SYK-3

1 0 0
                                    

"Tanteeee Nazwaaa" Teriak Zira mencoba memecah suara nyanyian yang saling bersautan. Memanggi sahabat sang bunda yang sedari tadi di carinya.

Sepertinya usaha boca berusia tujuh tahun itu berhasil. Nyatanya siempunya nama berhenti dari langkahnya. Hanya saja wanita itu tidak segera berbalik.

Ibu dan anak itu melangkah beriringan menghampiri Nazwa.

"Neng, tasnya d tutup atuh. Itu hpnya di masukin yang bener nggak nanggung gitu. Disambar kucing entar. " Canda Niken sambil meraih tas Nazwa dan membenarkannya, sedang pemiliknya tengah sibuk menata hati dan menghapus jejak air mata diwajah.

"Tante kenapa nangis? " Tanya Zira ketika mendapati Nazwa  mengusap matanya yang sedikit memerah.

"Nggak tante tadi kelilipan aja" Elak Nazwa sambil berusaha tersenyum.

Niken mengernyitkan dahi, ia tahu pasti sabahat tengah tidak baik-baik saja.

"Kamu sakit, Naz? " Tanya Niken akhirnya, "Mau pulang aja gimana? " Lanjutnya.

"Nggak aku nggak papa kok. Kalian udah selesai kenapa nggak telfon aja? "

"Tuh bocil di suruh nunggu emaknya telfon betar nggak sabar main lari aja" Sungut Niken sambil mengerlling anak perempuannya. Zira hanya tersenyum memamerkan gigi putih kecil-kecil miliknya.

"Ayo nte kita main yang lain. Tante pengen naik apa nanti aku temenin" Tawar Zira sambil menarik tangan sahabat ibunya yang sudah ia anggap sebagai ibu ketiga setelah utinya.

"Hmmm apa ya" Sambil berpura-pura berfikir nazwa memutar kepala mencuri tengok pada lelaki gondrong yang telah berhasil mengetuk sudut hatinya yang kosong, walau mereka tidak saling mengenal. Namun nihil. Sosok itu entah hilang kemana.

"Kita naik kereta kelinci aja yuk" Usul Nazwa.

Kereta kelinci di dalam area pasar malam biasanya akan berkeliling beberapa putaran diarea dalam pasar malam, wanita itu berharap bisa bertemu dengan lelaki tadi disalah satu sudut pasar malam.

***

Jam keropi didinding kamar bernuansa biru itu sudah menunjukkan pukul dua belas malam. Biasanya paling malam jam sepuluh penghuni kamar itu telah terbuai dalam mimpi indah yang kemudian perlahan menjadi buruk dan menghasilkan teriakan atau nafas tersenggal.

Tapi tidak dengan malam ini. Pertemuannya dengan lelaki asing itu menyisakan rasa bercampur di hati Nazwa. Ada rasa bahagia yang sangat dalam hantinya. Seakan rindu selama ratusan purnama itu menemuka  tempat pulang.

Cinta?
Sepertinya bukan. Walau sudah berkepala tiga dan tidak pernah mempunyai rekam jejak berpacaran wanita yang sudah berjilbab lebar sejak masuk sekolah menengah atas itu juga pernah jatuh hati. Walau hatinya harus dia patahkan paksa sebelum berkembang. 

Selain itu dia juga merasakan sedih dan sesak mendalam tatkala tadi saat di atas kereta ia melihat secara langsung tangan laki-laki itu terulur, untuk mengambil sebuah dompet dari saku belakang seorang pengunjung. Entah kenapa menyadari profesi itu membuat hati Nazwa begitu sakit dan tidak rela.

Saat tengah benar-benar kalut tiba-tiba dia teringat nasehat ustadzah Halimah. Kata-kata yang terus terulang ketika Nazwa menceritakan tentang kemelut di hatinya.

"Jika kamu berada di posisi yang sangat rumit, sangat galau sangat terpuruk dan tidak tahu jalan keputusan apa yang akan di ambil. Maka jangan kamu berputus-asa. Yakin Allah pasti akan memberimu jalan. Mendekatlah pada-NYA. Maka enatah dengan cara apa Tuhan pasti tunjukkan  jalan"

Dengan langkah gontai wanita yang menyandang nama lengkap Nazwa Salsabila Putri Guntoro itu bangkit dari kasur menuju kamar mandi yang ada di dalam kamar. Dia memutuskan mengambil wudhu berniat sholat malam.

Dalam sujud ia berpasrah. Mengembalikan semuanya pada sang pemilik skenario kehidupan. Pemilik jiwa, raga dan juga hatinya.

Setalah lelah menangis di hadapan Allah Nazwa meraih musaf Al qur'an. Perlahan dibaca rangkaian kalam Allah itu dengan khidmat. Seakan tiada beban di kehidupannya. Tidak lama ia terlelap dalam damai.

***

Baru juga dua jam terlelap, tiba-tiba dalam tidur Nazwa merasa berada di tempat yang sangat gelap. Tiba-tiba dia mendengar tangis bayi memecah keheningan. Perlahan wanita yang didalam mimpi tidak berhijab itu melihat bayi tergeletak di dalam sebuah keranjang. Dan banyak hewan buas yang muncul mengitarinya.

Nalurinya menuntun ia berlari untuk menyelamatkan bayi tersebut. Tapi semakin keras ia berlari semakin bayi itu sulit di jangkau. Tiba-tiba bayi itu memancarkan secerca cahaya yang menyilaukan mata.

Ketika mata mazwa terbuka saat cahaya itu menghilang ada sosok hitam seperti bayangan berlari kearahnya. Di belakan itu beberapa hewan buas yang tadi mengitari bayi juga terlihat mengejar. Nazwa ingin berbalik dan berlari juga tapi tiba-tiba badannya kaku. Ia tidak mampu walau hanya menggeser kaki sedikit saja.

Semakin sosok itu dekat larinya semakin kencang. Nazwa memekik takala sosok dan hewan-hewan buas itu menabraknya. Seiring dengan terdengar suara besi yang berdetum kerasa.

Mata Nazwa terbuka lebar, nafasnya engah-ngah dengan kringat membanjiri tubuhnya yang masih berbalut muken. Ia terjaga dari tidurnya. Masih dengan memakai mukena dan hanya tergeletak di sajadah. Musaf yang tadi ia baca masih terbuka tergeletak di meja kecil yang ada di depannya. Sedang dia tergeletak di samping meja.

Jam di kamarnya menujukkan pukul empat dini hari. Setelah mampu mengatur nafas ia menegakkan tubuhnya. Tangis kembali membanjiri kedua matanya. Mimpi itu adalah mimpi yang hampir setiap hari mendatanginya. Dan sudah terjadi sejak belasan tahun silam.

Mimpi itu sudah seperti alarm dalam hidupnya. Karena selalu membangunkannya disetiap jam setengah empat pagi. Setelah tenang wanita berlesung pipi itu beranjak menuju kamar mandi, kembali mengambil wudhu. Berbagai ibadah sunah ia jalankan kemudian. Meminta dan berpasrah kepada sang pemilik hidup. Setelahnya jiwa raganya akan menguat untuk menghadapi hari.

Dan khusus malam ini ia meminta petunjuk apa yang harus ia lakukan. Hatinya sangat ingin menemui laki-laki semalam. Ada rindu yang semakin menghebat didalam. Tapi ia tahu mereka hanya orang asih yang kebetulan saling bertemu.

Tapi hatinya tidak sanggup ia tundukkan. Keinginan melihat dan berjumpa laki-laki justru menguat berkali lipat setelah Nazwa meminta petunjukNya.

***

Hari ini Nazwa benar-benar tidak fokus dengan anak didiknya. Bayangan laki-laki semalam saat mencopet dompet pengunjungHingga dia harus kembali memanggil Nisa untuk membantunya.

"Mb Nazwa sakit? " Tanya Nisa saat anak didik mereka sedang beristirahat bermain di luar.

"Entah Nis, baru banyak fikiran mungkin jadi nggak fokus" Jawab Nazwa sambil menghela nafas. "Minta tolong Kamu di luar ya pantau anak-anak." Lanjutnya kemudian menelungkupkan kepalanya diatas meja.

Nisa mengangguk samar, matanya menyorot kan kekhawatiran. Mereka memang tidak dekat. Nisa baru satu tahun mengabdi ditempat ini. Telah banyak slentingan kabar tidak mengenakkan tentang Nazwa di antara rekan mereka. Tapi gadis muda itu percaya bahwa  Nazwa adalah orang yang sangat baik, hanya saja sangat susah untuk dekat dengan wanita yang serba tertutup bukan hanya penampilan tapi juga hidupnya itu.
***

Begitu bel pulang sekolah berbunyi Nazwa segera mengajak anak-anak berdoa dan pulang. Dia menyerahkan pada Nisa untuk memantau setiap anak yang di jemput, sedang dirinya melesat pulang lebih dulu. Hati sudah tidak mampu menahan. Dengan di antar pak marto sopirnya ia menuju lokasi pasar malam.

Beruntung laki-laki yang sedang ia cari sedang bergurau sambil bermain gitar dipintu masuk lapangan. Dan di sebrang jalan pintu itu terdapat seorang penjual es dengan tenda di pinggir jalan. Nazwa pun masuk ke kedai es tersebut, memesan seporsi kemudian mencari tempat strategis untuk bisa melihat laki-laki itu.

Nazwa belum berani mendekat, ia hanya memantau. Melihat laki-laki itu tertawa lepas dan bahagia saja sudah membuat hatinya tenang. Sambil menikmati semangkus es Nazwa memikirkan bagaimana cara agar bisa dekat dan berkenalan dengan laki-laki itu.

Sudut Yang KosongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang