Bab 7

3.5K 6 0
                                    

Semenjak malam itu, pekerjaan Diara menjadi bertambah lagi. Bagaimana tidak? Endy jadi sering berkunjung ke rumah Bima. Bisa satu bulan sekali, kadang dua minggu sekali. Padahal tempat tinggalnya cukup jauh dan berbeda kota.

Dulu sebelum mempunyai hubungan dengan Diara, lelaki tua itu hanya akan ke rumah sekirannya tiga bulan atau enam bulan sekali untuk menengok sang cucu, itu pun selalu bersama dengan istrinya. Namun sekarang, Endy sering datang sendiri. Entah alasan apa yang lelaki itu kemukakan pada istri, juga pada Nadia (selaku menantu dan pemilik rumah) agar tidak curiga. Diara benar-benar tidak tahu dan tidak ingin tahu.

Namun sekarang terjadi sesuatu yang berbeda dengan perasaan Diara pada Endy. Entah mungkin karena sering berhubungan dengannya, sehingga membuat Diara mulai merasakan nyaman terhadap laki-laki tua itu. Padahal pada awalnya Diara sangat muak dan membencinya setengah mati. Sebab kau tahu? Endy bukanlah tipenya.

Seperti menjilat ludah sendiri, kini Diara malah mengaguminya. Laki-laki tua itu jika ditelaah lebih dalam tidak seburuk yang Diara bayangkan. Meski umurnya sudah menyentuh angka kepala enam, tapi ia masih terlihat gagah, bahkan masih terlihat tampan juga. Tidak berbeda jauh dengan Bima, cuman ini versi lebih tuanya.

Endy juga sangat baik, dan sering memberi uang, begitupun dengan barang-barang mahal. Pokoknya sangat royal sekali. Terhitung tujuh bulan Diara berhubungan dengannya. Sudah banyak yang gadis itu dapatkan. Mulai dari uang, pakaian, perhiasan, dan masih banyak lagi barang-barang lainnya.

Sekarang ini, bisa dibilang pekerjaan Diara sebagai ART hanya formalitas untuk berklamufase saja. Karena sejatinya pekerjaan utamanya adalah menjadi simpanan bapak dan anak itu.

Sebelumnya Diara tidak pernah menyangka bahwa sepasang ayah dan anak tersebut memiliki nafsu yang begitu besar. Dilihat dari tampang dan pembawaanya, pria-pria itu sangat berwibawa dan begitu menyayangi keluarga. Sosok suami-suami setia, idaman para wanita. Sangat mustahil membayangkan mereka akan bermain serong.

Tapi ah, memang yah, menilai seseorang itu jangan hanya di luarnya saja. Buktinya, Bima dan Endy mudah sekali tergoda dan begitu menggilai pembantunya.

Bahkan saking gilanya nafsu mereka pada Diara, tak jarang mereka juga sering melakukanya bertiga. Kau pasti tidak akan menyangkan 'kan? Pada awalnya Diara juga tidak menyangka. Ia bahkan sempat menolak ide gila itu. Namun teringat posisinya yang hanya sekedar pemuas nafsu. Sudah pasti penolakan yang ia gaungkan tidak diterima. Mau tak mau Diara tetap harus melayani mereka. Tapi, seperti yang sudah-sudah, karena terbiasa akhirnya Diara mulai menyukainya, bahkan sekarang ia lebih suka melakukannya bertiga, sebab sensasinya lebih menantang dan luar biasa.

Malah kini Diara yang lebih sering meminta untuk bermain bertiga, jika Endy sedang berada rumah itu tentunya. Keduanya sudah pasti akan mengabulkannya, sebab sama-sama menyukainya. Dan jika sudah seperti itu, mereka akan membuat alasan dan cara apapun agar bisa pergi dan melakukannya di hotel. Tentu saja perginya tidak bersamaan.

Oh ya omong-omong soal bermain bertiga. Sekarang mereka juga tengah melakukannya. Namun sedikit berbeda dari biasanya, saat ini mereka melakukannya di rumah. Agak mengerikan sih, takut ketahuan tapi berhubung semuanya sudah sama-sama digulung kabut hasrat yang begitu besar, alhasil mereka tidak begitu peduli. Lagipula mumpung ada kesempatan, sebab Nadia dan Rani (istri Endy) sedang pergi untuk membeli perlengkapan bayi.

Iya, betul. Jadi Nadia memang tengah hamil anak kedua. Tidak lama setelah kejadian malam yang membawa Diara terjerat hubungan saling menguntungkan dengan Ayah dan anak itu, Nadia dinyatakan hamil. Kebahagiaan sudah jelas dirasakan oleh semua orang, Bima, Rani, Endy menyambut senang kabar gembira itu, termasuk juga Diara, sebab kau tahu? Karena kehamilan Nadia membuat Bima jadi lebih sering bersamanya lagi.

Namun ... Apakah kau pernah mendengar pribahasa 'serapi-rapinya menyembunyikan bangkai pasti baunya akan tercium juga?' Agaknya peribahasa tersebut sangat cocok untuk menggambarkan suasana saat ini.

Sebab ketika Diara, Bima dan Endy sedang sibuk bergumul di atas sofa ruang tamu, tiba-tiba saja pekikan yang sangat nyaring terdengar mengudara membuat kegiatan mereka berhenti seketika. Bahkan saking nyaringnya suara itu, membuat Nabila yang tengah tidur di ruang kamar utama terbangun dan menangis kencang.

"APA YANG KALIAN LAKUKAN, HAH?!" itu suara Nadia. Ia menatap nyalang pada mereka. "MENJIJIKAN!"

"Mama ..."

"Ibu ..."

Ucap Bima dan Endy bersamaan.

Netra mereka bertiga membelalak serempak. Diara meraih apapun yang ada di dekatnya, untuk menutupi tubuh polosnya. Sedangkan Bima dan Endy langsung menghampiri istri mereka masing-masing--karena mereka memang belum sepenuhnya polos, celana mereka masih terpasang sempurna, hanya kaus saja yang sudah teronggok.

Nadia masih menatap mereka bergantian dengan sorot mata yang mengerikan, kendati netranya tersebut sudah dipenuhi dengan kaca-kaca. Sementara Rani, wanita paruh baya itu hanya menangis saja di balakang tubuh Nadia. Wanita berumur itu sepertinya sangat shock mendapati suaminya yang tengah mencumbu wanita lain. Beruntung  Rani tidak mempunyai riwayat penyakit serius seperti jantung, dan penyakit berat lainnya.

"Jadi ini alasan kamu ngotot tidak ingin menemaniku? Kamu ingin bermain dengan jalang ini?!"Nadia bertanya pada Bima seraya menunjuk-nunjuk Diara.

Diara tidak dapat berbuat apa-apa, hanya menunduk saja sembari memegang erat kain penutup tubuhnya.

"M-ma. Maafkan Papa, ini semua karena Diara yang menggoda Papa."

Mendengar jawaban dari Bima, Diara seketika mengangkat wajah dan menggeleng kepala. 'Apa-apaan ini? Kenapa Mas Bima jadi nyalahin aku aja?'

"Papa khilaf, Ma. Maafin Papa." Bima berlutut di kaki Nadia.

Hal yang serupa juga dilakukan oleh Endy pada istrinya. Namun kedua wanita yang sama-sama dikhianati oleh suami dengan wanita yang sama itu hanya bergeming saja.

"Ampuni Ayah, Bu. Ayah janji tidak akan melakukannya lagi." Kali ini terdengar Endy yang memohon-mohon pada istrinya. "Benar kata Bima. Wanita itu yang telah menggoda kami. Ibu harus percaya, Bu."

Diara tercengang mendengarnya, jadi bapak dan anak itu kompak menjadikan Diara sebagai kambing hitam? Padahal 'kan yang meminta lebih dulu untuk melakukan hal ini mereka, tapi kenapa sekarang hanya Diara yang disalahkan? 'Cih dasar laki-laki pengecut! Awas saja kalian berdua, tidak akan kuberi jatah lagi!'

Yah itu pun jika Diara tidak diusir dan mereka masih bertemu.

Vote dan spam next untuk chapter selanjutnya.

𓍢ִ໋🌷֒⋆。♡˖ ִֶָ🐇་༘࿐

𓍢ִ໋🌷֒⋆。♡˖ ִֶָ🐇་༘࿐

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sang Perebut suami orang (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang