Bab 10. Masalah Hati, Sulit Dimengerti

2.1K 112 10
                                    

Armand mengecup bibir Adrian. Ah ... rasanya sangat nyaman ketika bibir mereka bersentuhan. Armand tak ingin mengakhirinya begitu saja. Perlahan bibir Armand terbuka, melumat bibir Adrian. Tangan Armand bergerak memberikan belaian di pipi Adrian, tangan itu menjalar ke kepala bagian belakang Adrian dan membelai lembut rambut Adrian.

Adrian terbuai dengan ciuman maut yang Armand berikan. Adrian berusaha mengikuti ritme ciuman Armand. Membalas setiap gigitan pelan yang Armand lakukan, membiarkan lidahnya dihisap oleh Armand yang semakin membuat gairahnya membuncah.

Ciuman dilandasi dengan rasa cinta nyatanya jauh membuat Adrian merasakan gairah yang membara. Adrian memang bukan pertama kali melakukannya, sudah banyak yang mengecap bibirnya, termasuk Arjuna. Namun tak ada yang lebih indah dibanding yang Armand lakukan padanya saat ini.

Armand merebahkan tubuh Adrian pelan-pelan, dengan membiarkan lengan kekarnya menjadi alas bagi kepala Adrian. Tanpa melepas ciumannya, Armand semakin liar mencumbu bibir Adrian tanpa henti. Ciuman Armand beralih ke bagian leher Adrian.

Adrian mendongak, sedikit mengangkat kepala, pasrah membiarkan Armand mengecup lehernya bertubi-tubi, membiarkan Armand memberikan gigitan-gigitan kecil pada lehernya yang membuat gairahnya kian meninggi, tangan Adrian membelai punggung Armand yang lebar, menyelusup ke dalam baju yang Armand kenakan.

Sambil tetap mencumbu leher dan beralih lagi ke bibir Adrian. Tangan Armand bergerak mempreteli satu persatu kancing flanel yang menutupi tubuh Adrian. Ciuman Armand menjalar lagi ke leher, terus menjalar hingga ke dada bidang yang sudah tidak ada lagi lebam. Armand mengecup dada Adrian dengan penuh gairah, hingga bibirnya berhenti di area puting milik Adrian.

Armand menjulurkan lidah, menjilati puting yang lumayan besar, mungkin seukuran buah kopi yang sudah matang, warnanya pucat kemerahan, ranum seakan siap untuk di petik. Lidah Armand menggelitik puting Adrian, melumat puting itu dengan penuh nafsu, memberikan gigitan pelan yang menggairahkan hasrat Adrian.

"Ahhh .... Man"

Adrian mendesah memanggil nama Armand, menggigit pelan bibir bagian bawahnya karena perlakuan Armand di putingnya sungguh meluluh lantahkan hasratnya yang kian menggelora. Adrian sangat menyukainya, sungguh sangat menyukainya.

Tangan kekar Armand membelai sekujur tubuh Adrian dengan belaian yang sangat lembut, belaian itu menjalar hingga ke paha Adrian yang masih mengenakan celana. Lalu tangan Armand dengan nakal melepas kancing pengait celana milik Adrian, melucuti celana yang dipakai Adrian hingga menyisakan sempak putih yang Adrian kenakan.

Adrian memejamkan mata, membiarkan Armand mengecup seluruh dadanya, ia rasakan bibir Armand bergerak semakin turun, melepas kolor putih yang tersisa sehingga membuat Adrian telanjang sepenuhnya. Adrian menggelinjang, merasakan bibir Armand yang ada di pahanya, Armand menjilati paha Adrian hingga ke lutut, lalu naik lagi dan beralih ke pahanya yang satunya. Armand betul-betul tidak membiarkan satu inchi tubuh Adrian yang ia tinggalkan.

Kecupan Armand beralih semakin ke tengah, bahkan penis Adrian yang menegang sempat terkena sapuan lidah Armand yang bergerak ke bagian pantat. Armand membalik tubuh Adrian sambil melucuti pakaiannya sendiri. Kini tak ada satupun kain yang menutupi tubuh Armand maupun Adrian.

Armand menindih Adrian, batang penisnya yang sudah tegang tepat berada di sela bongkahan pantat Adrian.

"Ahhh ..... Armand" Adrian mendesah lagi.

Udara dingin berhembus, meniup kulit mereka yang tak terlindungi pakaian. Tapi dinginnya angin kalah telak dengan hangatnya tubuh mereka yang sudah dikuasai nafsu menggelora.

Armand mencium tekuk leher Adrian, telinga Adrian juga tak luput dari lumatan yang Armand berikan. Pinggul Armand bergerak naik turun membuat penisnha menggesek celah pantat Adrian.

Romance In The VillageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang