5. bintang-bintang

4 3 0
                                    

Bel istirahat berbunyi

Semua teman-teman nya turun ke bawah untuk sekedar membeli snack di koprasi bimbel. Tapi berbeda dengan Rayhan yang malah naik ke lantai 3 menuju balkon, padahal sudah jelas hawa nya begitu dingin malam itu.

Mahendra yang sudah kembali dari bawah merasa bingung, karna tidak ada orang sama sekali di ruang itu. Padahal sebelum ia turun ke bawah masih ada Rayhan yang membaca buku. Tapi kemana Rayhan sekarang?

Karena ia sendiri, akhirnya memutuskan untuk naik ke lantai 3, menuju balkon. Katanya sih pengen lihat bintang, hahaha.

Dan betapa terkejutnya saat ia sampai di balkon, apa yang ia lihat??

Mahendra mendapati teman nya berdiri di pagar besi balkon. Siapakah teman nya itu? Tentu saja Rayhan, siapa lagi.

"Han, lo ngapain disini?" Ucap Mahendra pelan sambil memegang pundak Rayhan karna tidak ingin mengagetkan teman nya itu.

Tapi nyatanya Rayhan tetap saja kaget, karna awal mula di balkon tidak ada orang sama sekali. Dan juga balkon itu jarang sekali di kunjungi oleh anak-anak lain nya.

"Gue gapapa kok ndra, cuma cari angin aja" ucap Rayhan yang terlihat sambil memasukkan sesuatu ke saku celana nya.

"Beneran? lo tadi masukin apaan ke saku lo? Tanya Mahendra.

"Gapapa, cuma kertas doang ndra" jawab Rayhan yang agak sedikit gugup.

Asal Rayhan tau saja, sebenarnya Mahendra sudah tau apa yang di masukkan Rayhan ke saku nya. Bahkan sebelum Mahendra menyapa nya.

"lo suka sama Maulidya han?"

Mendengar perkataan itu, ia kaget dan menengok ke arah teman nya itu.

"Hahahah, yakali ndra gue suka sama Maulidya. Toh kita sahabatan, gabakal suka lah" ucap Rayhan.

"Gue tau lo lagi bohong sama gue han, tadi gue ga sengaja liat lo yang lagi ngeliat foto Maulidya" ucap Mahendra menatap ke arah Rayhan.

Di situ Rayhan hanya terdiam kaku, tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun. Bahkan tubuhnya mengeluarkan keringat dingin. Hampir 5 menit keheningan itu berlangsung. Udara semakin dingin, dan seperti tidak ada orang sama sekali di sana.

"Jujur ndra, gue gatau harus gimana. Gue suka emang suka sama kyaa, tapi gue ga bisa ngapa-ngapain. Dan di sisi lain aku sama kyaa itu sahabatan, dia juga udah angep aku kayak kakak nya sendiri, gue bingung banget ndra.." ucap Rayhan yang matanya sudah berkaca-kaca.

Mahendra hanya terdiam menatap teman nya itu. Mendengar ungkapan yang keluar dari mulut teman nya, dia juga bingung. Bagaimana tidak? Di satu sisi dia senang karna teman nya sudah mau jujur kepada nya, dan di sisi lain dia bingung karna teman nya menyukai sahabat nya sendiri. Mahendra mengerti isi kepala dari teman nya itu, bahwa hubungan persahabatan tidak bisa jika salah satu dari mereka mencintai nya.

"Gue tau isi kepala lo saat ini han, lo pasti ga mau kan ungkapin perasaan itu ke Maulidya, karna lo takut kalau nanti nya bakal bikin hubungan persahabatan lo jadi hancur berantakan. Tapi gue harap lo bisa ungkapin perasaan lo yang sebenarnya ke Maulidya cepat atau lambat" ucap Mahendra yang menenangkan teman nya itu.

"Gue bakal usahain ndra buat itu, gue butuh waktu dan mental buat ungkapin dan nerima respon dia" ucap Rayhan dengan menatap ribuan bintang malam itu.

"Masuk aja yok han, dingin banget ini" ajak Mahendra yang bertujuan agar pikiran teman nya itu teralihkan sebentar.

"Duluan aja ndra, gue masih mau di sini. Mau liat sinar bulan dan bintang" ucap Rayhan yang tersenyum melihat ke atas langit malam.

Ternyata usaha Mahendra untuk mengalihkan pikiran teman nya gagal, dia juga sekarang sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain meninggalkan Rayhan sendirian di balkon. Karna sebenar nya dia tidak betah dengan hawa dingin, apalagi hawa malam itu benar-benar dingin. Padahal dia sudah memakai hoodie, tetapi masih saja hawa dingin menembus tubuhnya.

Rasa di balik persahabatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang