eight - mom 👩‍👧

8 3 4
                                    

👩‍👧🍤🍝

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

👩‍👧🍤🍝

Meina Dyah Rahmadita, mahasiswa gizi tingkat akhir yang sedang sibuk-sibuknya dengan skripsi. Dengan beberapa camilan dan segelas susu untuk menemaninya.

"Rahma.." panggil seorang wanita paruh baya yang baru saja masuk ke dalam kamar Rahma.

"Iya, ibuk?" Rahma menurunkan setengah laptopnya dan menoleh kearah sang ibu.

Ibu Rahma duduk di atas kasur Rahma sambil memberi isyarat agar Rahma ikut duduk bersamanya.

"Kamu masih ingat sama teman ibuk yang jadi pasien ibuk di rumah sakit?" tanya ibu Rahma.

Ternyata ibu Rahma adalah Mbak Anin.

"Masih, buk. Kenapa?" Rahma penasaran dan duduk di samping Anin.

Anin menengadah kepalanya ke langit-langit kamar. "Ibuk kasihan sama anaknya. Hari ini dia ulang tahun, dia minta kado ibuknya cepat sembuh."

Rahma menatap ibunya dengan tatapan sedih juga. Ia ikut kasihan dengan anak si pasien.

"Ibunya belum sadar ya, buk?"

Anin mengangguk, lalu ia mengingat sesuatu. "Oh iya, Rahma.. Kalau semisal ibuk bawa dia ke rumah, boleh gak? Semenjak ibuknya koma di rumah sakit, dirumahnya gak pernah dimasakin."

Astaga..

"Boleh banget buk, bawa aja. Aku juga butuh teman disini.. hehe.." Rahma cengengesan, karena Rahma adalah anak tunggal.

Rahma dan Anin hanya tinggal berdua di rumah. Ayah Rahma sudah meninggal saat Rahma masih kecil.

"Rahma, kamu mau gak keluar makan sama ibuk? Ibuk udah lama gak makan diluar.." ajak Anin dan disetujui oleh Rahma.

👩‍👧🍤🍝

Awalnya Rahma berniat ingin mengunjungi restoran Nana, tetapi ternyata restoran milik Nana itu tidak buka sampai begitu malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Awalnya Rahma berniat ingin mengunjungi restoran Nana, tetapi ternyata restoran milik Nana itu tidak buka sampai begitu malam. Akhirnya Rahma mencari restoran yang terbuka sampai tengah malam.

Rahma memesan mie goreng spesial dan matcha latte sedangkan Anin memesan nasi goreng seafood dan teh manis.

"Iya buk, restoran kak Nana cuma sampai jam tujuh malam. Bukanya dari jam enam pagi."

Mereka berdua sedang menunggu pesanan mereka datang sambil mengobrol ria.

"Ngomongin soal Nana, gimana kabar dia? Sama Meytia, mereka baik-baik aja kan?" tanya Anin.

Rahma membuka roomchat dirinya dengan Nana dan Meytia, lalu menunjukkannya kepada Anin. "Baik kok, buk. Kemarin aku baru chatan sama mereka."

Anin mengangguk lega. Teman-teman Rahma adalah anaknya juga.

"Buk.. makasih ya udah kuliahin Rahma.." celetuk Rahma tiba-tiba.

"Semenjak bapak gak ada, ibuk yang nafkahin aku sampai bisa sampai sekarang. Aku beruntung punya ibuk.." Setelahnya Rahma tersenyum manis.

Mendengar ucapan manis dari sang anak, Anin menitikkan air mata terharu. Padahal ia sering kali berpikir bahwa ia sudah menjadi orang tua yang buruk. Rahma tidak punya saudara, ibunya sering tidak ada di rumah. Ternyata Rahma benar-benar bersyukur punya ibu seperti Anin yang tak pernah jenuh mencari nafkah untuk anaknya.

"Iya, nak. Sama-sama.. Makasih juga kamu udah jadi anak yang baik. Kuliah betul betul ya, biar kamu bisa capai mimpi kamu  menjadi ahli gizi. Ibuk selalu mendukung dari belakang."

Keduanya berpelukkan sebelum pelayan datang membawakan makanan untuk mereka. Mereka duduk dan menyantap makanan mereka.

"Kapan-kapan ajak teman-teman kamu datang ke rumah. Nanti ibuk masak makanan yang enak-enak untuk kalian. Ya?"

"Ya, buk!"

Anin dan Rahma sudah menghabiskan makanan mereka. Keduanya memutuskan untuk pulang.

Sepanjang perjalanan mereka saling bercengkrama, bercerita tentang hari ini dan besok. Tepat sekali mereka bertemu dengan Meytia, Nana, dan Juan.

"Selamat malam, tante Anin..!" sapa mereka sambil menyalimi tangan Anin.

"Malam, nak nakku.. Belum pulang?" tanya Anin.

Ketiganya cengengesan.

"Hehe.. belum, Tante. Kami tadi baru dari minimarket.." jawab Meytia mewakilkan.

Anin mengangguk. "Cepat pulang ya. Oh iya, kebetulan sekali baru aja saya ngomongin kalian sama Rahma loh.."

"Uwu.. ngomongin apa tuh tante?" tanya Nana.

Rahma menepuk jidatnya. Ibunya, Meytia, dan Nana, mereka satu frekuensi.

"Ya.. cuma nanya kabar kalian. Terus mau ngajak kalian makan di rumah Rahma.." jawab Anin.

Juan yang tadinya diam pun bertanya, "Kapan tuh, tante?"

Anin memukul stik drum tak kasat matanya lalu menjentikkan jari tepat di depan ketiga anak itu.

"Minggu depan!!"

Dengan hal sepele seperti itu dapat menciptakan suasana bahagia dan ramai, mereka tertawa bersama di malam yang indah ini. Setelahnya mereka pulang ke rumah masing-masing.

👩‍👧🍤🍝👩‍👧🍤🍝👩‍👧🍤🍝

Ini benar-benar pulang ke rumah ya awkwkwk, btw dari four-eight itu harinya sama, di malam yang sama yaa-!

ABOUT USTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang