Silvanus dan Irugo.
Sudah lebih dari tiga tahun sejak kedua kekuatan besar ini bersatu untuk membentuk satu kekaisaran besar.
Terlepas dari betapa harmonisnya pasangan kekaisaran itu, ini lebih dari cukup waktu bagi mereka untuk melangkah keluar dari fase bulan madu yang manis.—
Namun,...
"Mereka masih belum keluar?"
"Masih belum."
Sekali lagi, pasangan kekaisaran itu belum keluar dari kamar tidur mereka meskipun matahari pagi sudah tinggi di langit.
"Aku tahu kenapa, tetapi mereka harus mulai keluar sekarang..."
"Ada banyak urusan negara yang harus dibahas hari ini juga..."
Pejabat terdekat kaisar mondar-mandir dengan cemas di depan pintu kamar tidur, memegang setumpuk dokumen.
Sungguh tidak masuk akal untuk muncul saat fajar menyingsing—yah, belum fajar tetapi pagi-pagi sekali—di kamar tidur kaisar dengan dokumen di tangan.
Lagi pula, ini bukan seperti sedang terjadi perang atau bencana nasional.
Itu melanggar aturan etiket dan yang terpenting—
'Siapa yang tahu bagaimana reaksi Yang Mulia Tarkan jika kita mengganggu waktunya bersama istrinya...!'
Para pejabat gemetar dan menelan ludah.
Meskipun begitu, mereka menunggu di sini karena mereka percaya pada sesuatu.
"Haruskah kita berteriak sedikit lebih keras?"
"Jangan! Apakah Anda ingin ditendang oleh Yang Mulia Tarkan di tengah malam?!"
"...Sesuatu memberitahuku bahwa Yang Mulia akan jauh lebih sibuk di malam hari."
"Terus terang, menurutku dia juga paling sibuk di malam hari."
"...Saya setuju."
Para pejabat mengangguk setuju.
"Tetapi dia masih bisa menendang Anda di siang bolong!"
"...Saya kira kita menunggu sedikit lebih lama."
"Setuju."
Para pejabat menjadi tenang.
Bagaimanapun, penyelamat mereka akan segera menampakkan diri dengan agung.
Dan seperti yang mereka harapkan, tidak lama setelah itu—.
"Tentu saja, ini bukan hari yang biasa!"
Suara keras memecah lorong sunyi di luar kamar tidur kekaisaran.
"Yang Mulia Pangeran!"
"Yang Mulia Kaisar—!!"
"Kami telah menunggu Anda, Yang Mulia!"
"Anda memancarkan kesempurnaan bahkan di pagi buta seperti ini, Yang Mulia!"
Mata para pejabat berbinar saat mereka menyambut pangeran muda itu.
Pilar kekuatan mereka.
Tidak lain adalah Pangeran Actsion, putra tertua dari kedua kaisar.
Pangeran Actsion dengan khidmat menerima sapaan para pejabat itu dengan tegas, "Mm!".
Kemudian ia melangkah ke pintu kamar tidur dengan kakinya yang pendek, berdiri tegak di depannya.
"Apakah ayah dan ibu Impewial masih tertidur lelap?" [1]
"Sepertinya begitu, Yang Mulia."
"Lagipula, Yang Mulia dikenal sebagai orang yang suka tidur."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bagian II • Melupakan suamiku, lebih baik dagang
RandomNOVEL TERJEMAHAN Cover : Pinterest Edit : Canva