Naskah yang semalam aku kerjakan rampung pada pukul 2 malam dan langsung aku kirim ke Ara melalui email agar diteruskan besok pagi ke Pak Genta. Setelah itu aku lanjutkan untuk tidur hingga pukul 6 pagi karena paginya aku harus bergegas ke kantor.
Ting
Ara
Sar, naskahnya udah acc sama Pak Genta. Dia ngasih keringanan sama kamu boleh telat 2 jam ke kantor, urusan di sini udah aman sama aku.Aku menghela nafas lega membaca pesan dari Ara. Pak Genta memang selalu memberiku reward jika berhasil menyelesaikan tugasnya, meskipun mengerjakannya kadang setengah mati.
Aku bergegas ke dapur untuk membuat sarapan, untunglah pagi tadi aku sudah mandi jadi setelah sarapan masih bisa berleha-leha dahulu. Dan mungkin menyelesaikan ceritaku yang sudah lama tidak update itu.
Ku buka kulkas dan mengambil sebutir telur lalu aku orak arik dan disandingkan dengan dua buah roti panggang. Beginilah menu sarapanku jika sedang malas, biasanya aku pasti memakan nasi jika sempat.
Jariku mengscroll sosial media, tampak tidak ada yang menarik karena hanya menampakkan beberapa potongan story teman-temanku yang tampak sedang berlibur dengan suaminya.
Berbicara tentang suami, diusiaku yang sudah menginjak 26 tahun ini masih belum juga muncul tanda-tanda. Jika aku pulang ke rumah mamah, sudah pasti wanita itu akan mencecarku dengan pertanyaan kapan kawin. Apalagi kakak ku yang sekarang tengah mengandung anak keduanya, bisa-bisa aku yang jadi sasaran empuknya.
Tok tok tok
Pintu depan tampak diketuk oleh seseorang, aku melirik ke arahnya dan menghampiri. Ku lihat dari lubang kecil dan hanya kelihatan setengah badannya saja.
Dengan ragu-ragu, aku pun menekan sandi lalu denga cepat ku tarik tuas dan tampaklah tamu yang dari tadi menunggu di depan pitunya.
"Radit?"
"Kak, Sarah. Ini aku punya buah-buah an," katanya menyerahkanku beberapa buah yang lebih pantas ku sebut parsel karena isinya bermacam-macam.
"Buat aku?" Tanyaku memastikan, aku memandang parsel lalu tertuju ke matanya.
Radit mengangguk, ia tersenyum tampak canggung. Ah, menggemaskan sekali anak muda ini. Entah kenapa tingkah polos dan menggemaskannya semakin menegaskan jarak usia di antara mereka.
"Sebagai tanda perkenalan aku ke Kak Sarah, semoga suka." Radit lagi-lagi mengulas senyumnya, namun aku hanya bisa tersenyum kaku.
Sudah lama aku tidak berbincang dengan lelaki lain selain rekan kantor, jadi mungkin kelihatannya akan sangat aneh di mata Radit.
"Oke, aku terima. Makasih ya, Radit," kataku.
Mata Radit tampak mengintip ke belakang untuk melihat isi dalam apartemenku. Aku sepertinya paham jika ia ingin bertamu, namum kita baru kenal 2 hari dan aku tidak mungkin memasukkan orang asing ke dalam kan?
"Kamu ga ke kampus hari ini?" Tanyaku membuncah lamunamnya.
"Ke kampus kak, ini aku mau berangkat."
"Oh gitu," jawabku singkat disertai anggukan. Sejujurnya aku bingung harus mengusirnya bagaimana.
Tidak sopan sekali, Sarah. Sudah diberi makanan malah ingin mengusirnya, apa aku persilakan masuk saja? Toh, dia juga ingin berangkat kuliah, jadi bisa saja hanya bertamu sebentar kan?
"Mau masuk dulu?"
"Eh, tapi kamu mau kuliah ya," kataku sengaja mengingatkan.
"Haha iya, lain kali aja Kak," jawabnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Age Gap Romance
Romance21+ Sarah Irsabella (26 thn) adalah salah satu karyawan di Perusahaan Penerbitan yang cukup terkenal di Jakarta. Obsesinya dalam bekerja dan mengumpulkan banyak uang membuatnya melupakan usia yang sudah seperempat abad ini untuk mencari pendamping h...