Menjadikanmu wanita sempurna.
Kata-kata gila itu teringang kembali, padahal sudah tiga bulan berlalu. Ini membuat dirinya melepaskan tembakan begitu saja hingga menembus dinding, dimana foto Matthias berada tepat di sana.
Aku masih memegang pistol yang baru saja aku tembakkan, dan suara tembakan itu masih terngiang di telinga. Bekas lubang peluru di dinding menghancurkan foto Matthias yang aku pandangi dengan kekesalan bercampur kebencian.
Sempurna? Gila saja. Tanpa Matthias, hidupku jauh lebih sempurna. Dia hanya menghalangi jalanku. Lagian, dia sudah punya tunangan. Apa dia tidak sadar? Si bego.
Sudah cukup, aku tidak mau mengeluarkan unek-unek ku lagi kepadanya.
Mulut cantikku tidak mau berkata kasar.
Mungkin kalian bertanya-tanya kenapa aku yang tadinya tidak bisa apa-apa ini sekarang seringkali berkata kasar. Jawabannya satu, aku sering bergaul dengan para tentara. Tapi jujur saja, sejak aku mulai bergaul dengan para tentara, kata-kata kasarku keluar tanpa bisa kuhindari. Mungkin mereka—tentara-tentara itu—yang membuatku begini. Angkatan laut? Ya, mereka semua satu komplotan dengan Bastian, si licik yang dikenalkan Matthias padaku.
Aku juga tidak tau kenapa manusia posesif seperti dia tiba-tiba mengenalkanku kepada kapten Bastian.
Semenjak aku mengenal Kapten Bastian, pikiranku berubah. Tidak lagi dipenuhi kelembutan yang sia-sia. Aku mulai berpikir lebih logis.
Aku mulai menyusun strategi. Dan kini, aku bahkan selalu membawa botol parfum yang sudah kucampur racun. Hanya berjaga-jaga.
Siapa tahu Matthias akan menyemprotkannya ke tubuhnya.
Selesai sudah dramanya, tanpa perlu banyak usaha dariku.
Tapi, mati konyol nggak sih?
Tidak, tidak, tidak.
Apa yang terjadi padaku sejak mengenal Bastian? Pikiranku benar-benar berubah brutal setelah tiga bulan mengenalnya.
Kembali ke kenyataan, seperti biasanya, Matthias dan Elysee—ibuku—selalu bertingkah seperti mereka adalah bangsawan yang tidak tersentuh, hidup dalam dunia mereka sendiri. Sarapan? Bagi mereka berdua ini hanya tempat untuk minum teh, Ruang minum teh terletak di sisi kanan lobi utama. Manajer membawa mereka dengan langkah cepat ke teras yang menghadap ke seberang sungai.
Orang terakhir yang duduk di meja adalah [Name].
"Ibu pikir kau harus mempercepat tunanganmu dengan Claudine."
"Aku setuju," tentu saja aku setuju, kenapa harus berkata tidak jika bisa berkata iya?
"Dan aku tidak."
Si sinting. Mau bertarung ya?!
Aku benar-benar bisa terkena darah tinggi jika berada di sandingkan dengan kakakku sendiri!
Kali ini,
Aku akan menyatakan perang.
Aku sudah siap menghadapi Matthias dan seluruh permainan gilanya.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Sister; Matthias
Fanfic❛ aku akan tetap mencintaimu meskipun kau adalah adik kandungku sendiri ❜ ↬ [ yandere ] Matthias x f! readers