Aku sudah sangat siap dengan setelan hoodie dan celana jeans serba hitam yang ku pakai. Radit bilang ia mengajakku makan nasi goreng langganannya di depan apartement, jadi aku pikir tidak usah berpakaian terlalu mencolok.
"Kak Sarah," panggil Radit dari depan pintu apartemen ku.
Segera aku buru-buru menyemprotkan parfume dan membawa dompet serta handphone. Aku naikkan kupluk hoodie ku agar menutupi rambut.
"Halo," kataku menyapa Radit.
Aku terpaku melihat penampilannya. Hanya memakai kaos putih dan celana pendek berwarna cream, tetapi begiti menarik perhatianku. Orang ganteng mau pakai apapun ternyata cocok aja.
"Ayo, Kak," katanya mengajakku.
Aku pun mengikutinya, kita jalan berdampingan dan aku memasukkan tangan ke dalam saku hoodie ku. Tumben sekali cuaca malam ini sedang dingin, padahal baru pukul 8 malam dan jalanan pun masih ramai.
"Mau makan dimana kak?" Tanya nya saat sudah sampai ditempat nasi goreng tersebut.
Dilihat dari tempat makannya yang penuh tidak memungkinkan untuk kami makan ditempat. Aku melirik bingung ke arah Radit dan tampaknya ia mengerti apa maksudku.
"Pak, dibungkus 2 ya sedeng aja," ucapnya setelah menanyakan tingkat kepedasannya padaku.
Sambil menunggu nasi goreng matang, aku dan Radit menunggu dipinggiran bengkel motor yang tutup karena kursi di tempat nasi goreng sudah penuh semua.
"Maaf ya kak, ngantri ternyata. Padahal biasanya sepi," ucapnya merasa tidak enak padaku.
Aku hanya tersenyum memaklumi, lagipula aku tidak masalah jika kita harus makan di apartemen. "Ga pp kok santai aja."
"Mau makan di apartement aku?" Tanya nya. Aku langsung mengangguk saja. Sampai saat ini aku masih belum mau memasukkan lelaki mana pun ke dalam apartemenku.
"Kamu kalo makan suka beli?"
"Kadang-kadang, kalo lagi males masak aja."
"Bisa masak?" Radit mengganguk.
Aku cukup terpukau dengannya dan tentu penasaran dengan rasa masakannya seperti apa. Mungkin lain kali aku bisa meminta nya untuk masak untukku.
"Dingin, Kak?" Tanya nya melihatku yang semakin meringkuk menyembunyikan tangan.
Daritadi aku hanya meniup dan menggesek kedua tanganku agar menciptakan hawa panas. Mungkin karena aku jarang terkena angin malam, alhasil saat keluar jadi kewalahan seperti ini.
"Lumayan," kataku tersenyum kaku.
Tiba-tiba saja Radit membawa tangannku ke dalam genggamannya. Aku hanya terdiam pasrah saat Radit ikut menangkup tanganku lalu meniupkan disela-selanya. Hangat, aku merasa nyaman karena terpaan udaranya.
"Biar ga dingin," ujarnya tersenyum. Dia masih sibuk untuk menghangatkan tanganku.
Aku tidak protes dan tidak merespon, hanya diam. Mungkin karena kaget mendapat perlakuan seperti ini oleh lelaki? Ayolah Sarah, kamu kan harusnya sudah bisa mengatasi ini.
"Nasi gorengnya," kataku saat melihat penjual nasi goreng tampak memanggil Radit.
Radit melepaskan tanganku, ia berjalan ke sana untuk mengambil nasi goreng kami dan membawanya.
"Ayo, Kak," ajaknya.
Kami pun kembali ke apartement. Sepertinya tempat paling nyaman hanya di dalam persembunyian sendiri.
Aku kembali memasuki apartement Radit. Kali ini tampak sedikit berbeda, sepertinya Radit habis membereskan ruangannya.
"Kamu habis beres-beres?" Tanyaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Age Gap Romance
Romance21+ Sarah Irsabella (26 thn) adalah salah satu karyawan di Perusahaan Penerbitan yang cukup terkenal di Jakarta. Obsesinya dalam bekerja dan mengumpulkan banyak uang membuatnya melupakan usia yang sudah seperempat abad ini untuk mencari pendamping h...