SYK-4

2 0 0
                                    

Senin siang yang begitu terik, dengan sedikit enggan Nazwa bersiap untuk ikut rapat dewan guru. Yang berarti ia tidak bisa izin pulang lebih awal. Yang berarti juga dia tidak bisa berjumpa laki-laki pengobat rindunya seperti dua hari kemarin.

Walau hanya melihat dari jauh setidaknya itu bisa sedikit menenangkan hatinya. Walau sudah beberapa hari Nazwa masih belum menemukan cara untuk mengenal laki-laki berlesung pipi itu lebih dekat.

Sebenarnya semakin melihat kebiasaan laki-laki itu membuat hati Nazwa nelangsa. Ada rasa tidak tega dan sesak melihat berbagai tingkah dan ucapan tidak pantas yang remaja itu keluarkan. Walaupun itu jarang karena menurut penilaian Nazwa lelaki itu lebih pendiam dari pada teman-temannya  yang lain. Hatinya menggebu untuk mengajak dia keluar dari kelam kehidupan yang lelaki itu jalani. Tapi bagaimana caranya, wanita itu masih tidak tahu.

"Neng baik-baik aja kan? " Tanya Niken sambil menyentuh lengan sahabatnya. Sebenarnya dia sudah memasuki kelas Nazwa sejak tadi tapi wanita itu masih asik dengan lamunannya.

Niken sebenarnya kawatir dengan sahabatnya. Setelah pulang dari pasar malam waktu itu seolah tidak ada tawa lepas dari sang sahabat. Ia hanya tersenyum tipis menanggapi celoteh zira.

"Eehh iya iya ada apa? " Gagap Nazwa. Niken tersenyum melihat tinggakah sahabatnya.

"Yukk rapat dulu, kamu bisa cerita-cerita nanti kalau selesai rapat" Putus Niken saat melihat sedikit sorot kalut diwajah sahabatnya. Tapi lima menit lagi rapat di mulai mereka harus bergegas menuju ruangan bu Ais. Sedangkan Nisa sudah lebih dulu kesana sesuai arahan Niken.

Helaan nafas wanita yang telah sadar dari lamunan itu seakan memperjelas kondisi hatinya yang tengah tidak baik-baik saja.

Nazwa sadar dia bisa mencurahkan semuanya kepada Tuhan dengan totalitas. Tapi sisi manusia yang dia miliki membutuhkan sosok manusia lain untuk mendengarkannya. Mungkin nanti seusai rapat ia bisa menceritakan kegalauan hati pada sahabat satu-satunya ini. Dan berharap wanita itu bisa meringankan dan bahkan memberi solusi untuk masalah yang sedang ia hadapi.

***

Beruntung rapat tidak terlalu lama. Jadi mereka bisa segera berkemas untuk pulang. Tapi tidak dengan Nazwa dan Niken. Mereka berdua memilih  duduk di masjid yang ada di sebelah Tk. Masjid besar yang memeiliki sedikit taman yang rimbun disampingnya itu membuat nyaman untuk duduk sambil berbincang. Setelah melaksanakan ibadah sholat dzuhur tentunya.

Air mata Nazwa telah mengajak sungai setelah selesai menceritakan dilema yang dialami. Niken terdiam. Sedikit banyak ia tahu tentang problem sisahabat tapi dia baru tahu kisah lengkapnya hari ini. Nazwa orang yang sangat tertutup kalau belum benar-benar tidak kuat dia tidak akan bercerita kecuali kepada kedua orang tuanya.

Namun kali ini ia ingin menceritakan pada orang lain. Dia benar-benar butuh bantuan. Karena selama ini sepertinya orang tua wanita itu menyembunyikan sesuatu darinya.

Malam itu sepulang dari pasar malam Nazwa bercerita kepada sang bunda tentang semuanya. Tentang laki-laki asing yang tiba-tiba mampu mengisi kekosongan hati dan juga tentang perasaannya pada lelaki itu.

Tapi respon dari sang bunda membuatnya curiga. Sang bunda sama sekali tidak menanggapi cerita Nazwa, beliau justru menganggap itu semua terjadi karena Nazwa lelah dan menyuruhnya gegas istirahat.

Nazwa sadar raut muka sang bunda ketika mendengarkan ceritanya itu berubah. Walau berusaha bersikap biasa wanita itu masih sanggup merasakannya. Dan itu lebih dari cukup untuk membuat pikirannya semakin bertambah berat.

"Jujur Naz, aku ngga ngerti mau menanggapi masalahmu itu bagaimana. " Lirih Niken dengan nada menyesal. " Tapi kalau menurut pandanganku, kamu harus beranikan diri untuk dekat minimal kenal dengan laki-laki itu. Sementara kesampingkan dulu masalah tante. Mau aku bantu untuk kenalan dengan lelaki itu? Apa butuh bantuan dari mas Ilham? Tapi ya nunggu minggu pas dia pulang." Tawar Niken.

Wanita beranak satu itu tidak tega melihat kondisi Nazwa. Dimatanya Nazwa adalah perempuan yang baik. Tidak aneh-aneh. Terlebih sudah berkali-kali ia dan keluarganya di bantu oleh keluarga sahabatnya itu. Bahkan sekarang suaminya telah bekerja dengan gaji tinggi itu berkat ayah Nazwa tiga tahun lalu. Dan ia juga baru tahu saat itu kalau ayah Nazwa orang yang sangat kaya raya.

Nazwa memang sangat pendiam dan tertutup. Maka tidak banyak yang tahu tentang kehidupan pribadinya. Bahkan bayak yang mengira kalau dia anak pak Marto, supir yang selalu terlihat mengantar jemputnya. Karena itu banyak yang tidak suka dengan Nazwa. Mereka pikir wanita itu terlalu hedon untuk sekelas anak sopir.

Memang yang di pakai Nazwa bukan barang bermerek dengan harga puluhan juta. Hanya barang merek lokal dengan harga ratusan ribu yang menurut beberapa orang terlalu berlebihan mengingat yang mereka tahu dia anak seorang sopir.

Tapi bila mereka tahu kalau Nazwa anak seorang pengusaha mereka pasti akan memandang wanita itu dengan berbeda. Wanita yang sangat sederhana, bagaimana tidak gajinya sebagai PNS pasti tidak lebih tinggi dari uang pemberian ayahnya.

Tapi persahabatan mereka terjalin tulus. Niken yang bebeda umur beberapa bulan diatas Nazwa sudah menganggap wanita itu adalah adiknya. Dan kini ketika sang adik terkena masalah dia ingin ganti membantu Nazwa walau hanya sebisanya.

"Ngga dulu lah, aku mau coba dulu sendiri. Terimakasih sudah mau mendengar curhatan ku. Jujur itu sangat sangat membantu." Ujar Nazwa sambil kembali memeluk Niken.

Sebenarnya Nazwa sangat ingin meminta bantuan Niken. Tapi dia sadar sepulang sekolah Niken mempunyai tanggung jawab yang lain. Seorang anak yang dijaga ibu mertuanya yang sudah sepuh menunggunya di rumah. Inipun kalau tidak terpaksa ia tidak akan tega menghambat kepulangan Niken.

Setelah benar-benar tenang, Nazwa beranjak ke kamar mandi masjid untuk mencuci muka. Kemudian mereka berpisah. Niken pulang kerumah dengan sepeda metik kesayangan dan Nazwa menghampiri pak marto sopir yang di tugaskan khusus mengatur dan menjaga wanita itu telah menunggu.

***

Keberuntungan tidak memihak Nazwa hari ini. Dua hari kemarin dia  bisa melihat lelaki itu hanya dengan duduk di kedai es. Karena bertepatan dia dan teman-temannya nongkrong dipintu masuk lapangan. Tapi tidak dengan kali ini.

Mungkin karena sudah terlalu sore karena sekarang jam diponsel Nazwa menunjukkan pukul tiga. Dengan langkah perlahan wanita berbaju keki  yang ditutup dengan jaket panjang berwarna abu itu melangkah memasuki lapangan.

Matanya mengedar awas. Mengamati setiap sudut tempat  yang masih sepi itu. Perlahan tapi pasti Nazwa menelusuri lapangan yang tidak terlalu lebar itu. Hingga lima belas menit berlalu matanya tidak juga menemukan sosok itu. Sosok baru yang tiba-tiba menyusup dalam mimpi buruknya tiga hari ini.

Nazwa berhenti sambil menghela nafas. Setelah menimbang sejenak ia memutuskan untuk pulang. Karena sepertinya orang yang ia cari sedang tidak ada di lokasi.

Tiba-tiba sebuah deheman bersamaan sebuah telapak tangan menepuk pundak Nazwa dari belakang. Tubuhnya membeku, sesaat segala berita kriminalitas memenuhi kepalanya. Buka tanpa alasan karena menurut kabar pasar malam di siang hari akan di penuhi oleh preman-preman jalanan. Dan sedari tadi dia berkeliling banyak di temuinya orang-orang berpenampilan seperti preman.

"Mau cari siapa kak? " Sapa suara itu.

Naswa pun membalikkan badan. Tubuhnya semakin menegang kala melihat orang yang menyapanya.





Kira-kira siapa ya yang menyapa Nazwa?
Terima kasih sudah berkenan membaca. Maaf authornya masih pemula. 🙏❤ Jangan lupa like, komen, subscribe dan follow ya❤ biar makin semangat updatenya🤗💕❣️

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sudut Yang KosongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang