Beberapa hari berlalu, akhirnya Seulgi bisa pergi ke kota lamanya. Dan dia tidak sendiri, Irene, Joy dan juga Wendy ikut turut serta menemaninya. Mereka akan menginap di rumah teman Seulgi untuk sementara, untung saja teman Seulgi sangat senang dan ingin menampung mereka.
"Kang Seul!" Seorang gadis jangkung terlihat sangat senang ketika membuka pintu rumahnya, dia langsung memeluk Seulgi dengan erat.
"Sudah lama kita tidak bertemu! Aku merindukanmu!"
Seulgi merasa sedikit risih, "Kita bahkan belum satu tahun berpisah Moonbyul-ah."
Moonbyul melepaskan pelukannya lalu tersenyum geli, "Senang melihatmu lagi."
Seulgi tersenyum, "Aku juga senang bertemu denganmu lagi. Ah, ini teman-temanku. Sekarang jadi temanmu juga."
"Oh hai, aku Moon Byulyi."
Setelah itu Joy dan Wendy membungkuk dan mengucapkan nama mereka.
"Masuklah." Moonbyul mempersilahkan lalu mereka segera masuk kedalam sana.
"Kebetulan sekali orang tuaku sedang keluar kota. Kita bisa berpesta disini."
"Aku datang kesini tidak untuk itu," dengus Seulgi saat duduk di sofa.
Moonbyul berdecak, "Anggap saja seperti rumah kalian sendiri."
Wendy dan Joy ikut duduk di sofa yang nyaman itu.
"Omong-omong, apa teman spesial mu itu ikut datang ke sini?" Moonbyul bertanya dengan sedikit takut. Seulgi memang menceritakan tentang Irene pada Moonbyul, mereka beberapa kali membahasnya di telepon, dan sekarang Seulgi sangat membutuhkan Moonbyul untuk menginap.
"Dia disini." Seulgi menunjuk ke arah samping tubuhnya dimana Irene tengah duduk disana.
"Hai teman, aku harap kau nyaman disini." Moonbyul sedikit merinding.
"Gomawo," jawab Irene dengan senang.
Seulgi tersenyum, "Dia senang dan berterimakasih padamu."
"Syukurlah," lega Moonbyul, "Apa kalian ingin minum sesuatu?"
"Ah, sebenarnya aku sudah lapar sejak di perjalanan tadi, apa aku boleh meminjam dapurmu untuk memasak ramyeon?" tanya Joy.
"Oh tentu saja. Ayo, aku akan membuatkan jus buah untuk kalian."
"Terima kasih."
Joy dengan senang mengambil beberapa bungkus mie dari tasnya setelah itu membawanya ke dapur, Wendy juga ikut bersamanya. Kini hanya ada Seulgi di ruang keluarga itu, sejujurnya bersama Irene juga, gadis yang tidak terlihat itu selalu berada di samping Seulgi.
"Kau lelah?" tanya Irene.
Seulgi menghembuskan napasnya, "Ini bahkan belum dimulai." Dia menatap Irene dengan dalam.
"Kau tahu? Kau sebenarnya tidak seharusnya melakukan semua ini, aku sangat takut kau terluka."
Seulgi menaruh jari telunjuk di bibirnya, "Aku yakin kita akan baik-baik saja. Kau juga harus yakin."
Irene tersenyum dan menatap Seulgi dengan tatapan yang lembut.
Seulgi selalu terhipnotis ketika melihat Irene tersenyum, rasa bahagia selalu datang dihatinya. Namun dengan perlahan Irene menghilang dari pandangannya hingga dia tidak bisa melihat senyuman itu lagi.
"Irene?" kedua mata Seulgi mencari-cari.
"Aku disini."
Suara Irene terdengar lalu Seulgi merasa pipinya disentuh dengan lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Girl At School ✓✓ [COMPLETE]
Fiksi PenggemarAwalnya tidak ada yang aneh dengan gudang sekolah itu, tapi ketika pintu usang itu tertutup, sesosok gadis misterius datang dengan teriakan nyaringnya. Itu terdengar menyeramkan untuk sebagian siswa, tapi tidak untuk Seulgi, baginya itu adalah teria...