2. Jangan Ganggu Gue!
***
Jangan lupa vote dan komentarnya, yaa ♡♡♡
●
●
Tak
Ku jatuhkan kepala di atas meja dengan perasaan yang buruk. Hariku yang biasa berjalan pendek, jadi terasa panjang. Aku tidak menduga bisa berinteraksi dengan Dava. Ah, aku sepertinya benar, aku harus menghindari makhluk satu itu.
"Gak biasa lo masih stay di sini, nggak keluar?" Sebuah suara terdengar menyapa telingaku, aku mengangkat sedikit kepala dan menatap Si pembicara itu. Sekali lihat, aku bisa mengenali siapa makhluk bernafas ini. Dissa Kirara, teman karibku di kelas.
"Enggak," ucapku lemas seperti orang yang kehabisan tenaga.
"Lo nggak mau lihat, kak Aksa lo itu? Dia lagi main basket di lapangan." Dissa mendudukkan diri di bangku kosong depanku.
Bel sudah berbunyi dari 5 menit yang lalu, Dissa yang kelaparan, langsung berlari keluar setelah aku menolak pergi ke Kantin. Aku yang merasa kebosanan memilih merebahkan kepala ke atas meja sembari memandang luar jendela.
Mendengar itu, refleks kaki kecilku menendang meja dan membuat Dissa terkejut. "Serius?! Bilang sejak tadilah."
"Dih, reaksi lo bikin gue nggak habis pikir," ucap Dissa sembari membuka kue yang dibelinya dari kantin. "Nih, susu strawberry lo."
"Ah, makasih. Lo teman terbaik gue, deh." Aku sengaja memuji Dissa agar gadis itu geli mendengarnya. Dissa bukan tipe ingin dipuji, ada saat tertentu yang membuat gadis itu menyukai pujian.
"Ya, ya, sana pergi. Keburu selesei kak Aksa lo tu!" usir Dissa sembari mengibas-ngibas tangannya.
Tanpa membalas ucapan Dissa, aku mulai melesatkan kaki menuju lapangan. Dengan hati berdebar, aku berjalan ke arah lapangan, berharap bisa menonton Aksa. Namun, saat berada di sana, pertandingan yang ingin ku lihat sudah selesei.
"Yahh, gagal deh. Padahal kak Aksa jago main basket." Aku membuang nafas kesal. Rasa kecewa mulai hadir di benakku karena aku berdiam diri saja di kelas.
Di tengah pikiranku yang berisik, aku melihat seonggok manusia yang tengah berjalan ke belakang taman Sekolah.
'Kak Aksa, itu dia.'
Aku tersenyum lebar dan melangkah kaki cepat mengejar Aksa yang mulai menghilang dari penglihatanku.
"Haduhh, kak Aksa cepat sekali jalannya," keluhku tapi tetap berusaha untuk mengejar sosok itu.
Aku tersenyum saat menemukan Aksa duduk sendirian di salah satu bangku. Tangannya sibuk mengipas diri yang keringatan. Aku mencoba memberanikan diri untuk maju, dengan tangan masih memegang susu kontak.
"Kak!" panggilku dengan penuh semangat. Aku seperti seseorang menemukan makanan mewah dengan tatapan berbinar menemukan Aksa dalam keadaan berkeringat seperti ini. Pikiranku terbayang dengan adegan drama film korea yang rada romantis. Biasanya, dalam keadaan seperti ini, harus ada yang menawarkan sapu tangan untuk mengelap keringat.
"Jangan ganggu gue, pergi sana!"
Aku sudah biasa, tidak apa-apa. Aku cuma harus membiasakan kehadiranku agar suatu saat nanti, jika aku pergi — dia akan merasa kehilangan.
Aku menggeleng tegas. "Aku di sini, karena aku tau kakak butuh batuanku."
Aksa mengerut kening heran, sepertinya dia benar-benar risih akan kehadiranku. "Gue nggak butuh satu inci pun bantuan lo."
Aku tertawa hambar. "Bohong ih! Aku tau, kakak pasti malu buat bilang 'kan?"
"Apaan sih lo! Sehari aja bisa nggak ganggu gue. Lo nggak malu, bersikap gini ke gue!" Gertak Aksa dengan wajah kesal.
"Enggak kok, kak. Aku gini karena aku suka kakak." Aku menjawab ucapan Aksa dengan tenang.
"Gue nggak suka lo! Lo cewek nggak tau malu, yang pernah gue temui!"
Dadaku terasa nyeri mendengarnya. Aksa terdengar baik di semua orang, akan tetapi dia tega memakiku seperti ini. Namun, aku harus apa? Aku terlanjur mencintai Aksa. Hatiku benar sakit, tapi aku tidak ingin menghindari Aksa. Apa aku salah seperti ini? Aku hanya ingin dicintai oleh orang yang ku cintai.
"Aku nggak berharap kakak membalas perasaanku. Aku cuma mau kasih ini kak, kakak pasti haus habis olahraga. Ini adalah susu strawberry kesukaan aku," ucapku sembari menyodorkan 1 kotak susu strawberry ke depannya.
Aksa melihatku seperti itu pun berdiri dari posisi duduknya. Dia memandang susu kotak di tanganku beberapa detik. Aku pikir dia akan menerimanya, tapi alangkah terkejutnya aku — susu strawberry di tanganku di buangnya ke tong sampah yang ada di sana.
"Sudah gue kasih minum tu. Tong sampah lebih perlu, lo isi." Setelah mengatakan itu, Aksa pergi meninggalkan ku yang terdiam dengan tatapan nanar ke tong sampah. Susu strawberry ku yang malang, bahkan sebagai pengantar minum ku hari ini dibuang Aksa.
"Ck, dasar cewek bodoh." Sebuah suara muncul dari arah berbeda. Aku melihat Dava datang dengan minuman di tangannya.
Merasa putus asa, aku menjatuhkan diri ke tanah, lalu menutup wajahku dengan kedua tangan. Dadaku semakin sesak, air mata ku tahan runtuh. Aku tidak ingin terlihat lemah, terlebih di depan cowok seperti Dava.
"A-aku memang bodoh."
●●●
Bersambung ....
Publish: 2 September 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
7 Hours With You [ON GOING]
RomansaKatanya, kalau meletakkan foto crush di bawah bantal sebelum tidur, akan membuat kita pindah posisi ke rumahnya. Ashley Syakila mempercayai, dia melakukan uji coba walaupun ragu. Ya, benar, uji coba itu berhasil. Tapi kok, di tempat yang salah?! Bu...