Bab 8

150 4 0
                                    

'Uangnya ada di saku saya, ayo ambil 1000.'

'Ya.'

'Barang-barang yang ibu minta aku beli, aku tahu totalnya tidak boleh lebih dari 500, uang sisanya tidak bisa digunakan untuk membeli makanan ringan.'

"..."

'Rak tidak menggunakan uang ibu, ayah memberinya uang saku 3.000 sebelum pergi.

'Benar sekali...tidak butuh waktu lebih dari 3 hari untuk pergi membeli makanan.'

Perkataan Ibu terus terngiang di kepala saya saat melewati kedai wafel Hong Kong. Awalnya, Theerak mengira Ibunya melebih-lebihkan, tetapi ternyata tidak berlebihan karena setiap restoran yang dilewatinya, Theerak ingin mampir dan mencobanya.

Sepertinya 3000 baht akan habis mulai hari ini...

"Apa kau mau makan sesuatu, Keras Kepala?"

"Lebih baik kita tidak makan saja. Ayo kita beli sesuatu untuk ibu dan pikirkan nanti."

"Khrab..."

"P'Fah lapar?" tanya Theerak kepada pria jangkung yang berjalan di sampingnya. Muenfah meletakkan telepon genggamnya di saku belakang dan menoleh untuk menatapnya sambil tersenyum.

"Khrab, saat aku bersama Stubborn...P'Fah terus merasa lapar."

Theerak mengerutkan kening karena curiga sebelum bertanya, "Mengapa P'Fah terdengar seperti Li...Li juga mengatakan dia sering lapar saat bersama Rak."

"..."

"Tapi Li lapar, pipinya tembam. Dia bilang kalau dia bisa makan dua pipi Rak, dia akan kenyang setahun penuh."

"Panli rakus banget, ibumu juga mau makan..."

"..." Si tukang menguping itu tertawa melihatmu dibicarakan, karena sejak kita bertemu sampai sekarang, kecuali kamu dan guru, tidak ada seorang pun yang berani menyebut Panli. Namun kini, Theerak tahu ada satu orang lagi yang berani menyebutnya sahabat karib, orang itu adalah Muenfah.

"Dan P'Fah selalu lapar karena P'Fah memikirkan saat kita makan bersama, Si Keras Kepala makan dengan sangat nikmat, membuat P'Fah ikut merasa lapar, bukan pipi tembam Si Keras Kepala yang lapar seperti Panli,"

"..." Theerak mengangguk pelan untuk menunjukkan bahwa dia mengerti apa yang dijelaskan pria jangkung itu. Diam-diam dia melirik profil pria jangkung yang berjalan di sebelahnya. Baik dari depan maupun dari profilnya, Muenfah tetap memiliki ekspresi tenang yang sama.

Namun, seketika mata itu menoleh ke arahnya seolah tahu sedang diawasi. Orang yang tertangkap basah itu langsung menghindari kontak mata seolah menghindari kesalahan. Sebenarnya, sekadar melihat reaksi orang lain secara diam-diam tidaklah salah, tetapi menatap mata Muenfah bukanlah pilihan yang baik.

"Jika suatu hari P'Fah ingin memakan pipi tembam Stubborn seperti Li..."

Theerak mengangkat kepalanya untuk melihat orang yang menolak menyelesaikan kalimatnya "..."

"P'Fah, bisakah kamu berkemas dan kembali ke apartemen?"

"Tidak...tidak...pipi Rak, Rak tidak akan memberikannya kepada siapa pun..." Sebelum dia sempat berpikir matang-matang, pemilik pipi tembam itu segera mengangkat kepalanya, menatap lurus ke mata orang itu dan mengucapkan selamat tinggal. Penyangkalan untuk melindungi pipi tembam, yang merupakan ciri khas seseorang. Mengapa Muenfah berpikir untuk meminta dengan mudah? Terakhir kali dia juga meminta untuk memegang tangannya, kali ini dia berpikir untuk mengemasi ibunya dan membawanya kembali ke apartemen. Dia pikir ini agak berlebihan.

Karena Theerak melihat pria jangkung itu hanya tersenyum tanpa menunjukkan rasa kecewa saat ditolak, langsung tersadar bahwa Muenfah hanya menggodanya agar malu. Tapi tak apa, kali ini kamu punya daya tahan terhadap Muenfah, kata-kata menggoda Muenfah tak bisa membuatmu malu lagi.

[END] Your Sky The SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang