Angin kota Jakarta semilir malam ini, membuat malam ini terasa lebih dingin dari malam malam biasanya.
Di tengah kota Jakarta yang sibuk dan padat merayap, 4 orang gadis cantik tengah terduduk manis saling memandang satu sama lain. Mereka saling menceritakan keluh kesah masing masing hidup puluhan tahun di ibukota yang sudah tak lagi menjadi ibukota ini.
"Eh Shel, katanya minggu kemarin lo travelling keliling Eropa ya sama pacar lo?"
"Ih iyaaa. Seru banget tau, sumpah! Gue jadi mau keliling Eropa lagi deh."
"Berapa bulan deh totalnya? Kayaknya lumayan lama yaa.."
"Heem, ada kali empat bulanan. Seru banget asli! Lo semua harus pada nyobain sih..."
"Oh ya? Yang paling seru negara mana menurut lo? Gue butuh rekomen nih, gue juga mau liburan bareng pacar gue. Tapi gak mau ke Bali lagi, bosen gue tiap bulan ke Bali."
"Yang rekomen sih di Napoli ya Italy, sama Budapest di Hungary. Street food nya asik asik banget gilaak. Apa lagi di Napoli. Lo harus coba sih."
"Anjir gue jadi penasaran. Nanti coba ah."
"Kalo lo Chik, lo ada rekomen tempat buat liburan bareng pacar gak?"
"Ah-ahaha, gue gak kemana mana, Jess. Pacar gue belum dapet cuti."
"Loh emangnya harus izin dulu ya kalo mau cuti?"
"Yailah lah oncom! Masa gak izin." Sahut si mba mba yang cadel huruf R.
"Maklum Shel, pacarnya pewaris tunggal, ya kali cuti aja izin." Timpal Chika sambil tertawa.
"Btw emang pacar lo kerjanya apa deh, Chik?"
"Pacar gue sih kerja serabutan. Tapi yang prioritas sih mekanik bengkel."
"Lho, lo masih sama si Ara?" Chika mengangguk.
"Gue kira udah gak sama dia. Betah juga lo, pasti setiap ketemu badannya bau oli samping ya hahahaha," Canda Jessi yang tertawa setelah mengatakan itu.
Chika hanya membalasnya dengan tawa kecil. Ia sudah biasa berada di kondisi seperti ini karna punya pacar yang kondisi finansialnya kurang. Tapi Chika tak pernah mau ambil pusing. Selagi dia cinta kenapa harus malu? Pacarnya sempurna kok, hari liburnya selalu di pakai untuk bertemu sama dia, gajian juga nyenengin dia mulu, gak pernah absen buat nyemangatin dia tiap hari. Dia selalu di rayakan sama Ara, ya walaupun di rayakannya gak seperti orang orang yang selalu dibelikan apa saja oleh pacar mereka.
"Lo gak malu emang, Chik?"
"Kenapa malu?"
"Ya secara pacar lo jarang ada waktu buat lo, kerjaan juga gak jelas. Kok lo mau sih sama yang gajinya gak jelas gitu? Dari SMP gue kira lulus bakal berubah nasib, taunya sama aja haha,"
"Ya emang kenapa? Pacar gue bukan maling. Apa yang harus gue maluin? Dia bahagia-in gue kok. Selalu mau beliin apa yang gue mau, tapi sayangnya gue mampu beli sendiri sih hehe, jadi dia cuma beliin apa yang sekiranya gue butuhin. Soalnya bukan kewajiban dia juga buat nafkahin gue. Soalnya kan kita masih pacaran ya, jadi gue sadar diri aja." Chika agak tertawa di akhir kalimat. Heran dia, apa selalu ya cinta itu di ukur pakai materi? Ckckck.
"Eum... ya tapi pasti kadang lo pengen juga dong beli apa yang lo mau dan pacar lo itu gak bisa beliin."
"Ada, tapi gue gak memusingkan hal itu. Kalo gue minta terus pacar gue bilang gak ada, ya berarti pilihannya cuma lo nunggu dia ada, atau beli sendiri. Gampang. Apa yang perlu di pusingin."
"Jess, udahhh. Kita niatnya mau nge chill nih. Udah ya di lupain aja yang barusan." Lerai Freya yang sudah merasa akan ada pertikaian nih gara gara percikan api yang di lontarkan secara tak sadar.