"Gio!"
Si kecil yang sedang bermain mobil-mobilan di halaman depan rumah bersama Jamal itu menoleh saat Celine memanggilnya.
"Ayo main macak-macak." ajak Celine, yang mendorong troli kecil berwarna merah muda.
Gio menggeleng. "Ain obil aja."
Celine terlihat cemberut. "Ayo main macak-macak aja."
"Gio lagi mau main mobil-mobilan, Kakak." ucap Jamal menyahuti.
Celine mulai merengek. Gadis kecil itu bahkan mendorong-dorong trolinya kearah Gio dengan tidak sabaran. "Ayo main cama aku!"
Gio kembali menggeleng, dan kembali fokus dengan mobilnya.
"Ayo main Gio!" Celine mulai berseru, karena Gio mengabaikannya.
"Tapi, Gio maunya main mobil-mobilan, sayang. Jangan dipaksa main masak-masakan." Jamal mendekati cucu pertamanya itu dan menenangkannya.
Bibir Celine mencebik. Kedua pipinya bahkan sudah memerah, karena menahan tangis. Detik berikutnya, gadis kecil itu langsung membanting troli mainannya. Membuat semua isi dari troli berhamburan. Lantas, Celine langsung kembali masuk ke rumah dengan suara tangisnya yang memekakkan telinga.
"Haduhhh, drama banget kayak Neneknya." gumam Jamal. Sebenarnya, Jamal sendiri merasa terkejut dengan kedua sifat cucunya yang sangat bertolak belakang.
Jamal masih bisa mengingat dengan jelas bagaimana ketakutan istrinya, saat Jovan mengatakan ingin menikah dengan Naya. Wanita itu juga awalnya tidak setuju. Bukan karena Naya, melainkan karena Jovan. Tia merasa tidak terima, jika Naya harus berjodoh dengan putra keduanya yang sangat bebal. Terlebih lagi, saat tau anak mereka berjenis kelamin laki-laki.
Namun sepertinya, semesta seolah mendengar doanya untuk Naya. Putra dari menantu keduanya itu justru punya sifat penyabar dan penurut. Benar-benar sifat yang mirip dengan Naya. Dan hal itu membuat Tia merasa bisa bernapas lega. Mungkin, karena jalan Jovan mendapatkan Naya juga tidak mudah. (Baca Shake It)
Entahlah, yang jelas, Tia dan Jamal merasa bersyukur karena Gio adalah anak laki-laki yang manis. Walaupun mereka harus lebih memperbanyak sabar, karena Celine justru punya sifat yang tidak sabaran, bossy, tukang drama, dan tidak mau kalah. Benar-benar tipikal anak pertama, sekaligus cucu pertama perempuan.
Perlahan, Gio mendekati Jamal dan menarik celana laki-laki itu. "Elin angis?"
Jamal mengangguk. "Iya. Gio mau main sama Kakak?"
"Ain obil... Api, Elin angis..." gumam Gio.
"Jadi gimana? Gio mau main mobil-mobilan apa main sama Kakak?" tanya Jamal dengan sabar.
Gio terlihat memperhatikan mobil-mobilan di tangannya yang dibelikan oleh Tia saat dirinya tiba tadi pagi. Terlihat enggan meninggalkan mainan tersebut.
"Celine diapain? Kok, nangis?" tanya Tia yang tiba-tiba datang dari dalam rumah.
"Dia tadi mau ngajak Gio main masak-masakan, tapi Gio nggak mau, karena mau main mobil-mobilan sama Papa. Abis itu troli mainannya langsung dibanting, terus dia masuk ke rumah sambil nangis." jelas Jamal.
"Heran Mama tuh sama anaknya Marcel. Cewek, tapi banyak tingkah dan suka ngatur. Malah anaknya Jovan yang nurut, walaupun cowok. Padahal Mama udah takut banget kalo Gio kelakuannya nanti kayak Jovan."
Minimal sadar diri aja, Ma. batin Jamal.
"Ya udah, ayo main di dalam aja. Jangan di luar gini, udah siang. Panasnya udah nggak bagus buat kesehatan. Gio sayang, masuk ya? Bawa mobil-mobilannya juga ke dalam." perintah Tia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mini BOSS! (Spin off Daily Life Bu RW & Shake It)
FanficCeline dan Gio, usianya memang hanya terpaut 6 bulan. Tapi, Celine selalu merasa lebih bossy dan berhak atas segala hal, daripada sepupunya itu saat bermain. Gadis kecil cerewet berusia 3 tahun itu memang selalu menyuruh sepupunya yang berusia 2,5 t...