"Sarah, bisa ke ruangan saya sekarang?"
"Bisa, Pak."
Sudah ku pastikan bonus ku dari penerbitan naskah tempo hari sudah cair. Aku harap sih begitu. Atau jangan-jangan Pak Genta memintaku untuk mengerjakan naskah lain? Oh tidak, kerjaanku yang kemarin saja belum selesai.
Kebetulan sekali rekan kerja ku sudah selesai cuti dan besok mereka sudah mulai masuk. Jujur aku senang karena artinya porsi jam kerja ku menjadi normal lagi.
Tanpa berlama-lama aku pun langsung menuju ruangan Pak Genta dengan membawa notebook dan handphone. Saat memasuki ruangannya, hanya ada Pak Genta yang tengah menandatangi beberapa berkas.
Aku teliti seluruh ruangannya, sepertinya ada yang berubah di dalam ruangan ini namun aku belum tau pasti apa itu.
"Duduk, Sar," ucap Pak Genta memperilakanku.
Aku duduk dikursi panjang depan meja kerja Pak Genta. Tampaknya dia tengah mengambil sesuatu dari balik laci mejanya. Mataku pura-pura melirik ke arah lain seolah tak peduli, padahal dalam hati berharap itu adalah sesuatu yang dapat menyenangkanku.
"Sebelumnya saya mau berterima kasih sama kamu karna telah menyelesaikan naskah yang saya tugaskan dengan baik. Jujur saya selalu puas dengan apa yang kamu kerjakan. Dan sebagai rasa terima kasih, saya ada bonus untuk kamu selain dari gaji," ucap Pak Genta menyerahkan amplop coklat yang isinya tidak terlalu tebal, namun aku tersenyum melihatnya.
"Ini beneran, Pak?"
"Bener dong, kalo ga percaya cek aja isinya."
Aku menerimanya dengan senang hati, ku lihat isinya memang benar ada beberapa lembar uang ratusan.
"Terima kasih ya Pak karna sudah mempercayakan pekerjaan tersebut kepada saya, itu suatu kehormatan bagi saya," ucapku tersenyum.
"Sama-sama, Sarah. Oh iya, saya masih ada satu hadiah buat kamu."
Pak Genta mengambil papper bag yang ada di atas mejanya, aku menyerengit bingung. Apakah ini hadiah tambahan?
"Kemarin saya habis dari Jogja. Terus liat batik di sana bagus-bagus jadi saya beliin buat kamu. Tapi saya gatau kamu bakal suka atau engga." Aku tertegun saat Pak Genta mengutarakannya.
Tanganku langsung menerima paper bag yang diberikannya dan melihat ada dua buah kemeja batik. Dilihat sekilas motifnya sangat cantik dan sepertinya akan cocok jika dipakai olehku.
"Kamu suka, Sarah?" Tanya nya menatapku.
"S—saya suka, Pak. Terima kasih banyak atas hadiahnya, Pak."
Jujur aku sangat bingung saat Pak Genta memberikanku kemeja ini. Aku ingin bertanya padanya, apakah ia khusus membelikan batik ini hanya untukku atau kepada karyawan lain juga. Namun, sepertinya tidak etis jika aku menanyakannya.
"Bapak harusnya ga usah repot-repot beliin saya sesuatu," lirihku merasa tidak enak dengannya.
"Engga kok, dari dulu saya emang pengen banget ngasih sesuatu ke kamu cuma bingung mau ngasih apa," jawabnya terlihat agak canggung.
Aku hanya menggangguk dan tersenyum. Jujur sangat bingung harus menanggapinya seperti apa, apalagi Pak Genta adalah atasanku dan tidak biasanya ia bersikap seperti ini. Ah, jadi ku anggap saja ini sebagai bonus karena aku adalah karyawan andalannya.
"Eum, yaudah saya pamit kerja lagi ya, Pak. Terima kasih banyak atas hadiahnya." Aku berpamitan padanya dan ia mempersilakanku.
Tidak ada sesuatu yang mencurigakan menurutku, jika ia ingin mendekatiku seharusnya adegan tadi itu ia menahanku kan? Sudahlah Sarah, memangnya kamu pikir kamu ini tokoh utama di sini?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Age Gap Romance
Romance21+ Sarah Irsabella (26 thn) adalah salah satu karyawan di Perusahaan Penerbitan yang cukup terkenal di Jakarta. Obsesinya dalam bekerja dan mengumpulkan banyak uang membuatnya melupakan usia yang sudah seperempat abad ini untuk mencari pendamping h...