Bab 32

153 8 0
                                    

Muenfah mengikatkan jubah mandinya dan keluar dari kamar mandi untuk melihat si kecil yang masih tertidur di ranjang. Muenfah menghampiri dan duduk di sebelahnya, tangannya yang besar bergerak untuk menyibakkan rambut dari keningnya, lalu menundukkan kepala dan mencium bibirnya. Napasnya yang panas dan bibirnya yang sedikit merah menandakan bahwa ia mengalami sedikit demam seperti yang diduganya.

"Bayi..."

"..."

Theerak menarik selimut menutupi kepalanya seolah-olah dia kesal karena Muenfah mengganggunya saat dia tidur. Muenfah tertawa dan mengulurkan tangan untuk menarik selimut dari kepalanya. Tadi malam Theerak terjaga sampai lewat pukul 3 pagi, dia mengomelinya selama 2 jam dan kemudian tertidur saat fajar.

'Pantat Rak sakit sekali, Rak tidak menyangka P'Fah akan begitu nakal kali ini, ya...'

'Maaf buat si pembuat onar.'

'Sekarang Rak tidak mau memaafkan karena pantat Rak sangat, sangat sakit.'

'Ha ha'

'Rasa sakit mengingatkan Rak untuk marah pada P'Fah sesekali'

'P'Fah sudah bilang ke Theerak...Kalau kamu tidak tahan, bilang saja.'

'Saat itu Rak masih bisa ditahan...tapi sekarang sakitnya.'

'Jika sakit, coba sekali lagi dan sakitnya pasti akan hilang.'

'Tuan Sky! Rak tidak akan membiarkan P'Fah mencintai Rak selama 3 tahun.'

"Jika kosong selama itu, Theerak akan merasakan sakit yang lebih dari ini."

'Hah, Rak tidak mau menerimanya.'

'P'Fah maaf.'

'...'

'Sejak P'Fah jatuh cinta padanya...P'Fah tidak pernah bersama siapa pun.'

'...'

'...P'Fah pikir dia tidak tertarik lagi pada orang lain.'

'...'

'Karena orang P'Fah hanya membutuhkan... Theerak.'

'Rak akan mengurangi hukuman P'Fah sedikit...Rak tidak akan membiarkan P'Fah mencintai Rak selama 2 tahun.'

'Terima kasih, diskon hingga 1 tahun.'

Muenfah tertawa saat mengingat percakapannya dengan lelaki itu tadi malam, setelah itu ia terus mengeluhkan bokongnya yang sakit sehingga ia harus menenangkannya dengan menepuk-nepuk kepalanya agar ia bisa tidur. Muenfah menundukkan kepalanya dan mencium bibirnya beberapa kali karena ia merasa sangat imut.

Ketika Anda mengeluh...

Mata berair, bibir merah.

Aku tidak dapat menahannya...

Apa yang harus saya lakukan?

"Hah...Rak sedang tidur."

"P'Fah jangan ganggu aku lagi."

Muenfah menundukkan kepala dan mencium pipi tembamnya, lalu mengambil bungkus obat dan meletakkannya di nakas lalu berjalan ke depan rumah. Ia duduk di kursi kayu dan mengeluarkan sebatang rokok. Muenfah menyalakan rokok itu sambil menatap laut di depannya. Ia mendekatkan rokok itu ke bibirnya dan menghirupnya. Muenfah tersenyum sambil mengembuskan asap putih.

Muenfah tersenyum karena...

Cakrawala dan laut sebenarnya telah berpotongan.

Ia tak ingin mempercayai bahwa semua itu benar-benar terjadi, apa yang terjadi semalam bagaikan mimpi. Muenfah memang sudah lama berpikiran sempit, ia tak pernah berharap orang lain akan menanggapinya. Namun saat menoleh untuk menatapnya, Muenfah hanya bisa berpikir bahwa...hidup ini tak butuh yang lain, aku sama sekali tidak melebih-lebihkan.

[END] Your Sky The SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang