BAB 5 - NILA, BEGINI LAGI?

1 0 0
                                    

       Setiba kami di rumah, kami kembali ke kamar masing-masing, aku sibuk dengan skripsiku yang akan ku konsultasikan pada dosen di esok hari, sedangkan Emir aku tidak tau dia sedang apa, aku masih sangat membenci omongannya tadi saat di mobil, mulutnya sangat pedas bahkan mengalahkan tetanggaku di rumah, aku benar-benar ingin menjambaknya tapi aku masih ingat jika ia manusia yang mungkin saja nanti mempenjarakanku. Aku fokus mengerjakan skripsiku, tak terasa hari sudah pukul 6 sore, aku pun segera mandi sebelum hari semakin malam, setelah mandi aku keluar dari kamarku, berniat untuk melihat suasana depan rumah dan memesan makanan secara online.


     Namun saat aku keluar kamar, aku melihat Emir sedang menuruni tangga dengan tergesa, aku mengejarnya dan memanggil namanya


  "Emir, tunggu" ucapku sedikit berteriak


  Ia sepertinya mendengar suaraku sehingga berhenti di pertengahan tangga, kemudian menoleh ke arahku


  "Kamu mau kemana?" tanyaku padanya


  "Saya mau ngedate" ucapnya singkat


  "Kemana?" tanyaku


     "Ngapain tanya-tanya si? Saya ngedate sama pacar saya, bukan sama kamu" ucapnya lagi ketus


      "Ck bisa ga sih jawab tuh biasa aja, aku cuma tanya ngedate kemana doang, bukan ngerasa aku yang di ajak ngedate" ucapku lagi jutek


     "Hm (dia menarik nafas dan menghembuskannya pelan) ke Cafe Luminous" ucapnya lagi


     "Yaah, cafe mewah banget, sebelum cafe itu ada cafe-cafe biasa ga yah?" tanyaku lagi


    "Ada, emang kenapa?" dia kemudian balik bertanya


    "Aku mau nebeng dong sampe cafe terdekat aja deh, aku laper nih" ucapku memelas


     "Ck, gada gada, kamu ngerusak mood cewek saya nanti" ucapnya kembali ketus


     "Kamu mau jemput dia dulu ya? Terus baru lanjut ke cafe?" tanyaku menggali informasi


      "Engga, saya janjian disana aja sama dia, tapi nanti parfummu mengganggu hidungnya, dia tau dan hafal aroma parfum saya, dan jika kamu mendudukkannya, maka aromanya akan beda" ucapnya menjelaskan


     "Ga kok, aku ga pake parfum, bener deh" ucapku sambil menunjukkan jari telunjuk dan jari tengahku


     "Ah gamau, nanti kamu hilang lagi, ga bisa pulang ke rumah" ucap Emir menjengkelkan


     "Ayolaah Emir, pelit banget deh, aku pulang naik ojol, kamu tinggal kasih aku alamat lengkapnya aja, atau nanti aku pulang ke pos aja dan minta antar ke satpamnya ke rumah ini" ucapku lagi


     "Ck, yaudah buruan, 5 menit lagi saya berangkat, buruan siap-siap" ucapnya dan berlalu pergi


        Aku segera mencepol rambutku dan menggunakan kardiganku, tak lupa membawa tas kecil yang berisikan dompet dan ponselku, aku juga menggunakan sendikit liptint agar tak tampak pucat. Setelah itu aku berlari menuju pintu depan dan menguncinya dengan baik, setelah itu aku menaiki mobil Emir. Emir melihat tampilanku dari atas sampai bawah, kemudian dia menarik nafasnya dan menghembuskannya kasar lalu berlanjut mengemudikan mobilnya ke arah luar komplek. Aku memperhatikan setiap jalan, sebelum itu aku sudah mengingat nomor rumah Emir, jadi nanti aku bisa kembali ke rumah ini dengan baik, setelah sampai di pos satpam Emir menurunkan kaca jendelanya dan menyapa satpam tersebut, aku pun ikut tersenyum.


        20 menit di perjalanan akhirnya Emir menurunkan ku di resto ini, "Ingat nanti pulang hati-hati, saya akan sharelock alamatnya nanti, jangan pulang terlalu malam" ucapnya mengingatkan, aku hanya mengangguk dan segera meninggalkan mobil. Aku memasuki resto tersebut, tadinya aku ingin bawa pulang, tapi nanti makanannya ga hangat lagi, jadi aku memutuskan untuk makan disana saja. 1 jam lebih aku menghabiskan waktu untuk makan disana, kemudian aku melihat ponselku dan mencoba untuk melihat ojol dengan alamat yang diberikan Emir. Entah mengapa aku merasa seperti ada yang menatapku, aku memperhatikan sekeliling dan mendapati 2 orang yang ku rasa sedang memperhatikan gerak-gerikku, aku memesan ojol namun tidak sampai ke rumah melainkan hanya hingga pos satpam.


        Tak lama ojolku datang, aku menaikin ojol itu dan tetap memperhatikan mereka, yap mereka benar mengikutiku, mereka berusaha mengejar ojolku hingga ke komplek, jalanan sebelum sampai ke komplek Emir memang sangat sepi, aku meminta ojolku untuk semakin ngebut. Hampir sampai di depan gerbang komplek mawar tiba-tiba motor ojolku oleng, dan aku secara spontan turun dari ojol itu, dan memberikan ke tangan abangnya uang 50 ribu, kemudian aku berlari ke arah pos gang mawar, belum aku sampai di depan gang itu aku di tarik oleh 2 orang yang mengikuti ku itu, karena tenaga mereka cukup kuat menarikku alhasil aku berteriak sekencang-kencangnya, setelah teriakan ku yang ketiga akhirnya satpam pun muncul, ia membawa pentungan yang cukup besar sehingga 2 orang itu kabur begitu saja dan aku pun terselamatkan.


        Aku berterima kasih pada satpam itu dan juga memintanya untuk mengantarku ke rumah Emir, beliau pun mengantarkan, untungnya ini pergantian shift mereka, satpam yang tadi akan pulang, namun sebelum pulang dia akan mengantarku terlebih dahulu, dan satpam yang shift ini akan bertugas, setelah mengantarku beliau pun pamit dan aku masuk ke dalam rumah. Setelah itu aku memilih menonton televisi di ruang tengah, baru 30 menit aku merasa bosan dan beralih ke kamar. Setelah 40 menit di kamar aku mendengar suara pintu depan yang terbuka dan tertutup namun seperti dihempaskan, aku kaget kemudian berjalan keluar kamar, ku lihat Emir menaiki tangga dengan wajah yang kesal tapi tampak ada khawatirnya.



     "Kan apa saya bilang, pasti nanti ada lagi tragedi yang terjadi ke kamu, kamu gamau dengerin saya sih" ucapnya setelah sampai di depanku



    "Apa si? Kamu kenapa? Sakit? Demam? Datang-datang ga jelas begini" ucapku santai



    "Tadi satpam depan udah cerita soal kamu di kejar 2 orang ga dikenal" ucapnya lagi



     "Ya trus kenapa? Salahku? Kan engga, aku mana tau dia bakal ngejar aku, atau berniat buruk ke aku, aku ga kenal orang itu, aku juga sadar dia ngikutin, aku juga minta ojolnya ngebut, tapi tadi ojolnya tiba-tiba oleng karna ada batu ga sengaja kelindes, jadi ya begitu, toh aku berhasil selamatkan? Ga repotin kamu" ucapku jelas


   "Udah lain kali ga usah ngide pergi sendiri, kalau lapar ojolnya aja suruh anter makanan" ucap Emir


     "Lho? kok gitu? dipenjara banget aku kayaknya" ucapku sinis


    "Ya salah sendiri kenapa selalu kena masalah, ga bisa jaga diri sendiri pula" ucap Emir lagi


     "Udah lah ya Emir, aku gamau debat lagi, aku mau tidur" ucapku dan langsung masuk ke kamar

       Aku terus menggerutu, sebenarnya aku juga tidak tahan bersama dia, 2 hari aja udah gila, apalagi 1 tahun, tapi demi ibu aku harus tetap jalankan rencana ini hingga bertemu pada hasil

Kami Tak SetaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang