[04] Deserve

130 19 6
                                    

"Never say that you don't deserve me."

•••

⚠️ butterfly effect 🦋 

  

[The Hidden Prince]

    

"Bella, ibumu mengatakan bahwa ada tamu datang ke rumah. Kau harus pulang."

Sertamerta tangan-tanganku yang tengah membetulkan batang pink jasmine yang melilit itu terhenti. Keningku kontan mengernyit menyertai mulutku membuka, "Apa itu sangat mendesak? Memangnya siapa yang bertamu ke rumah?"

"Entahlah. Beliau hanya menyampaikan pesan begitu. Kau sulit dihubungi bila sedang sibuk."

Sejenak aku tersenyum bersalah pada Brianna sebelum melepas kedua sarung tanganku, menyelesaikan pekerjaanku lebih awal. "Aku terlihat menyebalkan, bukan?"

"Glad that you reflected on your mistake." Brianna menjawab culas diiringi tawa kecil yang menular padaku. "Pergilah. Kau selalu percaya padaku, kan?"

Aku mengangguk saja sebelum memutuskan pergi dari toko bunga yang kami bangun bersama ini. Rasa tak enak hati jelas menggangguku. Aku baru saja kembali beraktivitas setelah dua minggu absen dan sekarang aku harus meninggalkan temanku itu menangani toko kami sendiri.

Jarak yang tak terlalu jauh membutuhkan hanya sepuluh menit sampai mobil miniku menemukan jalan menuju rumahku. Meski dikelilingi pekarangan luas dengan rerumputan hijau yang menyegarkan mata, tetap saja aku terpaksa berhenti beberapa meter dari rumahku sebab jantungku mulai berdebar panik.

Ada sekitar lima mobil sedan metalik diam berjajar menutupi seluruh lebar pekarangan rumahku dan aku langsung tahu siapa tamu yang dimaksud.

"Oh, bloody hell!"

Begitu saja terucap dari mulutku mengiringi gerak tubuhku bergegas turun dari mobil. Berlari-lari seperti tengah diburu lalu terengah disertai salah tingkah ketika tiga orang pria bersetelan formal yang berjaga di depan rumahku itu langsung menyambutku dengan bungkukan hormat.

"Selamat datang kembali, Tuan Putri. Yang Mulia Pangeran sedang menunggu Anda di dalam. Mari masuk."

Bagus sekali, dia ada di sini?!

"Mengapa dia datang kemari? Apa ada sesuatu yang serius terjadi?"

"Kami tidak diperkenankan untuk menjawab. Silahkan masuk, Tuan Putri."

Mereka memberi jalan seakan-akan aku adalah tamu di sini. Aku segera masuk dan menemukan Ibu sudah duduk di ruang tamu, menemani sosok familier yang lekas berdiri menyambutku.

"Ada apa ini?"

"Tuan Putri," Sir Nicholas membungkuk hormat padaku. "Senang bisa melihat Anda kembali. Yang Mulia Pangeran sudah menanti kedatangan Anda."

Aku tahu bahwa bukan mereka yang seharusnya kukhawatirkan saat ini. Tetapi di mana dia sekarang?

"Yang Mulia Pangeran menunggu di kamarmu, Bella."

"APA?!"

Detik berikutnya aku harus merasa bersalah karena sudah memekik di depan Ibu juga Sir Nicholas. Sungguh tidak anggun sekali aku bereaksi layaknya perempuan tidak beretika di hadapan orang yang membawa atas nama kerajaan kemari?!

"Ma-maaf—ta-tapi..., kenapa dia ada—"

Ucapanku tidak selesai sebab aku lebih memilih pamit beranjak menuju lantai dua di mana kamarku berada. Dan jantungku seperti berdentam kalut menyertai langkah-langkah cepatku, membuka pintu bercorak cokelat lembut lantas mataku langsung terpaku pada sosok yang benar adanya tengah menunggu di dalam.

The Hidden PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang