12. KOMA

6 5 0
                                    

"Berkorban untuk orang yang kamu cintai tak akan membuatmu merasa rugi,"

Kota Para Penghianat.

Bugh

Bugh

Bugh

Lagi dan lagi, Alteo menerima bogeman mentah dari Bruno. Pria paruh baya itu datang dengan mata memerah, sebisa mungkin untuk tak mengeluarkan air matanya.

"Jelaskan," ucap Bruno dingin, namun menusuk.

Alteo berdiri tegap menghadap Bruno tanpa rasa takut sedikit pun. Alteo tahu bahwa ini adalah salahnya dan dia siap mengakuinya tanpa melibatkan Ayra.

"Maaf Om, ini salah saya yang lalai jagain Adel," Alteo berbicara dengan menatap mata Bruno.

"Ini salah saya yang menyuruh Adel pergi duluan meninggalkan saya," ucap Alteo lagi. Cowok itu tak mungkin mengatakan jika ini semua ada kaitannya dengan Ayra. Bisa-bisa Ayra yang akan menjadi samsak hidup Bruno. Bruno tak akan memandang bulu ketika menghadapi musuhnya.

Hari ini dan kemarin adalah hari yang membuat Bruno tidak akan bisa tidur semalaman. Di hari kemarin, perusahaannya hampir bangkrut karena ada salah satu karyawan yang melakukan korupsi. Dan hari ini, putri semata wayangnya mengalami kecelakaan dan koma.

"Mas," panggil Yasni pada Bruno.

"Anak kita k-koma," kata Yasni, wanita itu pun menangis setelah mengatakan kalimat itu. Bruno memeluk tubuh Yasni yang akan ambruk ke lantai.

Alteo mendatangi Yasni yang tengah bersedih. "Ini bohong kan?" kata Alteo tak percaya.

"Bohong," sangkal pak Bruno. Alteo masuk ke dalam ruangan Adel dan meninggalkan pasutri itu di luar.

Dilihatnya, Adel terbaring lemah di brankar, ada perban di kepalanya dan selang infus di tangannya. Alteo duduk di sana dan menggenggam tangan Adel. "Maafin Teo, ya?" kata cowok itu yang tak mungkin di dengar oleh Adel.

"Teo janji akan setia nunggu Adel di sini," ucap Alteo dengan tulus.

Ceklek.

Pintu terbuka, menampakkan Bruno dan Yasni yang membawa semangkuk nasi. "Teo, kamu belum makan kan dari kemarin? Makan dulu Nak," ucap wanita paruh baya itu dengan ramah.

Alteo menggeleng, cowok itu tak merasa lapar sama sekali semenjak Adel kecelakaan kemarin. Cowok yang menjabat sebagai ketua Eglio itu hanya meminum air putih saja sejak kemarin, perutnya seolah-olah menolak untuk di beri makanan. "Teo nggak laper, Tante,' balas cowok itu. Pandangannya masih tertuju pada wajah pucat Adel. Wajah yang biasanya terpoles dengan make up tebal, kini terlihat sangat pucat.

"Kalau kamu sakit siapa yang mau ngerawat Adel, Nak?" Yasni terpaksa membawa-bawa nama putrinya dalam hal ini. Mau bagaimana lagi? Alteo akan rela melakukan apapun jika itu menyangkut dengan kebahagiaan Adel.

Keluarga Alteo dan keluarga Adel tentunya sangat berbeda. Alteo berasal dari keluarga broken home, sementara Adel berasal dari keluarga cemara. Orang tua yang sangat menyayanginya, dan mempunyai banyak teman baik dan tulus.

"Satu suap ya?" bujuk Yasni.

Alteo menerima makanan yang di berikan oleh Yasni. "Terima kasih Tan," ucap Alteo.

•••

"HAH?! ADEL KOMA DARI SEMINGGU LALU TERUS LO BARU KASIH TAHU GUE SEKARANG HAH?!" Murka Argeo. Ia melempar gelas kaca yang berada di sekitarnya.

Wajar saja jika Argeo merasa sangat marah, kalau dua hari ataupun empat hari, cowok itu akan memakluminya. Namun ini? Satu minggu? Ke mana saja Alteo selama ini? Apakah lelaki itu tak ingat jika ada orang lain yang ingin mendengar kabarnya?

Selama seminggu penuh, Alteo tidak pernah menampakkan diri di sekolah maupun di markas Eglio. Cowok itu hanya datang ketiga tempat selama Adel koma. Rumahnya, warung nasi goreng mang Eko dan rumah sakit tempat Adel di rawat.

Dan hari ini, cowok itu masuk ke sekolah juga karena paksaan dari ayahnya dan juga orang tua Adelina. vx.ie

Saat ini, Alteo, Argeo, Aragea dan Ayra berada di rooftop SMALABANG.

"Maaf ini semua gara-gara gue," ucap Ayra dengan nada penyesalan. Gadis itu menunduk, tak sanggup menatap netra Argeo yang sedang meledak-ledak dan Aragea yang tak mengeluarkan respon apapun.

Argeo menarik nafasnya panjang, dan menghembuskan secara perlahan. Ia tidak boleh meledak-ledak dihadapan sang adik. Ia harus bisa menjaga emosinya agar tetap stabil.

"Bukan salah lo, Ra," bela Argeo.

"Kenapa Bang Teo nggak ngasih tahu Gea?" Gadis itu baru membuka suara ketika Argeo tak lagi mengeluarkan bentakan. Ya, meskipun bentakan itu tak di tujukan kepadanya.

"Lupa," jawab Alteo dengan singkat. Ekspresi cowok itu benar-benar datar.

"Minggu depan udah ujian semester, tapi Adel belum sadar?" celetuk Zinnia yang tiba-tiba datang ke rooftop bersama Ginara.

"Zinnia! Adel koma kok lo malah mikir ujian semester sih?" Tanya Ginara heran. Dari nada bicara Zinnia saja, sudah di pastikan gadis itu tak merasa kasihan sama sekali dengan Adel.

"Gue nggak mikir ujian Gin, gue cuma mikir keselamatan Adel. Gue takut nanti Adel nggak bisa lanjut ke semester dua gara-gara ga ikut ujian," jelas Zinnia. Alteo menutupi telinganya yang merasa panas karena mendengar ocehan panjang lebar dari mulut Zinnia. Cowok itu pergi dari rooftop, sudah di pastikan ia akan pergi ke rumah sakit Adel.

"Mau kemana lo?! Gue belum selesai ngomong!" Teriak Argeo. Cowok itu menyusul Alteo untuk turun.

"Tunggu Gea!" Aragea dan Ayra juga menyusul ke bawah.

•••

Para sahabat Adel sudah selesai menjenguknya sejak 7 jam yang lalu. Sekarang hanya tersisa Alteo yang berada di sampingnya. Ayah Adel sedang bekerja ke kantornya dan ibu Adel sedang kembali ke rumahnya untuk bersih diri.

Alteo, cowok itu paling tak tahan dan tak suka dengan bau rumah sakit. Laki-laki itu memakai slayer hingga menutupi bawah matanya, saking tidak tahannya dengan bau rumah sakit. Tapi demi Adel, Alteo sudah pasti siap menahan bau rumah sakit.

"Lo nggak mau bangun Cil? Gue kangen," ungkapnya tanpa ragu. Cowok itu merebahkan kepala disamping brankar Adel. Menunggu mulut mungil itu untuk berbicara, selama apapun waktunya, Alteo akan setia menunggunya.

"Beberapa bulan lagi gue nggak bakal bisa ada disini buat jagain lo Del," kata Alteo, lalu cowok itu ikut memejamkan matanya.

Hanya tinggal hitungan bulan Alteo akan meninggalkan kota Jakarta dan pergi ke negeri orang. Meskipun didalam lubuk hatinya ada beribu rasa tak rela, namun mau tidak mau ia harus menepati janjinya dan menjalankan kewajibannya.

Cinta Alteo Mahendra Ragastara untuk Adelina Nadhiffa Savira memang tak main-main. Dari banyaknya manusia yang pernah hadir dalam hidup gadis lemah itu, hanya Alteo dan sekali hanya Alteo yang rela menemaninya kapan pun, di mana pun, dan dalam situasi apapun. Rugi, jika Adel menyia-nyiakan Alteo.

KOTA PARA PENGHIANAT [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang