4

77 17 0
                                    

Setelah pertengkaran singkat itu, Akara, Ethan, Anjani, dan teman-teman Anjani segera masuk ke kelas masing-masing

"Syukurlah, sudut bibir lo tidak terluka. Jadi, tidak perlu dibawa ke UKS." kata Aiden.

"Tapi masih terasa sakit. Ada es batu di kantin? gue khawatir jika tidak dikompres, malah akan semakin membiru." jawab Akara.

"Ada. Nanti gue minta ke ibu kantin." kata Ethan. Akara hanya mengangguk pelan.

Pelajaran pun dimulai, dan Akara sangat fokus pada pelajaran tersebut karena dia menyukainya, yaitu sejarah dan seni.

Saat sore tiba, bel pulang sekolah berbunyi, dan semua siswa berlarian ke parkiran. Namun, beberapa sudah ada disana sejak tadi, karena beberapa kelas memiliki jam terakhir yang kosong.

Begitu juga Akara dan kedua temannya itu, saat menaiki motor, ponsel Akara berdering. "Bentar." Ucap Akara pada Ethan da  Aiden.

Laki-laki itu langsung mengangkat telepon. "Halo, Yah?" sapanya pertama kali.

"Halo, kamu di mana, Ka?." tanya Ayah Aksa.

"Aku lagi di parkiran sekolah, mau pulang. Kenapa, Yah?." balas Akara.

"Tidak ada apa-apa, hanya saja malam ini kamu harus mendampingi Anjani ke acara pernikahan kakak sepupunya." kata Ayah Aksa.

"Lho, kok Akara, Yah? Kita kan tidak ada hubungan apa-apa. Takutnya nanti ada yang salah paham," kata Akara dengan kaget.

"Kata siapa tidak ada hubungan? Anjani sudah setuju dengan perjodohan kalian, dan jika semuanya lancar, satu bulan lagi kalian akan menikah di Bali," jelas Ayah Aksa panjang lebar.

"Yah, mendadak sekali?" tanya Akara.

"Maaf, Nak. Anjani dan orang tuanya juga baru memberitahukan kami mendadak. Tapi, bukankah kalian sudah berkomitmen dan saling berjanji." Ucap Ayah Aksa lagi.

"Janji?." tanya Akara.

"Iya, janji. Anjani bilang kalian pernah membuat janji sebelumnya."

Akara berusaha mengingat janji yang dimaksud.

"Begini saja, kalau suatu hari nanti Jefry ternyata bukan jodoh gue atau dia melakukan sesuatu yang membuat gue sakit hati, kita berdua menikah, ya?." kata Anjani.

"Oh ya, sekarang Akara ingat."

"Baiklah, itu saja yang ingin Ayah sampaikan."

"Iya, Yah." Setelah berpamitan, sambungan telepon pun terputus.

"Kenapa?." Tanya Aiden.

"Gada, cuma ayah nyuruh pulang cepet." Ucap Akara bohong. Ethan dan Aiden hanya beroh ria saja.

"Yah, gak jadi ikut nongkrong dong, lo?." Tanya Aiden lagi.

"Lain kali aja, kalo gitu gue duluan. Kalian hati-hati kesananya." Ucap Akara.

"Iya, siap. Lo juga." Ucap Ethan dan Aiden mengangguk pelan. Akara mengangguk lalu memakai helm dan menjalankan motornya meninggal kan kedua temannya. Setelah Akara pergi, Ethan dan Aiden juga pergi darisana.

Malam telah tiba, dan bulan serta bintang menerangi langit yang terlihat sangat indah.

Seorang laki-laki sedang mengemudikan mobilnya, sementara di sampingnya ada seorang perempuan yang terus memandang keluar jendela.

MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang