[02] How To Earn Love

178 27 8
                                    

"I won't let these pretty hands do too much tough, even an undeserved job just like you wanted to do."


[The Hidden Prince]


"Bagaimana keadaanmu di sana?"

Sebuah pertanyaan yang sedikitnya membuatku ingin mendengkus geli. Tetapi aku masih ingat dengan baik dengan siapa aku berbicara saat ini sehingga aku lekas mengontrol deru napasku.

"Tidak ada yang spesial."

"Apa maksudmu tidak ada yang spesial? Ibu sedikit khawatir karena kau sudah tidak kembali beberapa hari. Ibu pikir kau akan diperlakukan—"

"Diperlakukan dengan tidak baik di kastil ini? Sepertinya kekhawatiran Ibu tidak perlu dilanjutkan karena aku sungguh baik-baik saja." Pada akhirnya, aku mengembuskan napas panjang sebelum melanjutkan, "Semuanya berjalan dengan sangat baik, Ibu. Aku hanya perlu beradaptasi karena sepertinya aku yang merepotkan mereka."

"Apa yang kau lakukan?"

Aku mengedikkan bahu mendengar pertanyaan menuding Ibu. Sepertinya beliau sudah sangat tahu tabiatku sehingga selanjutnya, ia mengesah keras.

"Kau melakukannya lagi."

"Bu, aku hanya melakukan tugasku. Ibu bilang bahwa aku harus memberikan impresi padanya. Jika aku diam saja di sini, aku akan dicap sebagai calon tuan putri yang manja dan itu sama saja dengan merendahkan nama keluargaku."

"Bukan berarti kau harus berkebun dan mengotori tangan hingga pakaianmu. Astaga, Bella! Menjadi Tuan Putri adalah kau harus mempelajari tata krama dan memudahkan pekerjaan para pelayanmu dengan bersikap tenang dan anggun. Tapi sepertinya kau justru melakukan sebaliknya."

Omelan Ibu di seberang sana terlalu telak sehingga aku hanya bisa meringis. Terlebih lagi, saat ini aku sedang diawasi dengan beberapa orang yang kelihatannya begitu mengkhawatirkanku namun sesungguhnya, itu cukup membuatku tidak nyaman.

"Aku hanya ingin melakukan apa yang menurutku paling tepat, Bu. Aku mempelajari semua yang Ibu maksud dan aku mengimbanginya dengan kemampuanku. Lagipula terlalu bersantai di sini justru membuatku resah."

Terlebih mereka masih juga mengikuti gerak-gerikku yang saat ini tengah mengejar sarung tanganku yang sempat terbang diterpa angin. Spontan saja aku mengucapkan terima kasih pada salah satu gardener yang lebih dulu menangkapnya dan menyerahkannya dalam tunduk sopan.

"Jangan membuat kegaduhan, Bella. Kau yang terlalu banyak bergerak justru akan merepotkan mereka. Bagaimanapun juga, mereka bertugas tidak hanya mengawasi tetapi juga memastikan bahwa kau baik-baik saja. Setidaknya pikirkan reaksi calon suamimu sebelum itu malah membuatmu—"

"Iya, Ibu, aku mengerti. Aku akan lebih berhati-hati di sini."

Bukan maksudku bersikap tidak sopan karena memotong pembicaraannya. Hanya saja, aku harus segera mengakhiri percakapan ini setelah melihat apa yang aku tunggu-tunggu akhirnya datang.

"Bu, kita sudahi dulu perbincangannya. Bunga pesananku sudah datang."

Tanpa menunggu protesan dan—kemungkinan—kemarahan Ibu, aku lekas mengakhiri panggilan lalu menyimpan ponselku ke dalam saku sembari berlari ke dalam kastil. Tentunya, aku mendengar derap kaki para maid dan butler yang terus bersamaku mengejarku di belakang sana.

"Oh, waktu yang tepat. Biarkan aku!"

Tanpa basa-basi, aku mengangkat salah satu dari pot berisikan bunga putih yang sudah bermekaran dengan cantik dan segar. Di saat aku mengangkatnya penuh kekaguman, aku mendengar seruan panik dari beberapa pelayan yang melarangku secara halus.

The Hidden PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang