3. fans emyu

104 21 2
                                        

"SUMPAH ANJIR PAS SETANNYA NONGOL GUE KAGET!!!!"

"SAMA!!!!"

"YA KAN!!!! Apalagi waktu si anak kecilnya lagi ngintip lewat jendela pas nengok ke belakang TARAAAA MAKJRENG itu setannya malah ada di belakangnya si anak kecil itu." Bunga terlihat sangat bersemangat saat menceritakan kembali rentetan alur film horror yang baru saja selesai ditontonnya bersama dengan Jeni.

Agak menyesal juga kenapa dia nekat nonton film horror dan ambil di jam 8.15 malam, yang mana kalau dia keluar studio banyak toko toko yang sudah mulai closingan.

"Ni, kebelet pipis gue, toilet dulu yuk." ajak Bunga yang sayangnya Jeni menggelengkan kepalanya. Ia sendiri ogah mampir toilet kalau sudah di jam malam, apalagi mereka berdua habis nonton film horror.

"Sekalian touch up anjir??????"

Jeni masih tetap menggelengkan kepalanya.

"Ntar gue ngompol lo mau emang bersihinnya?"

Jeni bergidik mendengar pertanyaan barusan, yang ngompol siapa yang bersihin siapa.

"Tahan sampe rumah nge. Lo lupa ya gue pernah liat bayangan dari kaca, di toilet mall ini juga, jam maghrib nge maghrib, maghrib kan masih jam enaman. Lah ini udah jam berapa???" Jeni menyodorkan tangan kirinya yang kebetulan tengah mengenakan jam tangan.

"Jam sebelas malem, s e se b e be l a la s. sebelas." Jeni bahkan sampai harus mengejanya supaya Bunga mau mengerti kalau lebih baik ditahan sampai rumah daripada tiba tiba ada hal yang tidak enak.

Bunga bahkan sampai memegang perutnya dengan kedua tangannya, dangan gestur meremat.

"Yakinin gue Ni kalau gue sanggup nahan sampe rumah."

Jeni berdecak kemudian ia langsung menggandeng lengan Bunga. "Lo tenang aja sama gue, serahkan semuanya ke gue. Urusan nyetir mobil biar gue yang bawa."

Setibanya mereka di parkiran, Bunga mendadak memicingkan matanya yang tertuju ke satu arah yang tidak jauh dari mereka.

Melihat temannya yang mendadak aneh tersebut membuat Jeni sedikit takut, pasalnya bisa saja kalau ternyata yang daritadi di gandengnya itu bukanlah Bunga temannya melainkan sosok lain yang sudah masuk ke raganya. Jeni tahu mungkin pikiran dia terlalu jauh untuk bisa sampai kesitu, tapi kalau dilihat dari gerak geriknya sih, masih kelihatan kalau itu Bunga.

Jeni meremat pundak Bunga, membuat cewek tersebut menolehkan kepalanya dengan mata yang sedikit melotot. "Lo ngapain ngeremet gue tai????"

Mendengar Bunga mengumpat berhasil membuat Jeni bernafas lega dan merasa aman, ternyata itu Bunga.

"Lagian tiba tiba begitu, liat apaan sih?" Jeni yang penasaran juga ikut memicingkan matanya sama seperti yang Bunga sudah lakukan lebih dulu.

"Itu si Syanin bukan sih?"

"Syanin?" tanyanya yang diangguki oleh Bunga.

"Syanin pacarnya abang gue, si Tama bahlul."

"Yaudah terus kenapa? Ini mall, semua orang bebas kesini."

Bunga mendelik ke arah Jeni, "Bukan itu maksud gue, tuh liat dia lagi pelukan sama cowok dan itu bukan si bahlul, gue tau banget postur tubuh, model rambut si bahlul tuh gak gitu—" belum selesai Bunga yang lagi mendeskripsikan kakaknya, ia dibuat kaget dengan ucapan Jeni.

"Lah kok si Syanin cium pipinya cowok itu sih!!"  seru Jeni yang gregetan sendiri karna gak bisa teriak dengan leluasa, takut ketahuan.

Bunga menutup mulutnya dengan kedua tanganya saat melihat pemandangan itu, seketika rasa kebelet pipisnya mendadak hilang entah kemana, digantikan dengan tontonan romantis secara cuma cuma alias gratis.

serendipity Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang