Happy reading all!
-
-
-
-
-Warung Abah terletak di dekat sekolah, mungkin hanya beberapa ratus meter jaraknya. Warung yang menyediakan berbagai macam gorengan, seblak, dan kopi membuat Barat dan teman-temannya betah berlama-lama di sini.
Tempatnya cukup nyaman untuk dipakai nongkrong. Dengan di depannya ada semacam kolam ikan yang cukup besar, tempat yang terbuka dan luas. Di sini dibolehkan merokok oleh Abah, tapi hanya di waktu tertentu. Seperti malam hari, hari libur, dan di luar jam sekolah tanpa pakai seragam. Abah sangat mewanti-wanti karena ia sudah bosen ditegur pihak sekolah ketika mengadakan razia.
Warung ini bersebelahan dengan rumah Abah. Sehingga biasanya jika sedang ramai, kedua anak abah dan istrinya akan membantu membuat pesanan. Kalau Barat dan teman-temannya memang sudah berlangganan jajan dan nongkrong di warung Abah. Mungkin sejak SMP, karena jaraknya masih dekat juga.
Malam ini Barat benar-benar memenuhi janjinya untuk datang ke warung Abah jam 8 malam. Sebenarnya dia tidak tahu akan memberikan pelajaran seperti apa ke Julio sialan itu. Jelas tidak mungkin mereka berkelahi di warung Abah, sangat tidak etis jika membuat keributan ini. Alhasil, Barat mencoba diskusi dengan teman-temannya.
“Teh Mia, biasa dong kopi sama gorengannya!” teriak Rafa memesan makanan.
“Siap A Rafa!”
“Jadi gimana?” Ali membuka percakapan.
Barat masih menimbang-nimbang, ia terlihat berpikir.
“Hajar aja lah, kagok!” seru Adnan.
“Mau si abah jantungan lagi?” tanya Devan sengit.
Sontak ke-empat nya menggeleng.
“Ya terus apa anjir!” sahut Adnan ikut bingung.
Barat masih menimbang-nimbang, ia bingung memilih dua pilihan di kepalanya. Main catur atau mancing.
“Yang punya ide kan si Barat. Mau maneh apain Bar?” tanya Rafa kepo sambil menghisap rokoknya.
“Mancing aja kali ya?” tanya Barat dengan wajah nya yang sok serius.
“Mancing keributan?” Rafa terdengar tak yakin.
“Mancing ikan!” seru Barat lalu menerima makanan yang di bawa oleh Teh Mia.
“Nuhun, Teh.”
Dengan wajah tanpa dosanya, Barat meminum kopinya dengan santai. Teman-temannya yang melihat itu benar-benar merasa syok atas tingkah laku Galileo Barat itu.
“Maneh serius mau mancing ikan sama si Julio?” tanya Ali memastikan.
Barat mengangguk ringan. Toh alat pancing nya juga ada di warung Abah, why not?
“Dia gak bakal mau, oon!” seru Adnan sambil melempar gehu ke arah Barat dan ditangkap dengan baik.
“Biarin aja paling diketawain.” sahut Devan mengejek.
Barat membenahi duduknya, sepertinya dia akan menjelaskan ke kawan-kawannya.
“Kieu nya daks, terlalu riskan euy kalo gelut di sini mah. Balapan gak mungkin, kayak gak tahu aja di sini banyak cctv yang dipasang pihak sekolah. Bisa sih catur, tapi lagi gak mood. Jadi urang ajak mancing aja, taruhan bukan mancing doang.” jelas Barat santai tanpa dosa.
“Ya maneh kalo mau balapan jangan milih lokasi di sini lah anjir! Itu mah emang dasarnya pengen mancing aja.” sahut Adnan sengit.
Barat mengangguk. “Lah emang.”
“Ya udah taruhannya apa?” tanya Ali menengahi.
“Kalo urang dapet ikan tiga duluan, dia gak boleh ganggu kita lagi termasuk ke Jiwa juga. Itu si Julio sialan pasti bakal nargetin ke yang lain, bukan urang sama Ali doang.” Mereka mengangguk.
“Kalo kalah?” tanya Rafa.
“Urang bolehin dia milih dari salah satu kita buat balapan tapi gak di sini.”
“Yeu si anjing kita lagi yang kena.” sahut Adnan malas.
Barat tak menanggapi, ia melangkah menuju Abah untuk meminjam alat pancing dan minta izin buat mancing di kolamnya.
Tak lama dari itu, pukul 20.45 WIB Julio datang bersama tiga rekannya. Menyadari hal itu, Barat menyunggingkan senyumnya tipis.
Keempatnya menghampiri Barat, “Si anjir beneran mancing”.
“Jul!” Barat meneriaki Julio.
“Gece anjing!” Julio menanggapi dengan mendengus kasar.
“Tontonin urang, mau duel mancing sama si Julio.”
Biarin aja udah biarin.
TBC
Coba tebak siapa yang bakal menang? tulis di kolom komen!!
See you next update yagesyaa🌷
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Arah | On Going
Ficção Adolescente[UPDATE TIAP HARI SABTU & MINGGU] Barat satu-satunya sahabat lelaki Jiwa. Sejak duduk di bangku SD mereka sudah bersama. Diam-diam Barat mulai tertarik pada Jiwa sejak ia tahu kebiasaan 'unik' sahabatnya itu. Apakah kebiasaan 'unik' itu? Kenapa sam...