Wendy tidak langsung membawa Joy pulang, dia justru membawa Joy ke rumah sakit untuk menjenguk kakaknya. Joy bisa melihat raut wajah Wendy yang benar-benar terlihat sangat sedih karena kakaknya tidak kunjung sadar.
"Aku tidak tahu kapan kedua mata itu bisa terbuka," ucap Wendy seraya mengusap tangan kakaknya yang terinfus.
Joy yang duduk disampingnya itu mengusap punggungnya dengan lembut.
"Mianhae, aku tidak mengerti perasaanmu," kata Joy.
Wendy menggeleng, "Jangan meminta maaf. Aku sadar aku terlalu banyak bertemu dengan wanita itu, aku mungkin menyakiti perasaanmu. Kau harus percaya jika aku tidak memiliki perasaan apapun padanya."
Joy hanya diam dan menatap Wendy dengan penuh.
"Aku terus memohon padanya untuk bertemu dengan Seungwon Oppa karena aku berpikir itu bisa membuatnya mengingat semuanya, atau mungkin bisa membuat Seungwon Oppa sadar karena aku tahu Oppa sangat mencintai wanita itu. Bukankah kekuatan cinta bisa membuat seseorang bisa menjadi sangat kuat?" Wendy menatap Joy dengan rapuh. "Tapi kenapa Seungwon Oppa tidak sadar juga?" Lanjutnya dengan suara pelan.
"Kenapa wanita itu tidak bisa mengingat apapun dan malah mencintai pria lain?" Rahang Wendy mengeras.
"Kita tidak bisa memaksakan sesuatu Wendy-ah.." ucap Joy pelan setelah itu membawa Wendy kedalam pelukannya.
Wendy membalas pelukan itu dengan erat, bahkan sedikit meremas punggung Joy.
"Jika sesuatu terjadi pada Seungwon Oppa, aku tidak segan untuk memberi pelajaran kepada wanita itu. Dia yang telah membuat Oppa terbaring lemah seperti ini."
Joy melepas pelukannya, "Apa maksudmu?"
"Jika Oppa mati, wanita itu juga harus mati."
"Son Seungwan sadarkan dirimu," ucap Joy sedikit menegaskan ucapannya, "Kau bukan orang yang seperti itu, jangan menaruh perasaan dendam itu di hatimu."
"Dia yang membuat Oppa seperti ini."
"Kita tidak tahu kebenaran dari cerita itu," balas Joy dengan cepat. Dia menangkup kedua pipi Wendy dan mengusapnya dengan lembut.
"Jangan menjadi sosok yang mengerikan, jangan kotori hatimu dengan dendam seperti itu. Semua yang terjadi dimasa depan adalah takdir, jangan salahkan siapapun, kau harus melapangkan dadamu untuk menerima semuanya meskipun itu bukanlah hal yang kau inginkan."
Wendy menunduk dan merenung, "Mian.." cicitnya pelan.
Joy menggeleng lalu memeluknya lagi. Tapi pelukan mereka terganggu karena tiba-tiba ponsel yang ada disaku baju Wendy berdering.
"Wanita itu lagi," gumam Joy merasa kecewa.
Wendy mematikan ponselnya lalu memasukannya kembali kedalam saku. Dia menarik tengkuk Joy lalu menciumnya dengan lembut.
____
Seulgi pulang ke rumah dengan pikiran yang bercabang kemana-mana. Dia memikirkan ucapan Irene yang merasa seperti mengenal Yeri dengan baik. Seulgi juga menyadari ada yang salah dengan ekspresi Yeri ketika dia memainkan lagu ciptaan Irene. Apa ada sesuatu yang sebenarnya di ketahui gadis itu?
"Seulgi!"
Seulgi terkejut bukan main hingga air di gelas yang sedang dia genggam terciprat keluar.
"Mwoo?!" Kesal Seulgi pada Irene.
"Ponselmu berdering!"
Seulgi baru menyadari ponselnya yang berada di atas meja berdering, dia langsung mengangkat panggilan dari ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Girl At School ✓✓ [COMPLETE]
FanfictionAwalnya tidak ada yang aneh dengan gudang sekolah itu, tapi ketika pintu usang itu tertutup, sesosok gadis misterius datang dengan teriakan nyaringnya. Itu terdengar menyeramkan untuk sebagian siswa, tapi tidak untuk Seulgi, baginya itu adalah teria...