Part 4

1 0 0
                                    

~ AFIM ~

Seminggu setelah kejadian itu, aku tetap menjalani hari seperti biasa ditemani sohib-sohib yang enggak ada matinya. Tak tahu kenapa, aku jadi sering ketemu sama Luna. Lusa kemarin, aku ketemu dia di depan masjid kampus. Kemarin, ketemu di deket kantin. Baru saja tadi pagi, aku ketemu di koridor laboratorium. Apa memang ini tandanya jodoh? Hahaha, aku hanya tertawa dalam hati.

Aku jadi teringat rencanaku untuk memberi tahu sesuatu kepada Awik. Aku mencari ponselku untuk memberitahu cewek itu. Baidewei, aku enggak lihat dia seharian ini. Walaupun memang kita hari ini beda jadwal mata kuliah, tetep harus ketemu, dong.

Setelah melihat ponsel, ternyata banyak pesan masuk. Enggak banyak, sih, cuman tiga.

Sender : Aji Cowok Seterong

Message : Fim, kumpul, yuk. Kafe biasa, jam 5 nanti. Aku tau kok kalian lagi banyak praktikum lapangan, dasar anak teknik. Bakal ada Yolen sama Dina juga, lho. Awik juga. Udah pada kuajakin, kok.

Aku tersenyum kecil, mengingat sobatku yang satu itu memang bersikeras menamakan kontaknya di ponselku dengan nama kayak gitu. Emang dasar norak, pantes aja sampek sekarang enggak ada yang bisa kecantol pesonanya, yang sebenarnya lumayan keren. 

Eh, ada, ding. Nanti saja aku ceritakan.

Wah, kebetulan banget. Sekalian aja ntar aku ngomong tentang apa yang mau kuomongin sejak lama itu. Sekilas terlintas kejadian sekitar sebulan yang lalu, ketika Pak Ghazy, salah satu dosen yang lumayan berpengaruh di fakultasku, menghampiriku dan menyerahkan lembaran berisi tulisan-tulisan.

"Saya tahu kamu mampu dan bakal tertarik." Ucap beliau kala itu sembari tersenyum simpul. Aku menatap lembaran yang berpindah tangan kepadaku itu. Bismillah, akan aku coba.

Sender : Dina jutek maks

Message : Heh, bayi! Ikutan ke kafe, yuk. Bareng2, mumpung si Aji sama Yolen sempet. See you there.

Aku kembali tersenyum, melihat nama kontak Dina di ponselku. Itu sebutan yang pertama nyantol di pikiranku ketika melihat lirikan matanya yang tajemnya ngalahin pisau jagal. Hiiih. Walaupun sekarang udah enggak setajam dulu, aku masih males ngeganti nama kontaknya.

Sender : Yolen_emang_ganteng

Message : Walaupun tau anak2 bakal chat si kacamata besar ini, aku tetep chat kamu. Dateng ya ntar, pumpung si ganteng yang supersibuk ini berusaha mengosongkan jadwal. Okeh?

Emang, tingkat kepedean orang ini enggak berkurang kemakan waktu. Tuh nama yang nulis ya Yolen sendiri. Emang di dunia ini cowok ganteng yang rendah hati cuma aku? Ah, tidak kusangka aku ini spesies langka. 

Eh, spesies?

Aku mengetukkan layar ponselku untuk membuatnya kembali menghitam. Aku berjalan menuju tempat parkir kendaraanku.

Tiba-tiba ada getaran baru muncul dari ponselku. Notifikasi ini kutebak dari Awik. Siapa lagi kalau bukan dia? Kutekan tombol untuk membuka sandi ponselku.

Sender : Aji Cowok Seterong

Message : Gaes, Awik cungkring ternyata enggak bisa ikutan. Ada urusan lain katanya. Tetep ya kumpulnya.

Enggak tahu kenapa, tiba-tiba aku kecewa banget Awik enggak ikutan. Sebenernya kan aku mau ngasih tahu sesuatu sama dia. Tapi, yah, yaudah deh kapan-kapan aja. Kulirik arlojiku, menunjukkan pukul lima kurang limabelas menit. Aku segera berjalan menuju parkiran, dan melaju meninggalkan parkiran kampus yang masih tampak ramai walau matahari sedikit demi sedikit mulai condong ke arah barat.

Bintang dan KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang