✈✈✈
"Ngapain lo kemaren di galley? ""Hah? " Wildan yang tengah mengotak-atik instrumen navigasi di kokpitnya menoleh pada rekan sesama pilotnya yang menghampiri.
John berdecak, lalu duduk di kursi kemudi untuk co-pilot yang kosong. Mereka tidak dalam tugas penerbangan saat ini melainkan sedang cek control untuk take-off malam nanti.
"Hah-heh, hah-heh.. ", John yakin Wildan mengerti arah tujuan pertanyaannya barusan. "Si Ayu mau masuk, ngambil makanan buat passenger, dia bingung kok tumben-tumbenan galley di kunci. Untung gue ngeh si Jihan masuk sebelum lo,"
"Terus lo bilang apa? " walaupun berlagak nggak ngerti ternyata Wildan menantikan alasan John yang jenius. Betul seperti yang dipikirkan John bahwa rekannya ini Cuma pura-pura nggak ngerti.
"Intinya, kalo semua cabin crew nggak tau, berarti alasan gue cukup buat nutupin kelakuan lo! "
Wildan tersenyum lebar, yang sebenarnya menjurus ke cringey. "Makasih ya, "ucapnya pada John.
Sekali lagi rekan sesama pilotnya itu berdecak, sama sekali tidak senang dengan ucapan terima kasih Wildan.
"Lo tuh ngapa sih ganggu-gangguin si Jihan mulu? Biarin dulu kek dia sampe lulus jadi pramugari, baru lo deketin,"
"Bukannya sama aja? "timpal Wildan tanpa mengalihkan perhatian dari aktivitasnya sejak tadi.
"At least, resikonya lebih kecil kalo lo deketin dia pas dia udah jadi pramugari! "tekan John. Ia memalingkan wajah sebelum kemudian teringat sesuatu.
Sesuatu yang membuat mulutnya sampai tercengang dan nggak habis pikir kalau dugaannya bakalan benar.
"Lo nggak janjiin yang aneh-aneh kan sama si Jihan? ", cecar John kemudian.
"Aneh-aneh gimana sih? " kali ini Wildan benar-benar tidak mengerti. "Lo tuh dari tadi ngomong panik sendiri, nggak jelas sendiri.. "
John melihat sekitarnya lalu berbicara mendekat ke Wildan dengan nada yang lebih serius.
"Lo nggak janjiin si Jihan bakal auto-lulus kalo tidur sama lo kan? "
Respon Wildan yang enggan menjawab dapat disimpulkan John dengan mudah. Laki-laki itu lalu menepuk pelan lengan Wildan untuk menuntut jawaban.
"Wil! "
"I know what I did! Udah deh lo nggak usah ngurusin gue. . Tapi kalo gue lagi urgent tetep lo tolongin ya.. "
✈✈✈
" Selamat pagi, semuanya. Perkenalkan nama saya Rani, saya adalah seorang pramugari yang sudah bekerja selama tujuh tahun terakhir dan saya akan menjadi salah satu staf pengajar kalian selama kalian menjalani flight training. Apakah sebelumnya kalian sudah pernah naik pesawat? "
Pertanyaan ringan dari perempuan cantik dengan kisaran tinggi 172cm itu direspon anggukan oleh para peserta training. Semua calon pramugari tampak kagum sekaligus iri dengan kesempurnaan yang dimilikinya. Selain cantik dan tinggi, ia tampak pintar dan memiliki percaya diri yang luar biasa. Dia pasti bisa mendapatkan laki-laki manapun yang dia inginkan.
" Bagus. Saya harap tidak ada di antara kalian yang akan mabuk udara,"
Semua orang tertawa kecil, kecuali staf lain yang hanya memasang senyum tipis. Tetapi tidak dengan Jihan, transportasi ter-highclass yang pernah dinaikinya hanyalah MRT. Meskipun orang-orang mungkin menganggapnya berkecukupan, tapi keluarga Jihan bukanlah keluarga yang ekonominya berlebih sehingga bisa keluar negeri dengan pesawat. Ia tidak tahu apakah dia akan muntah atau tidak ketika pesawat take-off nanti.
" Baiklah kalau begitu. Sebelumnya, saya ingin menanyakan sesuatu. Apakah ada dari kalian yang belum mendapatkan buku? ", tanya gadis berusia 29 tahun itu sambil mengangkat sebuah buku tebal milik perusahaan yang pernah di bagikan ketika mereka masih menjalani ground training.
Sambil melihat beberapa lembar isi buku itu Rani menjelaskan.
" Buku ini berisi tentang panduan menjadi seorang kru kabin yang ditulis dalam bahasa inggris. Beberapa dari kalian mungkin ada yang ingin protes karena merasa sulit memahaminya dan terpaksa harus menggunakan google translate. Bukan begitu? "
Beberapa murid training tertawa. Rani pun melanjutkan.
" Pelan-pelan saja. Kelak kalian akan memahaminya,"
Rani meletakkan buku itu dan bersedekap.
" Oke. Dalam latihan terbang, kru kabin pemula harus melalui 10 sektor, contohnya Jakarta-Bali yang masuk dalam satu sektor. Kemudian kru kabin juga harus melakukan penerbangan dua sektor tambahan dari Departemen Perhubungan untuk mendapatkan surat izin. Jadi total sektor yang kalian lalui adalah 12 dengan 24 rute penerbangan. Sanggup? "
Rani berjalan mondar-mandir mengelilingi barisan para training dan berbalik badan ketika bertanya pada mereka. Ekspresi mereka hampir sama kaget satu sama lain dengan mulut menganga dan mata terbelalak tak percaya.
" Tenang. Itu nggak secapek yang kalian kira. Jalan-jalan naik pesawat itu enak kok," timpal gadis itu lagi.
Jihan merasakan sesuatu yang membuatnya mual. Mulutnya selalu memaksa untuk terbuka. Lalu keringat dingin muncul di pelipisnya. Kedua kakinya tiba-tiba merasa lemas. Lemas dan semakin lemas sampai ia tak mampu lagi menopang berat tubuhnya sendiri..
✈✈✈
" Pingsan-pingsan mulu tuh anak!? Udah dua kali loh!"
" Harusnya gausah daftar nggak sih kalau penyakitan?"
" Iya betul. Daripada nyusahin orang? "
" Masih training aja udah kayak gini. Gimana mau nyelamatin penumpang kalau ada apa-apa? Yang ada malah penumpang yang nyelamatin dia,"
Samar-samar Jihan mendengar suara orang-orang berbincang. Ia membuka kedua matanya perlahan. Sayup-sayup, ia melihat satu wajah didepannya, kemudian menjadi dua wajah dan banyak. Lagi-lagi aroma minyak kayu putih meruak ke hidungnya.
" P-pak... Pak Wil..dan...? ", Jihan bergumam lirih tanpa sadar. Ia pikir ini kejadian dejavu, karena terakhir kali ia pingsan Wildan yang membawanya ke crew rest area.
" Apa? Dia bilang apa? "
" Dia nyebut apa barusan? "
Suara-suara yang tidak ia kenali lagi-lagi merecoki telinganya.
" Hai. Oh! Kamu udah sadar? Semuanya tolong keluar dulu ya, kalian makan siang aja dulu,"
Suara seorang perempuan yang sepertinya tidak asing di telinga Jihan. Tapi juga tidak terlalu sering didengar. Ia hanya pernah mengenal suara ini, tapi tak begitu mengenali pemiliknya. Sosok perempuan yang didengarnya itu membantunya bangun dari posisi berbaringnya. Pelan-pelan Jihan membuka mata dan menerima air yang ditawarkan perempuan didepannya itu.
" Udah mendingan?" Tanya perempuan itu ramah.
Jihan mengangguk dan mengucapkan terima kasih.
" Ini. Kamu makan dulu. Sepertinya perut kamu kosong. Kamu nggak sarapan tadi pagi? ", Tanya Rani, satu-satunya orang yang saat ini ada di sekitar Jihan. Rani memberikan sebungkus sandwich pada Jihan.
Jihan menatap Rani. Bagaimana perempuan itu tahu kalau dia tidak sarapan? Bahkan kalau saja Rani tidak bertanyapun, ia baru sadar kalau dia memang belum sarapan.
Rani tersenyum tulus. " Kakak saya dokter. Buka klinik dekat rumah, saya juga sering baca buku-bukunya, jadi saya tahu sedikit," ujar Rani menjawab kebingungan Jihan.
Jihan pun kembali memalingkan wajahnya. Sesuatu yang baru disadarinya, betapa bodohnya dia mengharapkan Wildan datang! Buat apa coba? Penting juga engga?!
KAMU SEDANG MEMBACA
HEART FLIGHT ; 🔞
Romance[WARNING] Ch. 21 ~ 28 sedang di revisi jadi mungkin masih ada beberapa kata yang typo dan berantakan. Jihan Layisa, seorang cewe sederhana yang pengen jadi Pramugari supaya ibunya cepet sembuh, ga sadar kalau udah di bego-begoin sama cowo ter-green...