Bab 31. Sesal Yang Membara

365 31 0
                                    

Di balik semak belukar yang cukup menutupi tubuh mereka. Adrian menciumi leher Arjuna dan memberikan jilatan-jilatan yang merangsang. Arjuna yang tak kuasa menahan nikmat langsung melumat bibir Adrian, mereka langsung berciuman dengan penuh nafsu. Lidah mereka saling bertautan dan menghisap. Tangan Arjuna yang memeluk pinggang Adrian mulai meraba tubuh Adrian ke bawah perlahan menuju bokong sekal milik Adrian, lalu Arjuna meremasnya dengan sangat lembut dan berperasaan.

"Ahhhhh ..." Adrian mendesah melepaskan ciuman dan pelukan Arjuna.

Adrian merunduk, menahan duduk dengan lututnya di atas rerumputan, tangannya mulai meloroti celana cargo yang dipakai Arjuna beserta celana dalam berwarna putih yang menutupi penis Arjuna.

Tangan Adrian mengusap paha Arjuna lalu naik ke penis Arjuna yang sudah mengacung tegak tepat di depan wajah Adrian. Adrian menggenggam batang penis yang keras, berurat serta dihiasi bulu-bulu hitam yang tercukur rapi. Aroma penis Arjuna tercium wangi di hidung Adrian sekalipun sedikit keringat ikut menetes karena cuaca yang cukup panas.

Adrian membuka mulutnya, dimasukkannya batang penis Arjuna perlahan lalu memberi kocokan maju mundur dengan cepat.

"Ohhh ......" Arjuna mendesah pasrah membiarkan mulut Adrian bermain-main dengan penisnya.

Adrian memperlambat ritme hisapannya, lalu mengeluarkan penis Arjuna dari mulutnya, kemudian ia lahap biji kembar menggantung yang memperindah bentuk penis Arjuna seraya memberikan hisapan-hisapan pelan di kedua testis Arjuna.

"Adrian .... Ahhh " Arjuna mendesah sambil mengusap rambut Adrian.

Sebaliknya Adrian terlihat sangat senang kekasihnya suka dengan perlakuannya itu. Ia terus menghisap penis Arjuna sambil menatap Arjuna dari bawah. Keduanya bertemu tatap, tanpa saling berucap, hanya memandang satu sama lain dengan sejuta harap.

"Adrian!! Arjuna!!"

Adrian dan Arjuna sama-sama terkejut mendengar panggilan yang berasal dari suara Armand. Armand ternyata menyusul dan mencari mereka berdua. Suara itu persis ada di dekat semak-semak tempat mereka berada.

"Maaf kalau saya mengganggu, tapi Mba Dewi mencari kamu, Arjuna. Kameranya ada di tas yang kamu bawa."

Arjuna dan Adrian langsung menyudahi aksi liar mereka. Arjuna terburu-buru menaikkan kembali celana dalamnya, dan merapikan celana panjang yang ia pakai. Begitu pula dengan Adrian yang segera berdiri merapikan diri, mengusap bibirnya yang sempat basah karena sehabis menghisap penis Arjuna.

Baik Arjuna dan Adrian keluar dari semak-semak dengan perasaan malu serta kikuk, tidak menyangka jika Armand tahu keberadaan mereka berdua.

"Maaf, Man. Saya ...."

"Tidak perlu meminta maaf" Armand tersenyum menatap Adrian dan Arjuna bergantian, "atau kalau mau ... saya bisa bawa tasnya saja."

"Tidak masalah, Man. Saya tidak enak sama Mba Dewi" Arjuna menggendong tas yang memang sempat ia letakkan di samping semak-semak sebelum dirinya dan Adrian masuk ke dalam semak-semak itu.

Pasti itu permasalahannya sehingga Armand tahu lokasi dirinya dan Adrian, Arjuna menggumam di dalam hatinya.

"Kata Mba Dewi, kamera itu harus ia setting terlebih dulu sebelum dilakukan pemotretan, takut waktu terlalu mepet dan keburu sore" Armand menjelaskan lagi.

Arjuna mengangguk, ia melirik Adrian yang hanya membisu tanpa mengucap sepatah katapun, wajahnya seakan dipenuhi rasa bersalah karena kelakuan mereka yang tidak peduli tempat hari ini.

"Adrian, aku duluan, Mba Dewi sudah menunggu" Arjuna membelai bahu Adrian seakan menenangkan Adrian bahwa semua baik-baik saja.

Adrian hanya mengangguk pelan sambil menatap kepergian Arjuna meninggalkan dirinya dan Armand berdua saja.

Romance In The VillageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang