1.

165 28 0
                                    

"WHAT/HAH." Ucap keduanya kompak.

Kedua orang itu terkejut. Bagaimana tidak, perempuan yang begitu di idolakan dan dikagumi oleh mereka akan dijodohkan dengan cucu pemilik sekolah. Perempuan itu adalah Anjani Wasesa, sosok yang sangat mereka idamkan adalah wanita cantik, baik, dan ceria. Meskipun terlihat kalem, dia sebenarnya cukup usil dan ribut.

Sekarang mereka berada di kantin, beberapa menit yang lalu setelah pelajaran berakhir.

"Serius? Dia orangnya?" tanya Aiden.

Akara mendelik malas tapi tetap mengangguk. "Ka, serius dia orangnya? dia mau nggak?" tanya Aiden lagi.

Akara menggeleng sambil meminum es teh. "Gak tau. Kata Bunda, dia setuju tapi belum pasti. Lagipula pertemuannya masih lusa." jawab Akara sambil meletakkan gelas di meja.

"Langsung nikah atau tunangan dulu?" tanya Ethan.

"Belum tau, tapi gue maunya tunangan dulu," kata Akara.

"Lancar deh, semoga langgeng," ujar Ethan, dan Akara mengangguk.

"Tapi bukannya dia udah punya pacar?" tanya Aiden.

"Entah, tapi kata temannya iya," jawab Ethan.

"Pantes gue deketin kayak nggak mau," kata Aiden.

"Huh? Lo ngedeketin dia juga?" tanya Akara.

Aiden mengangguk, "Iya, tapi dia ngehindar."

Akara hanya mengangguk. Pandangannya terhenti saat melihat Anjani memasuki kantin. Sejak pertama kali melihat fotonya, dia langsung jatuh hati.

"Ternyata lebih cantik aslinya daripada di foto," pikir Akara.

Anjani yang merasa diperhatikan itupun menoleh ke arah Akara, yang langsung mengalihkan pandangannya.

Anjani tersenyum dalam hati berpikir, "Tampan seperti di foto, bahkan lebih."

Sementara itu, Ethan juga mencuri-curi pandang ke arah seseorang yang duduk di antara teman-teman Anjani. "Mencintai dalam diam ternyata melelahkan. Haruskah gue membuang perasaan ini atau mengungkapkannya terlebih dahulu?" pikirnya, lalu langsung mengalihkan pandangan.

"Oh iya, Sabtu sore ada pertandingan futsal. Kalian mau nonton nggak?." tanya Ethan.

Akara menggeleng, "Gak bisa, malamnya ada acara itu." jawabnya.

"Oh iya, lo nggak bisa. Kalau lo gimana, Den? Datang nggak?" tanya Ethan lagi.

"Gue sih oke, bilang aja jam berapa. Nanti gue datang" jawab Aiden.

"Sip, nanti gue kirim jadwalnya," sahut Ethan, dan Aiden membalas dengan jari jempolnya.

Di sisi lain, Anjani sedang membahas seseorang yang sudah lama tidak menghubunginya.

"Jan, serius lo nggak curiga sama Jefry? gue tahu dia kelihatan tenang, tapi ini mencurigakan banget. Masa iya dia nggak hubungi lo selama 3 hari?" tanya salah satu temannya.

"Aku setuju dengan Maya, kak. Kalau aku jadi kaka, udah curiga banget," tambah temannya yang lain.

"Ya, aku tahu, Nin. Tapi kalian tahu Jefry bagaimana. Dia sibuk dengan futsalnya," jawab Anjani.

"Eh, sibuk sih sibuk, tapi masa nggak mau ngabarin pacarnya? Nggak usah video call atau telepon, minimal kabar 'Hai' gitu, iya kan, Nin?" kata Maya.

"Iya, bener, aku juga heran, sama kak Jani. Dulu mau aja diajak pacaran, sudah tahu dia begitu, masih saja dipertahankan. " ujar Anindya.

"Gue cinta sama dia, Nin. Lagipula kita sudah lama, jadi gue sudah kebal dengan sifatnya" jawab Anjani.

"Kalau menurut gue, bukan cinta, tapi dongo." sarkas Maya. Anjani hanya mendengus mendengar komentar sahabatnya.

MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang