3

92 20 1
                                    

Setelah berbincang sebentar, mereka berdua menuju ruang VIP tempat orang tua mereka berada.

"Karena anak-anak kita sudah tiba, mari kita langsung mulai makan malam," kata Mama Ivana.

"Benar, mari kita mulai makan malamnya. Mas Aksa, Mbak Thalia, Akara, Anjani." ujar Papa Steven.

"Iya, Om/Pa." jawab Akara dan Anjani serentak.

"Iya, Steven." balas orang tua Akara.

Mereka menikmati makan malam dengan penuh keseriusan, meskipun terkadang berbincang ringan. Setelah makan malam selesai, perbincangan mereka berlanjut.

"Kita langsung ke pokok permasalahan saja, ya," kata Ayah Aksa.

"Silakan, Mas," jawab Papa Steven.

"Akara, Anjani, mungkin kalian sudah mengetahui mengenai hal ini sejak dua bulan lalu. Malam ini, kami ingin membahasnya lebih dalam," kata Ayah Aksa.

"Ayah, sebelumnya Akara ingin minta maaf karena telah menyela. Dengan segala hormat, Akara ingin menolak perjodohan ini," ujar Akara dengan tegas.

Keempat orang dewasa saling bertukar pandang. "Berikan ayah alasan mengapa kamu menolak," kata Ayah Aksa.

"Alasannya sudah jelas, Ayah. Namun ada beberapa alasan lain yang tidak bisa Akara jelaskan di sini," jawab Akara.

Bunda Thalia dan Mama Ivana menoleh ke arah Anjani yang tetap diam sambil menundukkan kepalanya.

"Anjani, apakah keputusanmu sama dengan Akara?" tanya Papa Steven dengan lembut kepada putrinya.

Anjani mengangguk perlahan dan menatap kedua orang tuanya. "Maafkan Anjani yang mungkin mengecewakan Papa, Mama, dan mendiang Oma. Alasan Anjani menolak adalah karena Anjani sudah memiliki pacar dan juga karena Anjani masih muda dan tidak ingin menikah terlalu dini," jawab Anjani.

Papa Steven bertanya, "Apakah ini sebabnya kamu juga menolak, Akara?."

Akara menjawab, "Bisa dibilang begitu, om."

Keempat orang dewasa itu saling memandang dan mengangguk. "Baiklah, jika itu keputusan kalian. Kami tidak bisa memaksa," ujar Mama Ivana. Bunda Thalia hanya mengelus bahu anaknya dengan lembut.

Setelah mengobrol dan menikmati dessert, mereka meninggalkan restoran.

Bunda Thalia mengucapkan, "Sampai jumpa di lain kesempatan, Steven, Ivana."

Mama Ivana menjawab, "Iya, mbak, hati-hati di jalan."

Bunda Thalia membalas, "Iya, kalian juga."

____

Matahari sudah terbit, dan kicauan burung bersaing dengan keramaian ibu kota.

Seorang laki-laki yang mengenakan helm full-face mengendarai motor ninja hitamnya, melintasi jalanan kota dengan cepat.

Sesampainya di area parkir sekolah, dia memarkirkan motornya di tempat parkir khusus sepeda motor.

Setelah itu, dia menuju ke kelasnya yang berada di lantai 2. Sepanjang perjalanan, beberapa siswa menyapanya, meskipun dia tidak mengenal mereka. Meski demikian, dia berusaha untuk tersenyum kecil pada mereka.

Saat tiba di depan kelas, dia sedikit terkejut melihat Anjani dan kedua temannya sudah duduk di sana.

"Anjani? Kenapa di sini?" tanya Akara sambil berdiri tak jauh dari mereka.

"Akara, bisa kita bicara sebentar?" jawab Anjani.

Akara mengangguk, "Tentu, mau bicara tentang apa?." Tanya Akara.

MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang