BAB 3 - PERJANJIAN PERNIKAHAN

1 0 0
                                    

       Hari ini aku dan pria itu meninggalkan rumah nenek, yah hari dimana aku mengata-ngatai ibu pria itu. Hari ini semua orang akan kembali ke habitatnya masing-masing, mama dan papa akan kembali ke rumah mereka, aku dan pria ini juga akan tinggal di rumah pria ini, sedangkan ibu sengaja ku minta tinggal di tempat nenek, ya setidaknya sampai di rumah kami itu aman, aku yakin pasti Reza dan keluarganya itu akan mendatangi rumah kami dan mencelakai ibu, aku tak rela ibu kenapa-napa, nenek pun juga ingin ibu untuk tinggal di rumah nenek, setelah ku bujuk akhirnya ibu pun bersedia. Nenek menyerahkan kunci mobil padaku, "Ini hadiah pernikahan kalian dari nenek".

       Aku menatap nenek dan bergantian menatap pria itu yang berdiri di belakangku, kemudian kembali ku serahkan kunci itu pada nenek, "Nek, terima kasih nek atas hadiahnya, tapi sebaiknya aku kembalikan ke nenek saja, aku yakin suamiku ini sudah mampu membelikan ku mobil" ucapku sambil tersenyum, tapi nenek tetap saja memaksakan pemberian mobil ini pada kami, "Ini hadiah dari nenek untuk kalian, masa hadiah dari nenek pun di tolak?" ucap nenek dan akhirnya pria itu mengambil kunci itu, "Terima kasih nek, kadonya kami terima ya" ucapnya sambil mencium pipi neneknya.

        Kemudian kami pun berpamitan dengan mobil baru itu, sedangkan mobil pria itu akan diantarkan oleh supir nenek nantinya. Di perjalanan kami hanya diam, aku menikmati jalanan yang kembali menuju kota dimana tempatku berkuliah, yah rumah nenek berada di kota sebelah, 2 jam berlalu akhirnya kami sampai di rumah pria ini, kemudian dia menurunkan barang-barang kami, rumahnya besar sekali jika untuk ditinggali seorang diri, dia berjalan membawa 1 koper dan 1 tas besarnya, aku pun juga membawa 1 koper, 1 ransel dan 1 tas besar. Semuanya berisikan kebutuhanku, memang itu hanya sebagian yang ku bawa, sebagian lagi masih ada di rumah.

       Aku memasuki rumah itu dan berdiri di dekat tangga, aku tidak tau kamarku dimana jadi aku memilih berdiri saja di dekat tangga, 1 jam aku berdiri disana akhirnya pria itu turun dan menghampiriku

  "Saya kira kamu masih di luar" ucapnya datar

  "Maaf mas, aku boleh bertanya? kamar mana yang bisa aku tempati?" tanyaku

  "Disini ada 3 kamar, 2 di atas dan 1 di bawah, terserah kamu mau pakai yang mana" ucapnya lagi

  "Aku pakai kamar yang di bawah saja ya mas" ucapku sambil tersenyum

  "Eh jangan, kamu di atas aja, di sebelah kamar saya, kamar dibawah ini biasa ditempati nenek kalau beliau tiba-tiba datang dan ingin menginap" ucapnya sambil memegang dagunya

  "Baik mas" ucapku dan akan bersiap menaiki tangga sambil membawa barang-barangku

  "Sini saya bantu" ucap pria itu sambil membawa koperku dan tas besarku

  Sebenarnya pria ini baik, tapi kenapa dia dijodohkan denganku? padahal masih banyak wanita yang sederajat dengannya yang bisa dia nikahi, tapi kenapa neneknya malah memilih aku? padahal kami bagai langit dan bumi. Setelah sampai di kamarku, pria ini tiba-tiba bersuara

  "Tolong serahkan semua berkas-berkas yang berkaitan dengan data diri kamu, mulai dari akta, ktp, kartu pelajar, ijazah SD- SMA, kartu keluarga, semua itu di scan dan kirim ke saya" ucapnya lagi

  "Buat apa mas?" tanyaku

  "Kalau-kalau nanti ada apa-apa sama kamu, jadi saya ga repot" ucapnya

  "Kalau gitu aku juga boleh dong minta semua data diri mas" ucapku lagi, dan dia hanya menganggukkan kepalanya

  Setelah itu ia pun pergi dari kamarku, aku membuka laptopku dan menuliskan perjanjian pernikahan, disana aku tuliskan beberapa poin yang akan menyelamatkan diriku, setelah 1 jam membuat poin-poinku, kemudian aku mengetuk pintu kamar pria itu, tak lama ia pun membukakan pintu, aku menyelonong masuk sambil membawa laptop, ku minta ia untuk duduk di sebelahku dan ku perlihatkan perjanjian ini.

  "Mas, aku bikin beberapa hal yang harus kita sepakati" ucapku

  "Untuk apa? Apa untungnya buat saya?" tanyanya padaku

  "Mas, itu poinku, poinmu apa? kamu bisa tuliskan disana, kita akan sepakati perjanjian ini" ucapku

  "Hm, kenapa 1 tahun? Kenapa tidak 6 bulan saja?" tanya nya padaku lagi

  "Hehe, mas, aku baru akan wisuda 3 bulan lagi, aku belum tau apakah setelah lulus aku bisa langsung dapat pekerjaan, jadi setidaknya selama 9 bulan itu aku akan menjadi parasit ya, dalam kurun waktu 6 bulan kita harus tampak terus bertengkar di depan nenek dan kemudian mengakhiri pernikahan" ucapku menjelaskan

   "Menarik sih, ok saya deal dengan waktu 1 tahun, persyaratan saya juga sudah kamu wakilkan, jadi ok lah poinnya saya sepakat" ucap pria itu, aku tersenyum, ada beberapa poin dalam perjanjian itu
1. Pihak suami dan pihak istri tidak saling mencampuri urusan masing-masing secara mendalam
2. Selama pernikahan pihak istri akan mendapatkan seminimalnya 30% dari harta yang diperoleh oleh suami perbulannya
3. Setelah 1 tahun pernikahan, maka pernikahan harus di akhiri
4. Setelah perceraian, pihak istri akan mendapatkan 70% gaji yang diperoleh suami selama sebulan
    
     Setelah itu aku dan pria ini menandatangani file itu dalam bentuk pdf dan dikirimkan pada emailnya dan aku pun menyimpan file itu di laptopku. Setelah itu aku pun meletakkan laptopku di kamar dan menuju ke lantai bawah, aku merasa cukup lapar siang ini, ku lihat kulkasnya tidak ada isinya, sehingga aku memutuskan untuk pergi keluar mencari makanan dengan membawa dompet dan ponselku.

       Aku berjalan sepanjang gang tapi tak menemukan orang berjualan di tepi jalan, aku terus berjalan ke depan gang, setelah setengah jam berjalan dan sampai di depan gang, aku tetap tidak menemukan orang berjualan, sedangkan perutku sudah semakin lapar, mau balik ke rumah pria itu pun aku lupa rumahnya yang mana dan kalau naik ojol pun aku gatau alamatnya, aku hanya terus berjalan menyusuri jalanan besar itu, sejauh mata memandang, aku tak menemukan orang berjualan. Setelah lama berjalan aku menemukan pos satpam disana, kemudian aku menghampiri pos satpam itu, aku ingin bertanya rumah pria itu pun aku tidak tau namanya siapa, aduh apes sekali aku. Aku mendekati pos satpam dan bertanya

    "Pak permisi, ini namanya komplek apa ya? dan di jalan apa namanya?" ucapku bertanya

    "Ini namanya komplek mawar mbak, di jalan Hasanuddin, emangnya kenapa ya mbak?" tanya satpam itu

    "Begini pak, saya penghuni baru disini, suami saya yang bawa saya tinggal disini, sebelumnya dia udah tinggal disini juga, tadi saya niatnya mau cari makan eh taunya kompleknya gede banget, sampe akhirnya saya ketemu pos ini" ucapku menjelaskan

      "Emang nama suami mbak siapa?" tanya nya

      "Hm maaf pak, saya dan suami saya ini di jodohkan dan saya lupa namanya, hehe" ucapku lagi

       Satpam itu menggelengkan kepala dan kembali bersuara "Apa mbak ada foto suami mbak?" tanya satpam lagi dan aku hanya menggeleng, bahkan aku tidak punya nomor telfonnya juga, aduh bagaimana ya ini, masa aku tinggal di pos satpam gini, apa aku pulang ke rumah saja ya? 'ah sudah lah aku naik ojol saja ke resto yang aku mau, nanti pulangnya kalau sampai malam pria itu ga nyariin aku, aku pulang saja ke rumah', saat hendak berdiri dan melancarkan ideku aku teringat bahwa kunci rumah kan ku tinggal di dalam tas, bagaimana mau pulang? kunci saja tidak ada, aku pun mengurungkan niat untuk pergi dari pos itu.

       Sudah 20 menit aku di pos itu sambil celingak-celinguk dan menggoyang-goyangkan kaki, akhirnya aku meminta bantuan satpam untuk menulis alamat lengkap dari komplek itu, dan kemudian aku menitipkan pesan pada satpam itu "Pak, jika nanti suami saya nyariin saya, dengan menyebutkan ciri-ciri saya, tolong bilang saya lagi cari makanan ya pak" ucapku dan di iyakan oleh satpamnya, aku pun memesan ojol dan menuju resto yang aku mau.

       15 menit menunggu akhirnya ojolku sampai dan kami segera berangkat menuju resto, 30 menit perjalanan akhirnya aku sampai di resto yang aku mau, aku memesan makanan dan melahap makanan sepuasnya

Kami Tak SetaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang