6. Dua Kali Lipat

42 12 0
                                    

Jungkook pulang terlambat.

Ia segera meninggalkan sepatunya di rak sebelum bergegas menuju dapur dengan langkah semangat. Namun, begitu ia sampai di meja makan dan membuka tudung saji, binar di wajahnya sirna digantikan kekecewaan.

Ya .... Di mana ayam purinkle-ku?”

Bayangan setumpuk ayam goreng keemasan dengan kulit yang garing dan daging yang juicy sudah tergambar jelas dalam benaknya sejak ia naik bus pulang. Bumbu manis gurih yang menempel di jemari akan sangat nikmat untuk dijilat di detik-detik terakhir. Jungkook berencana makan nasi sebanyak-banyaknya hingga ia menolak ajakan makan Burger Jaehyun, tak sepatutnya dihadiahi kekecewaan seperti ini. Jungkook merasa dikhianati. Jennie tidak sedang main-main dengannya, ‘kan? Di mana dia menyembunyikan ayam goreng Jungkook?

Berniat mencari orang yang telah mengingkari janji hingga membuat sakit hati, Jungkook malah baru sadar bahwa Nayeon masih di rumah. Belum pulang, padahal hari sudah malam. Dia nampak sedang bicara dengan seorang pria di ruang tv. Lama memperhatikan dari pintu, Jungkook terkejut karena pria yang ia lihat sangat mirip dengan ayahnya saat ibunya masih hidup.

Hei, itu sungguhan ayahnya! Dia hanya bercukur.

Jungkook tidak tahu situasinya. Namun, saat ini nampaknya bukan waktu yang tepat untuk bertanya di mana Jennie menaruh ayam purinkle-nya. Entah apa yang sudah Jungkook lewatkan. Wajah orang-orang dewasa itu nampak tegang sekali. Seolah sebuah tragedi baru saja terjadi.

Belum selesai menganalisa, tahu-tahu Nayeon sudah lebih dulu menemukan keberadaannya. Memberinya senyum hangat. Menyuruhnya datang dan menyapa kendati Jungkook menyadari situasi canggung yang ayahnya rasakan. Bahkan Jungkook merasa terintimidasi oleh ketampanan pria itu semakin dekat jarak di antara mereka. Apa-apaan ini?

“Bibi menginap?” tanya Jungkook.

“Tidak, Jung. Hanya saja kami baru saja menangkap basah Jennie dan sudah mengusirnya,” jawab wanita itu dengan senyum puas di bibirnya.

Jungkook mengernyitkan dahi. “Menangkap basah dia soal apa?”

“Dia merokok.”

“Merokok?”

“Bibimu menemukan dua bungkus rokok di ruangannya dan dia tidak bisa menjelaskan milik siapa benda-benda itu. Jadi karena kami khawatir dia akan membawa pengaruh buruk untukmu, kami memutuskan mengusirnya,” jelas Taehyung.

Jungkook tercengang untuk mendengar ayahnya bicara demikian panjang hingga beberapa kalimat setelah delapan tahun lebih dia lebih banyak diam seperti orang lupa ingatan. Namun, yang lebih membuat Jungkook terkejut adalah penjelasannya. Pemuda itu langsung mengerang membuat ayah dan bibinya khawatir.

“Kenapa, Jung?”

“Sudah berapa lama dia pergi?”

“Mungkin satu ... jam?” sahut Nayeon tak yakin.

Maka Jungkook berhasil menambah kekhawatiran  kedua orang dewasa di rumahnya dengan tiba-tiba berlari kembali keluar rumah. Mereka mencoba mengejar. Namun, Jungkook yang sudah tidak nampak ketika Taehyung dan Nayeon menyusulnya seolah anak itu telah dibawa angin puyuh. Maka Nayeon mengajak Taehyung untuk segera naik mobilnya dan mereka pergi menyusul Jungkook bersama-sama.

Meski tidak tahu ke mana arah tujuannya, Jungkook hanya terus berlari, berharap bisa menemukan Jennie. Berharap gadis itu baik-baik saja. Tidak apa-apa jika dia sedang menangis sambil bersimpuh meratap di emperan kios. Akan lebih baik seperti itu dari pada jika seseorang membawanya pergi. Karena sejak beberapa hari terakhir Jungkook sadar ada orang tak dikenal mengawasi rumahnya. Jika orang itu adalah bagian dari panti asuhan, maka Jennie sedang berada dalam bahaya.
Jungkook tidak akan merasa bersalah seandainya Jennie pergi atas kemauannya sendiri, ataupun jika gadis itu memang bersalah. Jungkook tidak akan pernah membela gadis itu. Namun, kenyataan bahwa rokok yang ditemukan oleh bibinya itu merupakan miliknya dan Jennie dengan bodohnya menolak memberitahu siapa pemilik benda itu, Jungkook merasa perlu membantu.

LOVESICKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang