Bunga selalu membuat orang lebih baik dan lebih bahagia; Bunga adalah sinar matahari, makanan dan obat bagi jiwa.
~ Lutter Burbank🌸💮🌼
Pernahkah kalian tahu bahwa bunga bisa mengerti bahasa manusia? Jika manusia menanamnya dengan penuh kasih sayang, ia akan tumbuh dengan begitu cantiknya. Sebaliknya jika manusia menanamnya dengan ogah-ogahan, percayalah, ia juga akan tumbuh dengan ogah-ogahan juga.
Begitulah pikiran dari seorang lelaki bernama Regan Juananda Febrian, pemilik toko bunga yang sering didatangi oleh banyak orang. Setiap hari orang-orang akan membeli bunga dari toko miliknya; ada yang membeli untuk sang kekasih, ada yang membeli untuk orang tua, ada yang membeli hanya untuk memajang di rumah, ada juga yang untuk teman sebagai bentuk apresiasi sudah menyelesaikan pendidikan, dan bahkan ada yang membeli untuk lambang kesedihan sudah ditinggalkan oleh orang tersayang.
Juan senang karena toko bunga miliknya sudah mengambil peran besar dari segala peristiwa yang terjadi disekitarnya.
Lonceng pintu berbunyi tanda seseorang baru saja masuk ke dalam toko bunga.
"Selamat datang di- Oh, kamu! Haii Nana!"
Seorang perempuan tersenyum lebar pada Juan sambil melambaikan tangan.
"Annyeong haseyooouu!! Hai juga, Juan!"
Nana menaruh sebuah kotak makan di meja kerja Juan. Juan membuka kotak makan tersebut. Hari ini lauknya adalah gurame tepung dan capcay kuah.
"Hari ini stok ikannya lebih, jadi aku buat kelebihannya untuk kamu. Terus tadi aku masak capcay di rumah." Nana duduk tepat di depan Juan.
"Stok lebih atau sengaja kamu lebihkan?" tanya Juan karena sudah biasa dengan tingkah Nana yang selalu membeli lebih agar bisa berbagi dengannya.
Yup, Nana memiliki restoran makanan yang berada di pusat kota. Ia selalu membeli stok pada pusat agar bahan makanan yang dibuatnya selalu segar. Tetapi terkadang Nana membeli stok lebih untuk dibagikan ke orang terdekat dengan uang pribadi.
Nana cengengesan. "Gak apa-apa kali, hehe. Tadi juga sisanya dimakan sama pegawaiku pas makan siang kok."
Juan mengangguk dan makan dengan lahap, baginya masakan Nana adalah masakan yang terbaik setelah ibunya.
"Dua pegawaimu dimana? Si Dimas sama Netta?" Nana celingak-celinguk karena tidak melihat kedua orang tersebut sedari tadi.
Tepat sekali ada seorang lelaki dan perempuan yang baru saja masuk ke dalam toko. Melihat Nana berada disana, mereka membuka pintu untuk keluar. "Bos, kami keluar dulu. Kalian puas-puas pacarannya. Nanti panggil kami ya!"
Lalu mereka pergi dengan tertawa puas. Juan memandang mereka dengan penuh kekesalan. "Bilang aja malas kerja."
"Oh mereka habis darimana?" tanya Nana.
Juan menunjuk rumah makan tepat di seberang jalan. "Makan siang. Harusnya mereka ke resto kamu, tapi motor Dimas rusak."
Nana meng-oh riaa~ sambil menatap Juan yang begitu lahap menyantap makanan buatannya.
"Kenapa? Aku makannya belepotan ya?" tanya Juan.
Sadar dari tingkahnya barusan, Nana segera menggeleng. "Gak, gak kok. Kamu laper banget ya?"
"Enggak juga sih, tadi barusan aku udah makan ramen." Juan cengengesan.
Porsi makan Juan sedikit lebih banyak dari orang-orang kebanyakan, tetapi proses metabolisme Juan lebih cepat daripada orang-orang. Jadi begitulah, walau makan banyak badan Juan tetap kurus.
Sambil menunggu Juan selesai makan, Nana berkeliling melihat bunga-bunga yang dijual Juan. Ada bunga Tulip, bunga Mawar, bunga Anggrek, bunga Matahari, bunga Lavender, bunga Lily, dan bunga-bunga lainnya.
Langkah Nana berhenti di kumpulan bunga-bunga Lily. Lily adalah bunga favoritnya.
Nana mengambil beberapa tangkai bunga Lily putih lalu menghampiri Juan.
"Beli ini dong. Berapa ini?" tanya Nana.
Juan terkekeh sambil menggeleng kepala pelan. "Ngapain bayar? Untuk kamu, gratis."
"Hah serius gratis?" tanya Nana ulang, tak percaya.
"Iyalah, ngapain bayar? Toh kamu bawain masakanmu terus, harusnya aku yang bayar masakanmu."
Serius, Nana selalu menolak saat Juan ingin membayarnya.
"Kalau itu mah gak usah, aku juga makan. Sisanya aku bagi ke kamu. Gak usah sungkan lah.."
Beginilah mereka, ada saja yang didebatkan.
"Ya udah, bunganya gratis aja. Ambil lagi bunga yang kamu suka, biar aku bungkus sekarang." Juan bangun dari tempat duduknya setelah selesai makan, lalu mengambil kertas Cellophane.
Kertas Cellophane adalah kertas yang digunakan florist untuk membungkus bunga.
"Udah ini aja bunganya, Juan." Nana memberikan beberapa tangkai bunga yang ia bawa kepada Juan agar dibungkus.
Juan menambahkan bunga baby's breath untuk mempercantik buket. Dan ya, sudah selesai!
"Wahh cantik bangettt!! Makasih yaa, Juan!!" Nana tersenyum.
Juan mengangguk. "My pleasure, Nana, Shenana.."
Pecah, Nana tertawa terbahak-bahak saat Juan mengganti namanya dengan seenak jidat.
Hal-hal seperti inilah yang terkadang dapat membuat sebagian orang bahagia, Nana dan Juan berharap mereka tetap bisa berteman seperti ini sampai selamanya. Mungkin..
🌸💮🌼🌸💮🌼🌸💮🌼🌸💮
Ihiww~!!
KAMU SEDANG MEMBACA
ABOUT US
Teen Fictiontentang aku, kamu; kita Start : 15 September 2024 End : - *** DON'T PLAGIAT MY BOOK‼️ Cerita ini 100% dari imajinasi saya. Jika ada kesamaan alur dan tokoh, saya mohon maaf, mungkin secara ketidaksengajaan imajinasi saya dan anda sama. Dan saya t...