Polos I

101 13 1
                                    

Renjun punya ponakan, dia manis dan menggemaskan, walau kadang tingkahnya menyebalkan tapi Renjun tetap menyukainya. Sebagai ponakan. Yang lucu, usia mereka tidak terpaut jauh,  sekitar 4 tahun. Kini mereka tinggal bersama, untuk sementara, hanya sampai apartemennya selesai di renovasi.

Namanya Lee Haechan, katanya sih dia begitu mirip si Kakak, tapi menurut Renjun tidak sama sekali!

Sewaktu kecil mereka pernah main bersama, tapi karena jarak terlalu jauh dan Kakak serta sang suami memiliki pekerjaan, dua orang dewasa itu jarang pulang kampung. Di samping pekerjaan yang tidak bisa ditinggal, harga tiket pulang juga mahal. Alasan itu tentu saja diterima orang tua Renjun, mereka paham, karena ketika seseorang sudah berkeluarga orang tua tidak bisa memaksakan kehendak mereka lagi.

Segala sesuatu perlu di pikir secara matang.

Sama seperti Renjun yang tadinya menolak untuk tinggal. Ya, karena tidak enak, Renjun sudah memiliki tempat tinggal sendiri dan gaji yang cukup untuk biaya hidup, dia juga bisa tinggal di motel atau cari kost didekat tempat kerjanya, tapi si Kakak dan si Ipar memaksa Renjun; dengan alasan, nanti uangnya habis, mending disimpan.

Yah, Renjun juga tidak menyangkal kalau sebenarnya dia perlu tempat tinggal gratis, tapi tetap saja rasanya lebih nyaman tinggal sendiri. Mm, sebenarnya ada hal yang Renjun sembunyikan, tentang hormonnya yang kadang diluar akal. Intinya sih, Renjun perlu ruang untuk menuntaskan napsu binatangnya dan dia tidak ingin Kakak pertamanya tau hal itu.

Dan, yah, di sinilah Renjun. Kediaman si Kakak' yang tidak lebih besar dari apartemen Renjun. Ada dua kamar, satu kamar utama yang ditempati pasutri dan satunya milik si ponakan. Lee Haechan.

"Nanti kamu tidur sama Haechan aja, tempat tidurnya gede kok."

Ilustrasi masuk ke benak Renjun, bagaimana jika nanti dia melakukan sesuatu yang tidak senonoh? Apalagi Haechan yang sekarang bukan bayi berpipi tembam. Renjun pernah bertemu bocah itu, beberapa waktu lalu, dan menurutnya si Tan Lee tumbuh dengan baik. Pantatnya berisi dengan lekuk tubuh seksi, apalagi tulang selangka si manis, dan leher jenjang; akan menyenangkan jika Renjun bisa memberi bercak merah di sana.

Tunggu!!

Apa yang dia pikirkan?!!

"Aku tidur di ruang tengah aja."

"Yailah, sama ponakan sendiri masa ngerasa gak nyaman sih, Njun." Tawa pasutri itu terdengar mengejek, tapi bukan salah mereka sih, kan Renjun selalu berhasil mengemas image lugu nan polos didepan banyak orang. Bahkan orang tuanya sendiri tidak percaya kalau Renjun pernah nonton blue film.

Oh, waktu itu juga orang tua Renjun sempat di panggil ke sekolah karena masalah serupa. Pelecehan seksual yang tidak disengaja. Berakhir orang-orang di sana membuat kesimpulan, si korban membuat rumor palsu. Lucunya lagi, kepala sekolah meminta orang tua dari si korban memindahkan anaknya ke sekolah lain karena sudah berani menyebar rumor palsu.

Mm, maaf, Renjun tidak sebaik dan sepolos orang kira.

Bahkan sampai sekarang, ditempat kerjanya, dia mendapat julukan si polos Huang Renjun. Walau muak dengan julukan itu, Renjun tetap mengemas image itu pada dirinya. Membuat seolah dirinya orang paling baik di dunia. "Gapapa, takut Haechan gak nyaman." Lagi, tapi kali ini Renjun jujur. Dia tidak ingin kebablasan seperti waktu itu, saat dia sekolah.

"Nanti biar kakak yang ngomong, Haechan gak keberatan kok."

Kalau begini Renjun memilih bungkam, seharusnya sejak awal dia tidak menuruti ocehan si Kakak. Jangan salahkan Renjun kalau nanti Haechan tidak polos lagi.

.

.

Malam itu, malam pertama Renjun tinggal di kediaman Kakaknya. Si Kakak yang berperan menjadi Ibu itu memulai topik, meminta atensi si Tan, sedangkan si Ayah hanya memperhatikan. Renjun? Oh, dia tidak ingin ambil andil dalam merayu si ponakan. Walau mereka sempat dekat, tapi itu terjadi sudah sangat lama! Ketika usianya masih 4 tahun!!

TAP [RENHYUK editions]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang