32. Gemuruh Riuh

975 98 47
                                        

"Gue nggak bisa, sorry

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gue nggak bisa, sorry."

Nadikta tak pernah menyangka, ternyata Karen bisa sekeras kepala ini. Sudah tidak banyak waktu lagi, namun Karen belum berhasil dirinya bujuk. Nadikta merasa dirinya hampir frustasi. "Lo harus bisa!"

"Lo nggak bisa denger? Gue nggak bisa, dan gue nggak mau!" Karen beralih menatap wajah pucat Nadikta. "Lo keluar dari kamar gue!" ucapnya.

"Karen! Oke, gue ngaku kali ini gue salah. Tapi, Nada nggak salah apa-apa. Lo harus bantuin gue untuk ambil dia balik dari Sagara."

"Sagara?"

Nadikta berusaha menahan senyumannya. "Iya. Sagara, Abimanyu dan Dewa yang bikin rencana ini. Mereka yang culik Nada."

"Oh? Ya udah, kalau gitu, itu urusan lo sama mereka. Gue nggak mau ikut campur." katanya sembari mendorong Nadikta keluar.

Mendengar itu, Nadikta buru-buru berkata, "Brengsek! Mereka temen-temen lo! Dan pasti semua ini ada kaitannya sama lo, Karen!" Masih berteriak, Nadikta kini berbicara dengan pintu sebagai penghalang nya. Tidak peduli jika saat ini Bi Lastri dan Syifa memperhatikan nya dari jauh. "Karen! Buka pintu nya! Gue perlu bicara sama lo! Karen!!"

Namun, tidak ada balasan apapun. Kedua tangan Nadikta mengepal, lalu melangkah mendekati Syifa. Menatap wanita itu dengan tajam. Sedangkan yang di tatap, hanya menampilkan wajah datar—seolah keributan yang baru saja terjadi, tidak ada kaitannya dengan dirinya sama sekali.

"Bunda bakal bantu membujuk Karen. Kamu tenang aja," Syifa membuka suara. "Sekarang kamu masuk kamar, terus istirahat."

Tak menjawab, tak juga memberi bantahan, Nadikta membawa langkahnya pergi dari sana. Setelah kepergian Nadikta, Syifa menoleh pada Bi Lastri. "Bi, tolong siapkan makan malam, ya? Sebentar lagi Bapak pulang."

"Iya, Nyonya." Dengan berat hati, Bi Lastri juga melangkah pergi dari sana.

Kini hanya tinggal Syifa seorang diri yang berada di ruang tamu. Wanita itu duduk di sofa dengan tenang. Di depannya, televisi menyala menampilkan sebuah serial drama. Akan tetapi, fokusnya tidak berada di sana, melainkan melayang membayangkan banyak hal.

Tak lama kemudian, Jordi benar-benar pulang. Suara deru mesin mobil di luar, tak lagi terdengar di gantikan dengan suara langkah kaki yang mendekat. Syifa tetap berada pada posisinya, bahkan setelah Jordi berdiri di hadapannya.

"Tadi ada seorang laki-laki yang mencari saya. Namanya Andrew. Kamu kenal dia?" ucap Jordi melayangkan pertanyaan. Melihat jika wanita itu menganggukkan kepala, hatinya langsung terbakar oleh amarah. "Jadi, yang dikatakan oleh laki-laki itu semuanya benar? Selama ini, kamu terlibat dengan komunitas perdagangan manusia? Syifa, jawab!"

"Iya." Dengan nada datar, Syifa membalas demikian. "Apa yang kamu dengar dari Andrew, semuanya benar." Hari ini pasti akan datang, Syifa tahu. Karena tak juga membawa Karen kepada Andrew, laki-laki itu pasti nekat menemui Jordi dan membocorkan semuanya.

 |✔| Karen Laka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang