CH 02

55 8 0
                                    

"Huh?"

Sesaat, melupakan situasi itu, aku mengangkat kepala yang selama ini kutundukkan agar terlihat menyedihkan. Aku terkejut mendengar umpatan Zachary. Pandangan kami bertemu lagi saat dia mendorongku. Dia tampak terguncang sesaat oleh kontak mata kami, pupil matanya berkedip sedikit sebelum menatapku tajam.

"Zachary?"

Apakah aku salah mengira dia sebagai orang lain?

Apa ini benar-benar Zachary? Cara dia memperlakukanku sekarang, nada bicaranya, ekspresinya— semuanya sangat berbeda dari Zachary yang kukenal selama tujuh tahun terakhir.

Perbedaan terbesar ada di matanya.

Di mata biru tua Zachary, ada kebencian merah membara seolah-olah dia benar-benar membenciku. Tidak, menyebutnya kebencian belaka adalah pernyataan yang meremehkan. Tatapannya yang menatapku tampak lebih merah daripada biru.

'Aku akan beruntung jika bisa keluar dari sini hidup-hidup.'

Gemetar karena amarah dan kebencian yang nyata, kakiku melemas tanpa sadar dan mataku terpejam.

Aku sudah ketakutan dan tak berdaya menghadapi penyiksa sembarangan, dan sekarang tokoh utama dunia ini membenciku sebegitu besarnya. Bagaimana mungkin aku, dengan diriku sendiri, bisa menahan ini?

Aku menggigil dan merasakan kematianku sudah semakin dekat.

"Kau meninggalkanku."

Zachary berbicara seolah sedang mengunyah kata-kata itu.

"Apakah begitu mengerikan hanya dengan berada di sampingmu?"

Aku meragukan pendengaranku. Aku tak bisa mengerti apa yang dikatakan Zachary. Aku tak bisa bereaksi sama sekali dan hanya berdiri di sana yang membeku seperti orang bodoh. Sementara itu, Zachary terus menumpahkan amarahnya dengan suara geram.

"Sudah berkali-kali aku bilang padamu kalau aku tidak ingin pergi, tidak ingin ikut campur dalam urusanmu, dan hanya ingin tetap berada di sisimu!"

"...?"

"Kenapa, sekarang setelah kau menikah, kau benar-benar merasa kalau aku hanyalah beban dan ingin menyingkirkanku? Katakan padaku, Oscar. Katakan dengan mulutmu sendiri!"

"...???"

Apakah ini mimpi? Kata-katanya yang tak terduga dan tak masuk akal membuat mataku yang tertutup rapat terbuka tanpa sadar.

Wajah Zachary berubah karena emosi. Meski begitu, matanya yang biru layaknya permata, kini dilapisi pantulan api yabg tampak lebih sedih.

Namun, betapapun menawannya wajahnya, pikiranku dipenuhi pertanyaan.

'Siapa yang berbicara tentang membuang siapa?'

Aku, membuangmu?

Dan mengapa dia terus menuduhku meninggalkannya padahal aku sudah berusaha sekuat tenaga membantunya melarikan diri?

Gagasan 'membuang' itu sendiri tidak masuk akal. Aku tidak pernah memiliki atau membesarkannya, jadi bagaimana mungkin aku membuangnya?

Bertanya-tanya apakah kata-katanya hanyalah omong kosong, atau mungkin ada kesalahpahaman, aku mencoba membaca maksudnya dari ekspresinya, tetapi wajah marahnya tetaplah sama.

Mata biru Zachary yang penuh kebencian memantulkan wajahku yang bingung, yang jelas-jelas bingung. Saat merenung, sebuah hipotesis tiba-tiba terlintas di benakku.

'...Mungkinkah cuci otaknya belum sepenuhnya terhapus?'

Awalnya, melihat Zachary membakar rumah tempat bulan maduku dan memakiku dengan bahasa informal, aku langsung berasumsi bahwa mantra pengendali pikiran itu telah rusak. Selama dia masih bisa mengendalikan diri, dia tidak akan bisa menyakiti siapapun dari keluarga itu.

[𝐵𝐿] ᴛʜᴇ ʙʀᴀɪɴᴡᴀꜱʜɪɴɢ ᴏꜰ ᴛʜᴇ ɪᴍᴘᴇɴᴅɪɴɢ ᴅɪꜱᴀꜱᴛᴇʀ ɪꜱɴ'ᴛ ʙᴇɪɴɢ ᴜɴᴅᴏɴᴇTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang