𝐖𝐀𝐑𝐍𝐈𝐍𝐆 𝟏𝟖+ ⚠️
#𝑺𝟓 𝑳𝒊𝒏𝒈𝒔𝒕𝒐𝒏 𝑺𝒆𝒓𝒊𝒆𝒔
CERITA INI DI PENUHI ADEGAN DEWASA ⚠️
Dia seperti langit. Keindahannya tak terbatas. Bersinar. Sulit di gapai dan tak tersentuh. Cerminan sebuah harapan. Bersih dan tak ternoda. Penuh cinta...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sebagai orangtua terutama seorang ayah. Sangat sulit ketika anaknya terutama anak perempuan. Anak yang sudah tumbuh dewasa. Meninggalkan pangkuan orang tuanya— Berpindah tangan pada pasangannya. Saat yang paling menyedihkan untuk seorang ayah yang begitu menyayangi putrinya.
Ayah adalah cinta pertama putrinya. Perisai dan panah terbaik. Namun tidak semua anak perempuan beruntung. Ayah bisa menjadi orang paling jahat pertama untuk anak perempuannya. Dan Miracle beruntung tidak berada dalam kategori itu.
Miracle begitu di cintai oleh ayahnya. Mendapatkan segala yang di inginkan. Di lindungi dengan ketat. Tak membiarkan satu goresan pun melukai dirinya. Seorang anak akan terus tumbuh. Mulai dari dalam kandungan, bayi, balita, remaja hingga dewasa. Miracle sudah memasuki fase dewasa dimana dia sudah harus meninggalkan pangkuan ayahnya.
Miracle benar, Rue sangat bersyukur dirinya tidak bertemu dengan pria seberengsek dirinya. Bahkan lebih parah dari itu. Di perjuangkan oleh laki-laki yang begitu mendambakannya. Tidak bersikap kasar ataupun semena-mena seperti dirinya dulu terhadap istrinya. Rue tidak pernah percaya ada orang yang bisa menjaga Miracle melebihi dirinya. Itu sebabnya dia sangat takut. Sampai-sampai dia membakar habis jerih payah Czar.
Tapi, Sialnya. Hal itu tidak membuat Czar menyerah.
"Rue! Kau sedang berpikir ingin mencari-cari kesalahan Czar lagi bukan?" Miciela menatap Rue yang sedang berkutik dengan laptopnya. Menyala, namun tatapan pria itu seorang kosong. Pikirannya melayang ke arah lain.
"Sayangnya iya. Tapi anak itu tidak memiliki celah untuk ku marahi. Dia mengerjakan semuanya dengan baik. Meng-handle dua perusahaan sekaligus dengan bagus."
"Itu berarti bagus bukan? Menantu kita memiliki kualitas yang bagus."
"Menantu katamu?!" Rue selalu kesal mendengar menantu atau calon menantu. Di tambah panggilan papamertua sebelumnya dari Czar.
"Rue! Hentikan keegoisan mu! Kau seharusnya senang Czar itu pria yang kompeten. Dengan begitu hidup Miracle terjamin senang. Kau sendiri tahu putri mu itu sangat malas dan mudah bosan. Belajar saja dia sangat benci."
Pintu ruangan Rue di ketuk tiga kali. Pria itu hanya diam saja. Tanpa perizinan —Pintunya terbuka lebar memasukan Czar yang sedang membawa setumpukan berkas. Awalnya Rue hanya menatapnya dengan datar. Namun tatapannya berubah tajam ketika melihat bercak merah yang terdapat di lehernya.
Miciela menyentuh bahu Rue. Menyuruh amarahnya untuk tidak meledak. Wanita itu tahu, bukan Czar sendiri. Melainkan Miracle yang memulainya. Anak itu sangat nakal seperti papanya. Czar tidak bersalah dan Rue tidak boleh memarahinya.
"Nyonya Lingston!" Czar menyapa— Memberi hormat pada Mici yang berada di ruangan suaminya.
Miciela tersenyum. "Pekerjaan mu sudah selesai Czar?"
"Hanya tinggal beberapa berkas lagi yang harus di selesaikan nyonya. Maaf mengganggu waktu kalian. Kalau saya tahu, saya pasti tidak akan masuk ke dalam." Czar jadi tidak enak hati mengganggu waktu kedua calon mertuanya.