Yang Riky rasakan saat ingin membuka matanya adalah kehangatan, ia sering merasakan hal yang sama akhir-akhir ini, tapi... tunggu, bukankah sekarang dirinya tidak sedang didalam kamarnya sendiri?
Saat ingin bergerak, Riky merasakan kalau dirinya dipeluk lebih erat, ia membeku saat mendengar suara yang berat khas orang bangun dari tidurnya.
"Sebentar Agraish."
"Tuan...?"
Hanya gumaman yang ia dengar, haruskah ia diam saja atau mencoba melepaskan diri? Sepertinya lebih aman opsi pertama...
•
•
•
•"Bagaimana?"
"Tuan Rakhsan sedang berada di club, tuan."
"Bawa pulang jika terjadi sesuatu."
"Baik tuan."
"Huh anak itu." Marthen memijat pelipis nya, merasa pusing memikirkan adik kembarnya. Ia selalu saja menghilang jika memiliki masalah, menghindar dari saudaranya dan tidak ingin bercerita.
"Agraish."
Dari pada memikirkan saudaranya itu, ia memilih memikirkan sosok manis nan cantik yang selalu ada didalam pikirannya saat pertama kali ia melihat foto sosok manis itu, bahkan ia menyimpannya sampai saat ini.
Bersandar pada sandaran sofa, menatap langit-langit atap ruangannya yang berwarna abu-abu. Marthen terus bergumam menyebutkan nama belakang milik Riky, seperti sebuah mantra yang bisa menghipnotis nya sampai ia tertidur.
•
•
•
•"Tuan, anda harus makan dulu," Riky berusaha membujuk tuan Kalandra yang masih tetap memeluknya padahal makanan sudah datang, tadi Ryujin yang mengantarkannya.
"Kau akan menyuapi ku?" Kalandra bergumam masih memejamkan matanya.
Riky mengangguk, "ya, tuan, saya akan menyuapi anda."
Setelahnya Riky merasakan pelukannya perlahan merenggang dan terlepas, ia segera bangun mengambil troli yang agak jauh dari jangkauannya. Dan Kalandra terbangun dengan perlahan, pusing nya sudah menghilang sebenarnya namun rasa lelahnya masih terasa.
Riky membantu sang tuan setelahnya merasa sang tuan merasa nyaman ia mengambil mangkuk yang sudah terisi nasi dengan sayur, perlahan ia menyuapi Kalandra yang diterima baik olehnya.
Dengan telaten Riky melakukan pekerjaannya, setelah makanan itu habis Riky memberikan Kalandra air dan ia segera menyiapkan obat yang akan diminum oleh sang tuan.
"Terima kasih Agraish." Riky tersenyum manis mendengarnya lalu mengangguk.
Kalandra meraih pergelangan tangan Riky saat melihatnya akan beranjak, "mau kemana?" Suara masih terasa serak
"Saya harus mengembalikan ini tuan, saya akan kembali nanti setelah saya selesai," ia menjelaskan sembari menunjuk pada troli yang berisi mangkuk kosong.
"Biar Ryujin mengambilnya." Ucap sang tuan dengan sedikit kasar.
"Tapi tuan–" sebelum Riky menyelesaikan ucapannya sang tuan sudah menariknya dan sekarang ia berada diatas pangkuan sang tuan.
Ia berusaha memberontak namun Kalandra menahannya dengan memeluk pinggang rampingnya.
"Diam." Suara dingin itu membuatnya berhenti memberontak.
"Tuan tidak ingin mandi?" Pertanyaan itu terucap begitu saja sebab tidak tahan dengan susana yang canggung itu.
"Kenapa? Ingin mandi bersama?" Ucapan yang terdengar seperti menggoda itu tetap saja membuatnya panik seketika menggelengkan kepalanya cepat.
Kalandra tertawa melihat kilatan panik pada mata indah milik Riky.
"Saya bercanda Agraish," Riky sedikit merinding mendengar tawa sang tuan, "saya ingin mandi air hangat, bisa tolong siapkan?" Kalandra meremas pinggang Riky, yang langsung memberi anggukan.
Riky berdiri dari pangkuan sang tuan setelah merasa sang tuan melepaskan pinggang rampingnya, lalu meminta izin untuk melakukan pekerjaannya.
Kalandra mengangguk, memperhatikan seorang Agraish yang tengah melangkah menuju kamar mandi pribadinya, –ia telah memberitahu letak nya tadi– tersenyum kecil saat pintu tertutup rapat.
"Small."
tbc