Hai guys! Ketemu lagi kita >_<
Happy reading!
-
-
-
-
-Pagi ini Barat dibangunkan oleh teriakan Bundanya, padahal Barat dan teman-temannya baru tertidur pukul 3 pagi. Mentang-mentang libur sekolah, bisa bobo seenaknya!
“BARAT! BANGUN! Hayu antar mamah arisan!” teriak Bunda di depan kamar Barat, tentunya sambil menggedor-gedor pintu kamar.
Yang dibangunkan malah berdecak sebal, lalu melihat ponselnya yang menunjukkan pukul sepuluh. Astaga, dia masih ngantuk!
“Iya Bun. Nanti Barat ke bawah.”
Setelah meregangkan otot-otot tubuhnya, Barat menyambar kunci motor di meja belajarnya lalu memakai jaket. Jangan tanya teman-temannya, mereka masih tertidur pulas.
“Padahal bunda bisa bawa mobil, kenapa bangunin Barat.” tanya Barat saat duduk di meja makan.
“Males ah. Udah kamu sarapan dulu, arisannya nanti kok abis Dzuhur.”
Barat melongo tak percaya. Lalu ia menyuapkan nasi goreng buatan bundanya.
“Hayu nda sekarang aja. Barat mau tidur lagi nanti.” Lalu Barat menuju ke garasi rumahnya.
-
Minggu pagi ini jalanan Bandung bisa dibilang ramai lancar, agak padat sih sebenarnya. Ini yang membuat Barat malas kemana-mana kalau hari libur karena jalanan padat dipenuhi mobil-mobil berpelat asing luar Bandung.
“Tadi pagi Jiwa ke rumah!” teriak bundanya di belakang. Barat tak begitu mendengar dengan jelas.
“HAH? APA BUN?”
“NENG GEULIS TADI KE RUMAH. JAM 7.”
“Oh.. Ngapain bun?”
“APA? YANG KERAS ATUH BARAT NGOMONGNYA!”
“NENG GEULIS NGAPAIN KE RUMAH?”
“NANYAIN KAMU. TERUS BUNDA BILANG MASIH TIDUR. TERUS DIA NONTON UPIN IPIN DI TV SAMPE JAM 8. ABIS ITU NEMENIN BUNDA KE PASAR.”
“Oh.” Barat mengangguk. Ia tersenyum.
Tapi tak lama, sebab ia melihat jalanan di depannya begitu macet. Barat menatap jalanan itu dengan datar.
“Bun, di rumah lagi atuh arisannya! Biar gak macet-macetan gini.”
“Nanti minggu depan bagian di Bunda.”
Barat mengangguk.
“Atau suruh aja rumahnya Bu Nia pindah ke komplek kita Bun. Biar gampang!”
Habis Barat bahunya digeplak sama Bunda. Aneh sih lagian!
-
Sepulang dari mengantar Bunda, Barat masuk ke rumah. Ia duduk di sofa ruang tamu sebentar. Masih sepi, teman-teman nya belum bangun sama sekali.
Barat menghela napas panjang, ia melangkahkan kakinya ke dapur untuk mengambil minuman bersoda di kulkas. Bandung sekarang jadi lebih panas dari biasanya.
Melihat es krim matcha, ia langsung ingat Jiwa. Buru-buru ia mengeluarkan ponselnya dan mengetikkan sesuatu di sana.
Dimana?
L. Jiwa
di rumah. kenapa?Rumah. Es krim matcha.
L. Jiwa
OTWJANGAN LARI.
Terlambat. Jiwa sudah berdiri di depan pintu dengan napas terengah-engah nya.
Melihat itu Barat mendengus sebal.“Mana es krimnya?” tanya Jiwa dengan mata berbinar.
“Gak jadi.”
Melihat itu Jiwa menatap Barat dengan syok. Astaga. Barat sudah ancang-ancang karena tahu beberapa detik lagi akan..
“BARATTTTTTTTT”
Jiwa teriak. Dan kali ini berhasil membangunkan teman-temannya dan menyusul ke bawah.
“Sini kamu!” sambil memukul Barat dengan bantal, Devan menatap malas dari tangga.
“Dek, udah.” Ali menghampiri Jiwa di ruang tengah yang sibuk menganiaya Barat.
Mendengar itu, Jiwa menghentikan aksinya.
Dahinya mengernyit bingung menatap Ali.“Kamu kok di sini? Nginep?” Lalu matanya menelisik para lelaki yang baru bangun tidur.
Seraya kelimanya mengangguk. Jiwa terkekeh kecil, lalu melempar tatapan permusuhan pada Barat.
“Mana es krim?”
“Ke sini cuma mau es krim?” Barat suka sekali menjahili Jiwa.
“Ya iyalah! Masa ketemu kamu!”
Barat terkekeh. Lalu sedetik kemudian ia menarik kunciran Jiwa hingga sang empu terhuyung ke belakang.
Mereka saling kejar-kejaran. Keempat temannya menyaksikan adegan itu seolah-olah sudah jadi makanan sehari-hari.
“Urang mah yakin ya pasti salah satu di antara mereka ada yang suka.” Cetus Rafa sambil mengusap dagunya.
“Kayaknya sih Barat.” Devan menimpali.
Ali dan Juan mengangguk.
Sepertinya memang Barat. Coba kita lihat nanti.
TBC
Duh, kira-kira Barat atau Jiwa ya? Menurut kalian siapa guys? Komen dong!!
Gimana sejauh ini? Tandai ya kalo ada typo!
See you next update 🌷🌷
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Arah | On Going
Novela Juvenil[UPDATE TIAP HARI SABTU & MINGGU] Barat satu-satunya sahabat lelaki Jiwa. Sejak duduk di bangku SD mereka sudah bersama. Diam-diam Barat mulai tertarik pada Jiwa sejak ia tahu kebiasaan 'unik' sahabatnya itu. Apakah kebiasaan 'unik' itu? Kenapa sam...