6. PINGSAN

10 7 1
                                    

Adel melirik takut-takut ke arah gerbang rumahnya yang menjulang tinggi. Alteo menepuk pundak Adel pelan dan berbisik. "Nggak usah takut, ada gue,"

Adel sedikit lega karena di sampingnya ada Alteo. Adel memberanikan diri untuk membuka gerbang itu, tadinya gadis itu keluar dari pintu belakang agar tidak ketahuan satpam rumahnya.

Gerbang terbuka perlahan-lahan, di sana sudah ada pak Wahyu, satpam rumah Adel yang sedang memakan gorengan dan meneguk kopi hitam. Begitu melihat Adel di depan sana, buru-buru pak Wahyu meninggalkan acara makan gorengannya dan berjalan menghampiri Adel yang terlihat takut.

"Loh neng Adel habis dari mana? Tadi di cari sama Tuan besar," kata satpam itu membuat Adel berteriak mampus di dalam hatinya.

"A-adel jalan-jalan sebentar.." cicit gadis itu.

"Di mana pak Bruno, Pak?" Tanya Alteo yang berada di belakang Adel.

"Saya di sini," terlihat seorang pria bertubuh tegap, mengenakan kemeja hitam. Pria itu memberikan tatapan tajam pada Alteo dan Adel. Adel tak berani menatap sang ayah, gadis itu menunduk sembari memainkan jari-jarinya seperti anak kecil.

"Ayah tadi Adel mau—"

"Adel, masuk," ucap pak Bruno pelan namun berhasil membuat bulu kuduk Adel berdiri.

"Tapi Yah—" Adel mengurungkan niatnya untuk  melanjutkan bicaranya. Gadis melirik Alteo sebentar, lalu masuk ke dalam rumahnya. Jujur saja, Adel takut Alteo terkena bogeman dari Ayahnya.

Bugh

Bugh

Bugh

Alteo sama sekali tak membalas pukulan itu, Adel menyaksikan Alteo di pukuli dari balkon kamarnya. Matanya berkaca-kaca, ini salahnya! Kalau saja ia tak menemui Alteo maka Alteo tak akan menjadi samsak ayahnya.

•••

"Zin! Zinnia! Ada kak Argeo tuh!" teriak Ginara.

Terlihat di lapangan Argeo sedang tertawa bersama inti Eglio. Mereka sedang ada jam olahraga. Sama, dengan kelas X-D.

Ginara tak menyadari tatapan dari teman-temannya. "Emang kenapa kalau ada Abang ku?" Tanya Aragea.

"Emm.. anu.. Ge.. itu anu," Ginara menggigiti kukunya, melirik takut-takut ke arah Zinnia. Zinnia hanya tersenyum, dia ingin memberitahu kepada Aragea dan Adel.

"Gue.. sama kak Geo.." kata Zinnia sambil tersenyum-senyum sendiri.

"Jadian?!" Tanya Aragea reflek.

Zinnia menggeleng kuat. "BUKAN!"

Aragea berpura-pura berpikir, mengetuk-ngetuk dagunya dengan jari. "Pasti kamu suka bang Geo, kan?!" Jawaban Aragea tepat sasaran.

"Katanya jangan di kasih tahu dulu," ucap Ginara.

"Nggak papa, sekalian minta restu dari calon adek ipar," timpal Zinnia.

"Udah adek ipar adek ipar aja nih," balas Ginara.

Adel tak berminat untuk turut campur di pembicaraan itu. Ia dari tadi hanya sibuk berfoto-foto di ponselnya.

Ginara menyenggol lengan Adel. "Diem-diem bae Del,"

"Lagi males ngomong aja," cuek Adel. Semenjak kemarin di marahi oleh sang ayah, Adel lebih banyak diam dari biasanya, dan sudah terhitung 5 hari Adel mendiamkan Ayahnya. Wajar saja Ayahnya marah, gadis itu pulang di atas jam sepuluh malam. Pak Bruno tak memarahi Adel, namun Bruno meninju wajah Alteo dan hal itu membuat Adel marah pada beliau.

KOTA PARA PENGHIANAT [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang