8. Senyum

2 0 0
                                    

" Dek..." panggil seorang gadis yang baru saja tiba dan tentunya membuat semua yang berada di sana sangat terkejut.

" Kakak..." jawabannya dengan tersenyum.

' Siapa lelaki ini, kenapa ia terlihat sangat akrab dengan Melani?' batinnya yang merasa heran.

" Kakak kenapa ada di sini? Adek takut ayah akan mengetahui keberadaan adek" ucapnya yang memang sangat khawatir.

" Adek tenang aja ya, kakak pastikan ayah nggak akan tau keberadaan adek. Oh iya keadaan adek gimana, perasaan kakak nggak enak soalnya" ucapnya yang memang khawatir.

" Alhamdulillah Adek baik-baik aja kak, kakak nggak usah berlebihan kak. Kalau nggak percaya tanya aja sama senior adek" ucapnya dengan menunjuk ke arah senior itu.

" Oh jadi kau seniornya Memel" ucapnya dan membuatnya menjadi kesal karena merasa pemuda itu sangat akrab dengan gadisnya.

" Iya kak, saya seniornya" ucapnya dengan terpaksa.

" Mel, kau yakin disekitar nya aman?" tanyanya.

" Kak Iksan, kakak jangan berlebihan kenapa. Lagian Memel bukan anak kecil lagi, jangan selalu bertingkah seperti aku ini anak kecil" ucapnya yang tentunya sangat kesal dengan sikap Iksan.

" Iya Kakak mengetahui kalau sekarang kau sudah makan anak kecil lagi, tetapi di mata Kakak selamanya kau masih tetap adalah adik kecil kakak. Dan kakak tentunya akan sangat khawatir jika terjadi sesuatu kepada mu, dek. Yang pastinya Kakak kamu menyalahkan diri sendiri karena terlalu lalai menjagamu, dan kakak tidak ingin kejadian di masa lalu terulang kembali" ucapnya yang tiba-tiba saja teringat dengan kenangan masa lalu.

' Oh jadi dia kakaknya, rasanya aku seperti orang bodoh yang cemburu pada calon kakak iparku sendiri' batinnya dengan menatap kedekatan keduanya.

Kini tiba-tiba saja teleponnya berdering kembali, ia aku langsung lihat siapa yang menelponnya. Dengan sopan dia pun menganggap pandangan tersebut, kemudian segera berpamitan kepada adiknya.

" Dek, Kakak sepertinya nggak bisa lama-lama di sini. Kebetulan tiba-tiba aja komandan kakak telepon dan minta kakak untuk segala kembali ke markas" jelasnya dengan mengelus kepala Melani.

" Ya udah kalau begitu Kakak segera kembali, Adek nggak mau kalau Kakak sampai dapat hukuman gara-gara datang ke sini" jelasnya yang menyimpan khawatir dan begitu menyayangi sang kakak.

" Yang nggak mungkin malah hanya karena hal kecil ini Kakak sampai dihukum, lagian sebelumnya pada datang ke sini kakak juga sudah permisi kepada komandan kakak" jelasnya dan berani hanya tersenyum saja.

Iksan pun hendak melangkahkan kakinya pergi, tetapi tiba-tiba saja ia bisa menghampiri pemuda itu dan menepuk pundaknya.

" Aku titip adikku ya, dan aku rasa aku bisa menjaganya" ucapnya kemudian langsung meninggalkan kakinya pergi meninggalkan tempat tersebut.

' Sepertinya aku tetap berhasil untuk mengambil restu darinya, buktinya dia mempercayai untuk menjaga adiknya' ucapnya dengan menara kepergian Iksan.

Tentunya perkataan itu membuatnya terlarut dalam bangunan, Melani merasakan ada kejanggalan Ia pun mulai menghampiri sendiri itu.

" Nggak usah dipikirin apa yang dikatakan oleh Kakak aku tadi, lagian aku bisa melindungi diriku sendiri kok" hijabnya memang tidak terlalu suka jika di kekang.

" Aku sama sekali dah keberatan dengan apa yang dikatakan oleh kakakmu tadi, dan aku sangat yakin kalau dia pasti sangat menyayangimu sehingga memintaku untuk menjagamu. Dan lagian aku sangat tidak keberatan jika menjagamu, aku tahu kalau memang ada lagi di siang mandiri tapi tetap saja ada bahaya di manapun berada" jelasnya dan tentunya tidak bisa membuat Melani berkata-kata lagi.

" Ya udah deh terserah, lagian percuma aja jika aku mengatakan hal ini. Karena kakak juga memiliki sifat dan karakter yang hampir sama dengan kakakku itu, jadi tidak ada gunanya Aku berbicara panjang kali lebar karena itu sudah menjadi keputusan kakak" aku jam Melani kemudian pergi meninggalkan tempat itu.

Iya pun terus saja menatap kepergian Melani hingga punggungnya pun mulai menghilang dari pandangannya, iya masih tidak menyangka dengan kejadian yang baru saja terjadi. Yang di mana ia telah mendapatkan restu dari calon kakak iparnya itu, dan membuatnya sangat senang dan bahagia karena dia telah mengantongi satu langkah. Yang di mana sekarang ya harus perlu mendekatkan diri dengan para keluarga Melani yang lainnya, karena dari apa yang ia sendiri kalau nilainya memiliki tiga orang kakak yang begitu menyayanginya.

" Yang lagi kasmaran memang beda ya" ucap seseorang yang menghampirinya.

" Nggak usah banyak tingkah deh, pasti ada yang sedang ingin kau bicarakan sehingga kau memutuskan untuk bertemu denganku, bukan" tebak ya dan orang itu hanya tertawa saja.

" Ini yang paling aku kesalkan ketika ingin berbicara denganmu, karena ketika aku belum membicarakan apapun kepadamu tetapi kau sudah bisa menebak jalan ceritanya" jelasnya memang sangat kesal.

" Sudahlah tidak usah banyak bicara denganku, katakan saja apa yang sedang kau butuhkan sehingga kamu memutuskan untuk menemuiku!" ucapnya ya memang sudah malas dengan tingkah temannya itu.

" Sebenarnya aku nggak ada niatan apa-apa sih, tetapi karena kau sudah menawarkan diri seperti ini. Maka kalau begitu aku ingin minjam motormu" jelasnya.

' untuk apa ini anak meminjam motorku, atau jangan-jangan ia sedang merencanakan sesuatu' batinnya yang tentunya merasa heran dengan hal tersebut.

" Kamu nggak usah mikir perkataan yang aneh-aneh, aku itu mau minjem motormu karena mau nganter motorku ke bengkel" jelasnya yang menebak apa yang sering dipikirkan oleh temannya itu.

" Memangnya apa yang terjadi dengan motormu, sehingga akhirnya kau harus membawanya ke rumah sakit motor itu" ucapnya yang yakin emang sangat penasaran.

" Ya udah deh kalau ngomong itu udah aku cuma, lagian hari ini juga aku tidak berniat untuk membawa motor ku pulang" yakin itu saja membuat pemuda itu mengembangkan senyumnya.

***
" Selamat siang komandan, ada yang bisa saya bantu?" tanya Iksan masih merasa aneh dengan panggilan dari komandannya itu di tengah jam seperti ini.

" Sebelumnya aku minta maaf karena harus memintamu untuk kembali ke markas, tetapi memang ada sesuatu yang harus kita bicarakan" ucap pria itu.

" Maaf sebelumnya komandan, apa maksud dari perkataan komandan itu ya?" tanyanya emang tidak mengerti maksud dari bundanya itu.

" Kau pasti melupakan rencana kita untuk membahas mengenai adikmu itu kan?" tanya.

" Maaf komandan, sekali lagi saya minta maaf karena melupakan hal tersebut. Saya sangat tidak ingat kalau kamu sudah jalan bersama dengan komandan, dan tentunya rencana penjagaan itu akan sangat kuat" ucapnya memang sangat berharap kau bersembunyi.

Melani Puspa Bintang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang