LOST | Chapter 04

75 9 3
                                    

Huhu... Sorry baru up...
Banyak banget tugas:(

Enjoyy!

Setelah mengobrol dengan Kurona di halaman depan, Isagi dan Kurona memutuskan masuk ke kamar masing masing saat pukul 11

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Setelah mengobrol dengan Kurona di halaman depan, Isagi dan Kurona memutuskan masuk ke kamar masing masing saat pukul 11. Saat berjalan ke kamarnya, Isagi sempat bertemu dengan Kaiser.

"Kak..." panggil Isagi dengan suara pelan. Kaiser sebenarnya mendengar panggilan itu, tapi dia memilih untuk berpura pura tak mendengarnya.

"Kak, tunggu..." panggil Isagi lagi, kali ini Isagi berlari kecil untuk menghampiri Kaiser, lalu menahan tangan Kaiser. "Tunggu, kak. Aku mau ngomong" pintanya.

"Mau ngomong apa?" tanya Kaiser tanpa menoleh pada Isagi.

Isagi menunduk dalam, dia mati matian menahan suaranya agar tak terdengar bergetar, "Aku mau minta maaf buat yang tadi siang... Aku gak ada niatan ngomong gitu-" ucap Isagi terpotong karena Kaiser yang menyela.

"Gak ada niatan memang, tapi omongan itu keluar dari mulut lo sendiri, di depan muka gua" sela Kaiser saat mendengar penjelasan Isagi.

Isagi semakin menunduk, "Aku... minta maaf... Aku gak tau, aku gak sadar kalo aku ngomong gitu. Aku..." nafas Isagi agak tersenggal.

Kaiser yang mendengar deru nafas Isagi yang tak beraturan pun menoleh. Matanya menangkap Isagi yang memegang dadanya dan matanya yang membendung air mata, Kaiser menyimpulkan bahwa dada Isagi pasti sesak karena menahan tangis. Hal itu membuat Kaiser merasa sedikit bersalah karena sikapnya.

"Kak... Ak-" ucapan Isagi kembali terpotong karena Kaiser tiba tiba membawanya kedalam kamarnya. Kaiser membantu Isagi untuk duduk di tepi kasur.

"Nafas dulu, yoi..." ucap Kaiser untuk menenangkan Isagi. Isagi pun menetralkan deru nafasnya, itu membuat air matanya menetes perlahan.

Kaiser memperhatikan Isagi yang masih menetralkan nafasnya dengan seksama. Terselip rasa bersalah karena menyadari ia lah yang membuat Isagi seperti ini.

"Kak... maaf..." ucap Isagi lagi dengan air matanya yang menetes membasahi pipinya.

Kaiser mengusap lembut punggung Isagi agar Isagi tenang, "I-iya... iya gua maafin" jawabnya. "Kak, jangan pake lo-gua..." pinta Isagi sembari menggenggam tangan Kaiser.

"Iya, yoichi... Aku maafin... Jangan nangis lagi ah. Nanti dadamu sakit lagi..." ucap Kaiser sembari mengusap tangan Isagi.

Lalu Kaiser tiba tiba menyadari luka yang ada di tangan Isagi. Dia menggenggam tangan Isagi dan mengamatinya.

"Yo? kenapa bisa gini?" tanya Kaiser, Isagi pun dengan panik menyembunyikan tangannya, "enggak... gak papa, kak" jawab Isagi.

"enggak, yo. bukan gak papa jawabannya. aku tanya, kenapa bisa gini?" tanya Kaiser lagi dengan tegas.

Isagi menghela nafasnya lalu kemudian menunduk, "Aku... memang gini dari dulu" ucapnya.

"Gimana yo? aku gak ngerti. Coba jelasin" pinta Kaiser.

Isagi menarik nafasnya dan mulai bercerita, "Aku memang suka stress berlebihan dan self harm untuk nenangin diri, kak. Aku selalu ninju dinding atau batang pohon yang keras sampe aku lega, gak peduli tangan ku luka atau patah. Jadi aku keterusan sampe sekarang. Aku tau ini pasti hal yang harusnya gak aku lakuin, tapi aku gak bisa berhenti. Karena ketika aku stress atau depresi, aku merasa semua nya terjadi karena aku dan akhirnya aku bakal nyalahin diri sendiri" jelasnya pada Kaiser.

"Yoi? Kamu serius?" tanya Kaiser tak percaya sembari menatap sendu ke arah Isagi, tangannya menggenggam erat tangan Isagi. Sedangkan Isagi mengangguk menanggapi Kaiser.

Sedetik kemudian, Kaiser memeluk erat lelaki mungil di depannya sembari mengusap lembut surainya, "maafin aku, yo... maafin aku..." gumamnya dengan rasa bersalah.

"Loh? Kak, kamu gak perlu minta maaf..." ucap Isagi sembari menepuk punggung Kaiser.

"Pasti kamu gini karena masalah tadi siang kan... Aku minta maaf... Harusnya aku ada disamping kamu biar kamu gak kayak gitu..." jawab Kaiser.

Isagi pun menghela nafas, "Udahlah kak, gak papa. Ini juga udah gak sakit kok" ucapnya.

Kaiser melepas pelukannya dan menatap Isagi dalam. Dia memperhatikan pahatan tuhan yang menurutnya paling sempurna itu. Tangannya bergerak untuk menangkup pipi gembul Isagi dan mengusapnya pelan.

"Yo..." panggilnya dengan suara tenang.

"Apa kak?"

"Tolong ngomong ke aku kalau kamu sakit, tolong ngomong ke aku kalau kamu terluka, tolong ngomong ke aku kalau kamu bahagia. Aku pengen selalu ada di setiap perasaanmu" ucapnya dengan tulus.

"Kak..." Isagi membendung air matanya agar tidak keluar. Dia tak menyangka bahwa orang di depannya akan mengatakan hal itu.

"Tolong, yoichi..."

Isagi tak kuasa membendung air matanya lalu mulai menangis lagi, "Kak... apaan sih..." ucapnya dengan tangannya yang sibuk menghapus air mata di pipinya.

Kaiser tersenyum, "Aku seneng banget liat kamu nangis gini, yo. Karena aku merasa kamu lebih lega dari pada tadi" ucap Kaiser sembari mengusap surai Isagi, "Jangan bohong sama perasaanmu lagi ya, yo. Kalo sedih ya nangis, kalo bahagia ya senyum" lanjutnya.

"Makasih, Micha"

"HEH!?" teriak Kaiser dengan wajah terkejut. Isagi yang melihat ekspresi wajah Kaiser pun tertawa.

"Lucu..."

"YOICHI, STOP!" teriak Kaiser lagi saat Isagi menyebutnya lucu dengan wajah yang 'imut'. Dan malam itu berakhir dengan Kaiser yang mimisan sebab tingkah Isagi.

 Dan malam itu berakhir dengan Kaiser yang mimisan sebab tingkah Isagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TBC.

Segitu dulu ya...
Chapter berikutnya kayaknya bakal lebih panjang

See u

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LOST | KaiSagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang