☕🎒👬
Pagi yang cerah nan indah, ayam jago berkokok dengan gagahnya di atas atap. Banyak orang sudah beraktivitas termasuk lelaki ber-headphone hitam yang satu ini.
Berjalan cepat sambil memakan roti yang baru saja dibelinya. Fokus mendengar musik yang diputar. Menghirup udara pagi yang sangat segar.
Langkah lelaki itu terhenti di samping lampu hijau dimana kendaraan sudah mulai berlalu lalang.
Seseorang berdiri di samping lelaki itu.
"Jeando Septian. Lo masih seperti dulu."
Sontak Jeando terkejut, seseorang itu adalah laki-laki berambut klimis kemarin.
"Lagi-lagi lo bikin seolah gue penjahat.."
Jeando menurunkan headphone miliknya. Sebenarnya ia masih bisa mendengar sedikit karena musik dinyalakan dengan volume sangat rendah.
"Maksud?" tanya Jeando was-was. Lumayan lega karena banyak orang yang menunggu lampu merah.
"Padahal lo anak berprestasi masa hal kayak gini lo gak ngerti ngerti?"
Laki-laki klimis itu menggeleng heran. "Masalah kemarin. Lo overreact ke gue. Kali ini pun."
Lampu merah menyala. Orang-orang menyebrang meninggalkan mereka berdua yang masih saling bertatapan.
"Maaf saya gak ngerti. Bisa kita bicarakan di kafe dekat situ?" tawar Jeando dan disetujui oleh laki-laki klimis itu.
☕🎒👬
Bos Cafe, Angkasa sedang melihat kearah kedua lelaki yang masih terdiam tanpa sepatah katapun. Tentu saja Angkasa mengenal salah satunya.
"Masalah apa yang terjadi diantara Jean dan orang itu?" gumam Angkasa pada dirinya sendiri.
Balik lagi bersama kedua manusia yang berdiam sejak lima belas menit lalu. Mereka sibuk berkutat dipikiran mereka masing-masing.
"Maaf dulu gue jatuhin kacamata lo, wajar kalau lo mukul gue dulu.." ucap si laki-laki klimis.
Akhirnya Jeando menemukan titik terang atas permasalahannya. Ia juga kembali mengingat apa yang terjadi di masa lalu bersama laki-laki disampingnya itu.
Saat itu Jeando sedang membersihkan kacamata dan hendak mengambil tisu tetapi kacamata Jeando terjatuh. Setelahnya laki-laki klimis itu dengan tidak sengaja menginjak kacamata Jeando.
"Tapi gak seharusnya saya pukul kamu, Ronal."
Ronal namanya, ia mengangguk. "Dan gak seharusnya juga gue malah balas pukul lo. Gue salah. Gue juga gak punya nyali untuk minta maaf sama lo saat itu."
Jeando menggeleng. "Saya kalau jadi kamu, saya juga bakal pukul balik."
Mereka kembali mengingat masa lalu mereka bersama, dimana mereka adalah seatmate pada zaman sekolah. Ronal selalu ingin berteman dengan Jeando dan mengajak Jeando bersama-sama bermain di warung internet. Tetapi Jeando selalu menolak dengan alasan disuruh sang bunda untuk belajar di rumah.
Jeando dan Ronal memiliki sifat yang berbanding terbalik, Jeando dengan sikap acuh tak acuh sedangkan Ronal dengan sikap temperamental.
Pada awalnya Ronal kesal karena Jeando tidak pernah ingin ikut bermain dengannya dan sempat bertengkar dengan Jeando lalu setelahnya mereka berbaikan. Puncak masalah adalah saat Ronal tidak sengaja menginjak kacamata pemberian sang bunda, Jeando memukul wajah Ronal. Merasa tidak terima, Ronal membalas dengan bertubi-tubi kepada Jeando.
Dan disaat mereka dipanggil ke ruang Bimbingan Konseling, semua pengakuan tertuju pada Ronal. Termasuk pengakuan palsu yang diutarakan oleh Jeando. Bodohnya ia malah menuduh Ronal menginjak kacamata dan memukulnya. Jika ditanya apa alasan Jeando melakukan itu, jawabnya 'saya tidak mau bunda terlibat dengan ini'. Dengan begitu hanya ibu Ronal yang dipanggil, setelahnya Ronal keluar sekolah dan tidak nampak batang hidungnya sampai saat ini ia muncul dihadapan Jeando.
"Saya yang salah, harusnya saya jujur hari itu. Saya cuma takut bunda kecewa karena saya sudah memukul orang. Maaf, Ronal, gara-gara saya kamu jadi keluar dari sekolah."
Ronal mengangguk. "Tidak apa-apa. Lagian gue juga mau pulang kampung, jadi gue pindah. Bukan karena lo."
Akhirnya masalah yang terjadi bertahun-tahun yang lalu terselesaikan oleh karena komunikasi yang baik. Jadi untuk kalian, kalau lagi ada masalah dengan seseorang lebih baik dibicarakan terlebih dahulu. Agar semua menjadi clear, masalah pun terselesaikan.
Jeando dan Ronal tertawa bersama sambil bercerita. Setelah selesai dengan kopi mereka, Jeando berangkat kerja bersama Ronal.
Merogoh dan mengambil kunci perpustakaan, Jeando menoleh kearah perempuan mungil yang sedari tadi sudah menunggu perpustakaan dibuka.
"Oh.. hai..!" sapa Rahma dengan kikuk.
Sedikit terkejut dengan kehadiran Ronal yang berdiri di samping Jeando.
"Halo mbak, maaf ya saya datang lagi." Ronal tersenyum kecil pada Rahma.
Rahma rasa ia sudah melakukan hal yang memalukan. Ia sudah salah sangka, dipikirnya Ronal adalah orang jahat yang ingin menyakiti si pemilik perpustakaan.
"Maaf kemarin saya sudah lancang." Rahma membungkukkan badan kearah Ronal, sungguh ia malu sekali.
"Gak apa. Ngomong-ngomong lo pacarnya dia?" tanya Ronal sambil menunjuk kearah Jeando yang baru saja masuk ke dalam perpustakaan.
Rahma mengembalikan posisi tubuhnya yang tadinya bungkuk menjadi lurus. "Enggak, mas."
"Serius? Sesuka itu dia sama lo. Serius kagak pacaran?" tanya Ronal lagi, tidak percaya.
Bingung, Rahma hanya menggeleng.
"Ya sudah, gue mau ngadem dulu di dalem. Masuk aja mbak kalau mau.." ucap Ronal, meninggalkan Rahma yang masih mencerna ucapan Ronal tadi.
Sebentar.. Rahma menangkap sesuatu. Otak Rahma mulai berpikir mungkin Ronal salah berbicara.
"Dia suka aku..? Hah? Atau aku suka dia..? Masnya tadi maksudnya gimana ya..?" gumam Rahma pada dirinya sendiri.
☕🎒👬☕🎒👬☕🎒👬
Ronal mah aneh~
KAMU SEDANG MEMBACA
ABOUT US
Teen Fictiontentang aku, kamu; kita Start : 15 September 2024 End : - *** DON'T PLAGIAT MY BOOK‼️ Cerita ini 100% dari imajinasi saya. Jika ada kesamaan alur dan tokoh, saya mohon maaf, mungkin secara ketidaksengajaan imajinasi saya dan anda sama. Dan saya t...