1.4 - Wira

124 7 0
                                    

Minggu ini Bunda memintaku untuk hadir di acara arisan keluarga. Awalnya aku menolak karena aku sudah tau pertanyaan apa yang akan aku dapati di sana nanti, namun karena kakak ku memaksa untuk menemaninya akhirnya aku mengalah dan berencana hanya sebentar di sana.

Aku sudah bersiap dari jam 2 siang, cuaca sedang panas-panasnya dan aku harus mengendarai motor ke sebuah hotel. Benar, acaranya di selenggarakan disalah satu hotel mewah Jakarta.

Keluarga sosialita ini memang tidak ingin menyia-nyiakan acara arisan tiap tahunnya. Pasti ada saja gebrakan baru, taun kemarin pun kita semua berlibur ke Villa di Bali.

Aku hanya mengenakan kulot cream serta atasan putih saja dan aku balut dengan jaket karena di luar sedang panas.

"Kak Sarah," panggil Radit yang sepertinya baru saja selesai olahraga.

"Radit, baru selesai olahraga?" Tanyaku sambil menatap dirinya yang tampak banjir keringat.

"Iya kak, aku tadi joggingnya kesiangan jadi baru sampe jam segini," jawabnya.

"Kak Sarah mau kemana?"

"Aku mau keluar, ada acara keluarga sebentar."

"Kamu hari ini ga ada agenda keluar?" Tanyaku lagi. Entah kenapa aku selalu betah ngobrol dengan Radit, mungkin karena Radit selalu menjawabnya dengan ramah.

"Ada si kak, ini aku mau berangkat sebentar lagi."

"Oke, aku duluan ya."

"Hati-hati, Kak."

Aku mengangguk lalu menaiki lift untuk turun ke lantai bawah. Sesampainya di sana aku langsung mengendarai motor menuju hotel yang jaraknya kurang lebih 1 jam jika sedang tidak macet.

Jika bukan karena Kak Widi, kakakku yang memaksa untuk ikut mungkin aku sedang rebahan dan menonton drakor siang ini.

Tidak terasa selama diperjalanan yang lebih dari 1 jam ini, aku sampai di hotel dan memarkirkan motorku. Tampak aku lihat ada beberapa kerabat yang aku kenal namun tidak hapal namanya, buru-buru aku menyembunyikan muka dan sibuk menata riasan.

Setelah dirasa rapih, aku pun menuju lantai atas dimana keluarga ku sudah menunggu. Begitu banyak yang berkumpul kali ini, sepertinya lebih banyak dari tahun kemarin.

"Sarah!" Panggil Kak Widi menghampiriku. Ia memelukku erat, aku sangat merindukannya. Kita memang sudah lama tidak bertemu, apalagi Kak Widi yang kerepotan mengurus anak balita nya.

"Kangen banget," katanya.

"Kangen juga, Kak. Maura ga diajak?" Mataku mencari keponakan pertamaku, biasanya Maura sering ikut jika Kak Widi ada acara keluar.

"Aku titipin ke mertua ku, takut dia rewel kalo banyakan gini," jawab Kak Widi.

Aku pun mengangguk setuju, apalagi Maura tipe yang susah untuk diajak akrab dengan orang lain, ia hanya ingin diasuh oleh keluarga ku atau seseorang yang mukanya tidak asing dimata Maura sendiri.

Acara arisan pun dimulai, seperti biasa kami bertegur sapa dengan beberapa kerabat dari Bunda dan Ayahku. Tadi Bunda menanyai kabarku dan menawarkan apakah ingin kembali tinggal dirumahnya. Jelas aku tolak, aku lebih nyaman untuk tinggal sendiri.

"Gimana?" Tanya Bundaku bisik-bisik.

"Gimana apanya?"

"Calon mantu buatku, kamu lagi berusaha buat cari suami kan, Sar?" Tanya nya to the poin.

Ah, ibu-ibu ini pasti selalu mencecarku dengan pertanyaan yang sama. Memang wajar sih, mungkin Bunda khawatir karena mengingat umurku yang sebentar lagi menginjak 27 tahun.

The Age Gap RomanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang