 75 4
                                    

"Tabungan yang kamu kumpulin buat kita nikah dibongkar aja."

"Kenapa dibongkar? Aku cape lohh kerja cari uang buat kita nikah. Masa udah ke kumpul malah dibongkar?"

"Aku hamil sama orang lain... maafin aku..."

Sejak kata itu terlontar, bola mata yang selalu menatap penuh cinta, bola mata yang selalu meng-agungkan ciptaan Tuhan satu ini, harus menatap sang empunya dengan tatapan yang tak bisa di artikan.

Tatapan mata yang semula teduh, kian berganti menjadi tatapan kosong dan sangat jelas memancarkan kekecewaan yang mendalam.

"....."

"Maaf..."

Meskipun dalam keadaan paling terpuruk sekalipun, dunia tak'kan berhenti berputar hanya sekedar untuk mengucapkan kata turut berduka cita untukmu.

Tak apa, semua pasti pernah mengalami apa yang di sebut garis takdir.

Ketika semua rencana yang sudah tersusun rapih di kepala, harus hancur karena kalah dengan realita. Rencana rencana yang sudah jauh jauh hari di rencanakan, harus tertimbun begitu saja karena tak selaras dengan realita. Menjadikannya angan angan yang tak'kan pernah bisa menjadi kenyataan. Seluruh rencana yang sudah termantapkan, harus terhapus paksa dengan realita yang sangat mengontolkan.

Dari banyaknya badai serta gerimis yang datang, sial sekali harus berhadapan dengan lautan penuh badai yang sudah tak sanggup lagi di-arungi.

Dan pada akhirnya, yang tersisa hanyalah pilihan untuk tetap melanjuti hidup apapun kondisinya.












































































































Tbc.

Story on going 03-09-24

To be continue...

For Us.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang