"Jay!"
Riky yang tengah membereskan tempat tidur tuan Kalandra dibuat terkejut oleh seseorang yang secara tiba-tiba membuka pintu kamar dengan kasar dan berteriak, matanya membulat menatap horor pada orang yang masih berada diambang pintu. Mereka melakukan eye contact dengan wajah yang sama-sama terkejut.
Riky segera memutuskannya setelah tau siapa yang baru saja datang, ia menundukkan kepalanya.
"Ah... maaf tuan," ucapannya terjeda untuk menelan ludahnya, merasa gugup dan takut. "Anda mencari tuan Kalandra?" Ia perlahan mendongak menatap sang tuan yang baru saja datang itu, "beliau sedang ada dikamar mandi tuan," lanjutnya kembali menundukkan kepalanya saat tau bahwa sang tuan tengah menatapnya intens.
Setelahnya mereka masih sama-sama diam dengan pikiran masing-masing terutama Riky sendiri yang bingung akan melakukan apa dan berbicara apa, sampai pintu kamar mandi terbuka memperlihatkan seseorang yang telah abis mandi, terlihat dari wajahnya yang segar dan rambutnya yang basah.
"Loh kak Varel?"
Tuan Kalandra yang habis mandi itu memanggil tuan Varelino yang masih didepan pintu kamarnya. Masih sadar bahwa Riky masih ada didalam kamarnya.
"Iya, udah baikan?" Tuan Varelino berjalan masuk membuat pintu kamar tertutup otomatis saat tidak ada yang menghalanginya.
Kalandra melirik Riky sebentar lalu mengangguk, "udah mendingan."
Riky yang paham akan situasi berinisiatif untuk pamit dari ruangan itu, "tuan saya izin keluar," ucapnya sembari menatap tuan Kalandra.
"Kenapa?" Yang bertanya bukanlah tuan Kalandra melainkan tuan Varelino.
Riky menatap sang tuan lalu tersenyum, "ingin membereskan ini tuan," ucapnya sembari memegang sebuah troli.
Tuan Varelino mengangguk lalu menyingkir untuk memberi akses pada Riky menuju pintu kamar.
"Tunggu," tuan Varelino menghentikannya setelah ia berjalan mendekat, "kamu belum mendapatkan izin dari pemilik kamar."
Tuan Kalandra tersenyum tipis saat mendengar ucapan sang kakak yang mana membuat Riky menatapnya untuk meminta izin, ia mengangguk pelan membuat Riky berpamitan pada mereka sebelum benar-benar keluar dari dalam kamarnya.
"Saya, permisi tuan," ia membungkuk pada keduanya yang dibalas anggukan.
"Jadi, hanya untuk itu?"
Varelino menatap sang adik heran yang tengah berjalan menuju tempat tidurnya, dan diikuti olehnya.
"Maksudnya?" Tanya nya saat sudah duduk disamping sang adik.
Kalandra merebahkan setengah tubuhnya, menatap langit-langit kamarnya. "Kenapa Jake membawa anak itu nya?" Jauh dari topik yang sebelumnya.
Sang kakak hanya mengangkat bahunya, "melepas rindu." Ucapan sang kakak membuatnya bangkit kembali.
"Tapi anak itu sangat berbeda, seperti ... sesuatu telah menarik kita untuknya," ia berucap dengan sedikit membara dimatanya sebuah keseriusan.
"Kita?" Kalandra mengerutkan dahinya mendengar perkataan sang kakak, lalu mengangguk.
Varelino tertawa melihat raut wajah sang adik lalu menetralkan kembali wajahnya, "benar, pasti ada alasannya dia ada diantara kita."
•
•
•
•Saat keluar dari kamar, Riky dibuat terkejut lagi melihat Ryujin dan juga Laras yang sama-sama terkejut.
"Kak Ryujin, Kak Laras ngapain kalian berdiri disini?" Riky bertanya saat sudah menetralkan rasa terkejutnya.
Sedangkan Ryujin mengerutkan dahinya bingung, "justru kita yang tanya, kenapa kamu keluar?"
"Loh, nya buat ngembaliin ini lah," ia tunjuk troli yang ada didepannya.
"Itu tugas kita Riky," ucap Laras dengan lembut namun itu membuat Riky mendelik tidak suka.
"Ini juga kan tugas aku."
"Kamu kan harus nemenin tuan Kalandra ky," ucap Ryujin dengan rasa gemas.
"Ada tuan Varelino kak Ryujin," Riky berucap dengan nada lembut yang dipaksakan.
"Udahlah, ayok turun," ajaknya pada kedua orang dewasa yang ada didepannya.
"Sini biar aku aja," tawar Laras saat Riky mendorong troli menuju lift yang akan mereka pakai.
"Ngga usah, biar aku saja," balasnya dengan sedikit sentakan.
Laras hanya pasrah dengan mengangguk saat melihat kode dari Ryujin untuk tidak memaksa Riky.
tbc