Tristan tidak bisa fokus pada pemotretan kali ini. Performanya menurun drastis dari proyek-proyek sebelumnya, bahkan Bella sampai berulang kali harus menegur laki-laki itu karena tak mampu menunjukkan ekspressi wajah yang sebagaimana mestinya di depan kamera. Tristan sesekali malah berkedip dan mengacaukan hasil pemotretan, untung saja perwakilan dari pihak brand sangat sabar dan memaklumi kesalahan-kesalahan yang diperbuat Tristan hingga akhir sesi. Mau bagaimana lagi, si model pria saat ini sangat terintimidasi oleh eksistensi dari sang fotografer, yakni Satria Putra Lokantara! Dalam hati Tristan amat berharap kalau laki-laki itu tak sampai mengenalinya, ketakutan Tristan akan hal tersebut tidak main-main!
"It's a wrap!"
Setelah mati-matian mengontrol konsentrasi diri dan juga rasa cemas, akhirnya kalimat itu dapat Tristan dengar dari perwakilan pihak brand. Menandakan kalau pemotretan hari ini sudah tuntas dan akan dilakukan pembubaran tidak lama lagi. "Terima kasih semua!" ucap perempuan itu.
Tanpa mengindahkan situasi di sekitarnya, Tristan langsung saja pamit undur diri kepada seluruh kru dan bergegas ke ruang berias. Dia menghapus makeup yang menempel di wajahnya secepat kilat, juga mengganti pakaian laki-laki itu tanpa menunggu arahan dari sang manajer. Pokoknya, Tristan tidak mau sampai ada interaksi dengan sang fotografer! Sedaritadi tangannya berkeringat karena harap-harap cemas apakah Satria masih mengingatnya dan akan membahas kejadian memalukan 12 tahun silam itu di depan para kru. Jauh di lubuk hati Tristan, dia ingin cepat-cepat pulang dan berdoa semoga sang fotografer tidak mengenali dirinya sama sekali!
"Sial banget gua! Padahal udah pede gak bakal ketemu lagi sama orang-orang dari SMA selama sisa hidup gua!" rutuk Tristan pada diri sendiri, dia sedang dilanda kepanikan sekarang.
Begitu seluruh barang bawaannya dirasa sudah dikemas semua–juga sudah mengganti pakaiannya menjadi pakaian kasual yang dia kenakan saat datang kemari, Tristan lantas berlari cepat ke luar studio pemotretan dan langsung memesan layanan ojek online. Di luar gedung rupanya langit sudah menunjukkan waktu petang hari, jalanan di depan lokasi studio tampak begitu padat kendaraan sampai-sampai menyebabkan jalanan macet merayap. Pemandangan itu membuat Tristan semakin cemas. Apa mungkin dia bisa mendapat driver dan segera angkat kaki dari sini? Secara, dia tidak memiliki banyak pilihan untuk situasi sekarang–selain bergantung pada ojek online. Bella, manajernya, sudah pulang daritadi. Manusia laknat itu bahkan tidak repot-repot menawari Tristan tumpangan, main tinggal saja. Sementara para kru yang lain tidak begitu akrab dengan Tristan, mereka juga sudah pulang semua dengan kendaraan masing-masing. Kini hanya tersisa Tristan sendirian di lahan parkir studio tersebut.
"Bangsat! Ini kok gak ada driver yang ambil pesenan gua sih, ah!?" geram Tristan sambil menggoyang-goyangkan smartphone-nya ke sembarang arah, berharap sinyalnya melaju lebih cepat dan segera mendapatkan driver.
"Oi, bocah kacamata!"
Bulu kuduk Tristan seketika berdiri tegak. Tangannya yang masih memegang smartphone mendadak jadi gemetaran. Lagi, keringat dingin pun mulai bercucuran di kedua telapak tangannya. Sembari digeluti oleh kegentaran, si lelaki bermarga Wisesa pun akhirnya menoleh ke belakang. Persis seperti dugaannya, Satria–yang baru saja selesai mengunci pintu utama studio miliknya— tengah berdiri di depan pintu utama sambil berkacak pinggang ke arah Tristan. Laki-laki pengguna bucket hat hitam itu tersenyum mengejek ke arahnya. "Lu beneran bocah kacamata itu, kan? Bocah kacamata yang dulu naruh surat cinta di loker gua waktu SMA?"
Peluh Tristan semakin mengalir deras di kedua pelipis. Jantungnya benar-benar bagai jatuh ke dengkul. Sial, kenapa laki-laki itu masih saja mengingat detail kejadian memalukan tersebut? Kenapa juga dia masih bisa mengenali Tristan yang sudah banyak berubah ini!? "B-Bukan—"
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonstruck || SailubPon au
Fanfiction[18+ || semi non-baku] "Tonight will be eternal. Dancing and getting drunk all night long." - Moonstruck, Enhypen Sewaktu SMA, Tristan pernah menyukai kakak kelasnya dan nekat menyatakan perasaan kepada sang senior lewat sepucuk surat. Tetapi naas...