Tama menghembuskan asap rokoknya, isapan terakhir yang kemudian ia buang putung rokok tersebut. Lima batang rokok sekaligus dalam sehari mungkin hal yang biasa bagi beberapa perokok diluar sana, atau bahkan kurang.
Tapi berbeda dengan Tama, cowok itu bukan tipe yang harus merokok dan harus ada rokok. Dirinya hanya merokok sesekali kalau memang lagi ingin, dan kalau lagi suntuk, contohnya kayak sekarang.
Tadi cowok itu izin mau ke Alfa, memang bener ke Alfa. Tapi setelahnya ia belum pulang ke rumah, dan malah melipir ke taman kompleknya, dan kebetulan lagi gak ramai karna bukan weekend. Mungkin kalau dihitung hanya ada empat orang, ditambah Tama.
Enam, karna sekarang tempat kosong sebelahnya sudah terisi seseorang yang Tama kenali begitu ia menolehkan kepalanya.
"Lo lagi lo lagi." Tama berdecak ketika mengetahui kalau orang itu adalah Jeni.
Cewek dengan cepolan rambut asal itu duduk disebelah Tama, hoodie kebesaran dan celana jeansnya itu menandakan kalau Jeni pasti habis pergi dari suatu tempat.
Jeni menyikut lengan Tama, "Sendirian aja tumben."
"Kan emang sendirian." ujarnya singkat membuat Jeni yang mendengarnya terkekeh.
"Biasanya kan sama cewek lo, mana dia?" tanyanya sambil kepalanya bergerak mencari cewek yang biasanya selalu bersama dengan Tama di taman ini.
Tama kadang emang suka pacaran di taman, sebatas duduk ngobrol berdua sambil bawa jajanan. Jeni sama Bunga juga gak sekali dua kali ngeliat Tama sama ceweknya itu, tapi yaudah bagian ledekinnya mah kalau Tama udah di rumah aja.
Bukannya jawab pertanyaan dari Jeni, Tama malah menoyor kepala Jeni pelan. Membuat cewek tersebut mendelik kearahnya dengan raut sensinya itu.
"Mulai gak jelasnya nih orang."
Tama menyandarkan punggungnya, berusaha sedikit relax. "Ni." panggilnya yang hanya mendapat deheman dari si pemilik nama.
"Dulu waktu lo tau kalo gue mutusin lo karna truth or dare itu, perasaan lo gimana?"
Sebelum menjawabnya, Jeni terlihat berpikir. Kalau dipikir pikir lagi udah lama gak ditodong pertanyaan kayak gini, jadi harus mikir lama dulu sebelum jawab. Apalagi yang nanya yang bersangkutan langsung.
"Perasaan gue ya......... sedih sih. Tapi yaudah mau diapain lagi, toh juga itu kan masih sekolah. Mau ngarepin apa dari pacaran versi anak sekolahan?"
Mendapat pertanyaan balik dari Jeni membuat Tama jadi ikut berpikir juga.
"Jadi?"
"Jadi ya gue sedih, tapi yaudah abis itu biasa aja."
"Lo gak ngerasa hampa atau ngerasa kayak orang gak ada tujuan gitu?"
Jeni terkekeh. "Gue gak segitunya juga kali sampe harus dibilang gak ada tujuan abis putus. Emang kenapa sih nanyanya begitu? Lo lagi berantem?"
Nice question! Jeni tepat sasaran, Tama terdiam setelah pertanyaan itu keluar dari mulut teman sekaligus tetangga sekaligus mantannya.
"Jangan bengong, lo dulu pernah hampir mau kerasukan." ingatnya lagi, mengetahui dulu Tama hampir pernah kerasukan waktu acara agustusan di komplek gangnya. Aneh kan?
"....."
"Kalo gak mau jawab juga gapapa sih, gue gak maksa."
KAMU SEDANG MEMBACA
serendipity
Fanfictionright before i close my eyes the only thing that's on my mind been dreaming' that you feel it too i wonder what it's like to be loved by you. @darksetresseu, june 2024.