Seorang gadis bermata lentik terbangun dengan perasaan aneh pada tubuhnya. Tubuhnya memang mungil, tapi anehnya ini benar-benar terasa sangat ringan seolah tidak ada beban. Jika ada angin besar datang melandanya, rasanya dia akan terbang. Dia benar-benar merasa aneh dengan perasaan baru ini.
Dia melihat keseluruh penjuru ruangan, gelap dan kotor, banyak benda-benda yang berdebu tapi anehnya dia tidak terganggu dengan itu. Paru-parunya pun tidak terganggu dengan debu yang berterbangan.
Dia mencoba untuk mengingat apa yang membuatnya bisa berada disini, tapi sayangnya dia tidak ingat kenapa dia bisa berada ditempat yang sangat kontras dengan wajah cantiknya. Rasanya dia sangat tidak pantas berada ditempat kumuh ini.
Dari jendela yang tidak tertutup trai, dia bisa melihat bulan purnama begitu terang menggantung dilangit. Cahaya yang masuk membuatnya bisa melihat kursi dan meja yang tertumpuk bersamaan dengan debu.
"Angin selatan, angin utara, dari manapun kau berasal, kami memanggilmu~ Angin timur, angin barat, dari manapun kau berasal, kami memanggilmu~ Tinggalkan raga, bangkitkan jiwa~ Jiwa yang putih pasti akan mendengarkan. Datanglah, datanglah, ayo lakukan sesuatu yang menyenangkan~"
Sebuah nyanyian yang seperti berasal dari paduan suara tiba-tiba terdengar. Jelas sekali bahwa itu suara anak perempuan yang mungkin berkisar sebanyak lima orang. Suara itu membuat sang gadis yang baru saja terbangun merasa sedikit terganggu.
Gadis itu berjalan menuju ke sumber suara. Ternyata benar, ada sekumpulan gadis yang sedang duduk melingkar di tengah ruangan dan masih menyanyikan lagu yang membuat gadis itu semakin terganggu.
"Hei, apa yang kalian lakukan malam-malam seperti ini?" Gadis itu bertanya namun tidak ada satupun orang yang menoleh padanya.
"Apa mereka tuli?" gumam gadis itu.
Dia mencoba untuk berjalan mendekat, semakin terganggu dengan lagu-lagu aneh yang mereka nyanyikan.
"Bisakah kalian berhenti bernyanyi? Kalian sangat berisik."
Lagi-lagi tidak ada yang menggubrisnya, gadis-gadis itu seolah tuli dan juga buta.
Gadis itu semakin mendekat lalu mendaratkan tangannya dibahu salah satu gadis yang bernyanyi. "Hei, apa kalian tidak mendengarku?"
"Teman-teman... Aku merasa ada yang menyentuh bahuku."
Barulah sekumpulan gadis itu terdiam. Mereka melirik satu sama lain dengan raut ketakutan.
"Jangan bercanda, kau hanya berusaha menakuti kami kan?" teman yang lain berbicara, dia telihat yang paling berani diantara gadis-gadis itu.
"Aku bersungguh-sungguh! Disini rasanya dingin." dia menunjuk bahunya namun teman-temannya tidak melihat ada apapun disana.
"Apa-apaan ini? Apa kalian tidak bisa melihatku? Aku memang menyentuhmu." gadis yang terbangun itu mulai merasa heran dan tidak sengaja meremas bahu gadis yang dia pegang.
"Huwaa!! Aku merasakan remasan disini!!" histeris gadis itu seperti akan menangis.
"Hei, tenanglah. Aku akan mencoba berkomunikasi dengannya," gadis yang paling berani mencoba menghilangkan rasa gugupnya dengan sedikit berdehem untuk menyegarkan tenggorokannya.
"Apa kau ada diantara kami?""Siapa yang kau maksud?" gadis bermata lentik itu semakin bingung.
Kelompok gadis itu kembali saling tatap karena tidak ada yang berubah dan tidak ada yang terjadi.
"Kau berbohong! Tidak ada siapapun disini," ujar salah seorang gadis menghardik temannya yang merasa bahunya diremas.
"Aku tidak bohong! Ada yang memegang bahuku. Aku benar-benar merasakannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Girl At School ✓✓ [COMPLETE]
FanfictionAwalnya tidak ada yang aneh dengan gudang sekolah itu, tapi ketika pintu usang itu tertutup, sesosok gadis misterius datang dengan teriakan nyaringnya. Itu terdengar menyeramkan untuk sebagian siswa, tapi tidak untuk Seulgi, baginya itu adalah teria...