Bab 1

19 1 0
                                    

Surabaya, 3 Maret 2024.

"Weh yang bener jir? Umur lu berapa dah? Kok udah nikah aja? Gila, gila! " teriak seseorang dari dalam mobil, sebelah tangannya menggenggam ponsel, sementara tanganya yang lain sibuk mengemudi.

"Hahaha iya nih nggak nyangka juga gue! Mangkanya mumpung gue belum nikah, ayo pesta bareng kita! Hari ini kan ultah lo! Sekali-kali lah main sama kita! Kapan lagi coba? Gue tunggu di W super club ya!"

Cakra terdiam, dia menoleh menatap barang-barang yang bertumpuk di kursi belakang. Laki-laki itu baru saja pulang dari Jepang, sudah satu setengah tahun dia menjadi bagian dari fakultas kedokteran Nagoya University.

Hari libur di negeri orang membuat pengeluarnya semakin brutal. Akhirnya dia memutuskan pulang tepat pada hari ini. Di hari ulang tahunnya.

"Tapi gue baru aja pulang.... "

Itu benar. Cakra sengaja menyewa mobil di bandara agar bisa pulang tanpa merepotkan Ayah dan Bunda. Tapi tidak ada salahnya jika dia mampir sebentar dan berpesta dengan temannya bukan?

"Cakra nggak asik bjirr... Mentang-mentang lu kuliah di luar negeri... Udah ngerasa nggak pantes kah temenan sama kita.... " ucap orang di seberang sambil pura-pura menangis. Ah lebay sekali.

Setelah berpikir cukup lama, Cakra akhirnya memutar mobilnya menuju club. Dia merasa tak tega jika harus menolak, terlebih lagi mereka sudah lama tak bertemu

𓍯𓂃𓏧♡


"Selamat hari beranak, Cakra!" Suara sorakan bergemuruh di tempat itu, kedua teman Cakra mengangkat gelas mereka sambil tertawa lepas. Sudah lama mereka tak bertemu, sejak Cakra pergi ke Jepang. Mereka juga jarang bertukar pesan, untuk sahabat yang sering bertemu rasanya tak afdhol jika hanya sebatas berkomunikasi lewat ponsel.

"Ciee calon dokter kita nih bos!" ucap Adit sambil menepuk keras punggung Cakra.

"Gue nggak yakin dia bakalan punya pasien nanti," Angga tertawa kecil, tak bisa dibayangkan orang dengan kesabaran setipis tisu seperti Cakra harus menjadi dokter. "Minum nggak obatnya? Minum! Mampus lu kalo nggak nurutin gue! "  Lanjut Angga sambil berpura-pura menjadi Cakra.

"Kalo ndak mau minum, yo wes! Tak cekcoki racun aja kamu ya! " Adit ikut menimpali, mereka tertawa keras, membayangkan Cakra yang setiap hari akan memarahi pasiennya.

Cakra menggeleng pelan, "Ya nggak lah. Gue bakalan jadi dokter soft spoken yang ramah dan menyenangkan. "

"JIAHAHAHHAHA SOFT SPOKEN KATANYA!" tawa mereka semakin menjadi-jadi, mengingat Cakra adalah orang yang mudah meledak, nihil rasanya dia bisa sabar menghadapi bermacam-macam pasien.

"Btw lu beneran mau nikah Dit?"Cakra menatap Adit yang kini menuangkan alkohol ke dalam gelasnya.

"Sebenarnya sih gue nggak mau buru-buru tapi ...."

"Dia hamilin pacarnya Cak!" timpal Angga. Cakra mendadak tersendat air liurnya sendiri.

Cowok itu menggeleng sambil menatap tak percaya pada Adit, "Beh! Kasus men ....cowok durjana lu Dit, tidak patut dicontoh ck ck ck." ucap Cakra sambil mengangkat jari telunjuknya.

"Lu kalo pacaran ya pacaran aja, jangan sampe ngerusak cewek bro. Lu nggak bakalan tau sehancur apa psikologis dia gara-gara ini. Masih untung  dia punya hati, nggak gugurin kandungannya. Walaupun gitu tetep aja sulit jadi ibu di usia muda. "

Djawa 1942 : Enternity The SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang